logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

KAKAK BAIK

KAKAK BAIK

Penulis_Senja


Bab 1 KAKAK BAIK

Seorang gadis berjalan sendiri sambil menelpon seseorang, dia sekarang sedang menunggu jemputan dari sahabatnya tapi dari jam 5 sore tadi tak ada tanda-tanda kehadiran wanita itu dan membuat dirinya geram.
Bahkan teleponnya juga tak disangka, membuat gadis itu semakin geram, entah tidur atau ponselnya lobet gadis itu tak tau, yang jelas dia tidak tau apa-apa tentang kota yang ia kunjungi ini.
Tiba-tiba tiga pria datang dengan seringaian yang cukup menakutkan, membuat gadis itu takut.
"Mau kenapa gadis manis? Ikut Abang yuk!" ujar salah satu dari mereka sambil menarik tangan gadis berusia 16 tahun itu.
"Ih apa-apa sih? Lala gak mau!" Laura nama gadis itu tapi dia selalu senang jika orang-orang memanggilnya Lala, karena itu nama itu cukup imut menurutnya.
Mendapatkan tepisan itu, membuat tiga orang itu semakin tertarik saja, bahkan sekarang dua orang di antara menarik semua tangan Laura, membuat gadis itu ketakutan. "Ih jangan pegang Lala, awas aja ya nanti Lala bilangin mama Lala."
"Kayak anak kecil," ucap salah satunya sambil tersenyum penuh maksud.
"Liat aja tingginya juga, yakin sih anak SMP ini."
Lala menggeleng. "Ih Lala udah lulus, bukan anak SMP lagi."
"Lucu banget sih kamu," ucap salah satu pria itu sambil menarik pipi Lala, mungkin bisa saja mereka menjadi pedofil untuk anak imut ini lagipula badannya tidak terlalu kurus, jadi itu sangat cocok dengan tinggi badan dan juga wajahnya yang baby face.
"Lepasin! TOLONG! TOLONG!" teriak Laura tapi langsung mendapat tawaan dari ketiga orang itu.
"Percuma aja kamu teriak! Gak bakal ada yang denger, udah lebih baik ikut kami!" ujarnya sambil mengisyaratkan kedua temannya untuk membawa Laura untuk dieksekusi, tapi Laura tidak mau berusaha memberontak untuk melarikan diri.
Hingga sebuah kaki menendang salah satu yang memegang lengan Laura dan jatuh ke tanah. Tak tinggal diam, satunya kini menghajar pria itu, Laura tak dapat melihatnya karena suasana yang gelap, tapi ia yakin dia itu pasti malaikat yang dikirim tuhan untuknya.
Saat tangan pria itu melewati kepala pria yang menyelamatkannya, pria itu segera menarik tangan itu dan membantingknnya kebelakang, sontak Laura bertepuk tangan, itu aksi yang sangat luar biasa, dia seperti perkelahian di film.
Salah satunya ingin melarikan diri tapi langkahnya terkejar dengan pria yang menyelamatkan Laura, pria itu menuju punggung pria yang melarikan diri, dan dia terdorong beberapa langkah.
Sedetik kemudian, pria itu mengambil kayu yang ada di bawah dan segera memukul pria penyelamat itu, tapi dia langsung menangkisnya dengan tangan, aksi menegangkan itu berlangsung cukup lama hingga saat merasa tenaga pria penjahat sudah terkuras, pria itu mengangkat kakinya.
Sontak banana pria penjahat kena dan membuat dia jatuh karena rasa mulas serta sakit, terlihat dari ekspresinya Laura yakin dia sudah pecah telor.
Pria penyelamat berjalan menghampirinya, lampu-lampu jalan yang remang seakan menjadi penambah ketampanan pria itu. Tubuhnya begitu tinggi bagi Laura yang hanya memiliki tinggi badan 155 cm.
Mengingat tinggi badannya membuat ia meringis. Rupanya pria itu melangkah melewati Luaran untuk mengambil tasnya, saat dia hendak pergi lagi Laura segera berlari mengejarnya.
Entah kenapa ia seperti mempunyai julukan bagi pria penyelamat ini. "Kakak baik tunggu! Kakak baik!"
Mendengar panggilan itu, pria tersebut menoleh sambil melepaskan earphone bluetooth dari kupingnya. "Lo manggil gue?"
Bukannya menjawab Laura tersenyum membuat pria itu heran, pada akhirnya pria itu memilih melangkahkan kakinya lagi, hingga Laura yang sadar segera menarik lengannya.
"Apa lagi?" tanya pria itu kesal.
"Boleh minta nomer gak? Eh nama aja? Atau tempat tinggal?"
Pria itu menatapnya semakin heran. "Lo ngebac*t apa sih?"
"Maaf, Lala terlalu terpesona. Kakak baik ganteng banget, kayak artis Korea," ucap Laura sambil menutup mulutnya berusaha imut tapi bagi pria bernama Brayen, itu benar-benar menjijikkan.
"Kalo Lo gak ada urusan lagi, gue mau pergi."
"Oh iya makasih ya kakak baik, udah bantuin Lala," ucap Laura begitu serius kali ini.
"Gak usah! Lagian gue juga lagi gabut makanya kebetulan, duluan ya!" ucap Brayen sambil berjalan pergi meninggalkan Laura, tapi tiba-tiba langkah pria itu berhenti dan menoleh kebelakang. "Dan satu lagi! Jangan panggil gue baik, karena gue jauh dari satu kata itu!"
Setelah dia pergi meninggalkan Laura yang masih terpesona dengan pria itu, sangat tampan dan idaman para wanita.
.
.
.
Laura memasang ekspresi kesal pada gadis disampingnya, bisa-bisanya dia baru datang saat jam menunjukkan pukul 9 malam, tentu saja ia kesal karena hal itu.
"Maafin gue, la! Gue bener-bener lupa kalau harus jemput lo," ucap sahabatnya merasa bersalah, lagipula ini juga karena ia memiliki masalah dengan pasangannya membuat pikirannya runyam dan berakhir seperti ini.
"Kalau Mira gak mau jemput Lala, mending gak usah," ucap Laura sambil terus berjalan menghindari gadis bernama Almira itu.
Ya selain wajah dan tubuh yang menunjukkan sisi anak kecil, buktinya sifatnya terkadang memang seperti itu.
"Gue mau, tapi Lo tau kan hubungan gue lagi runyam jadi gue gak bisa berpikir apa-apa lagi," jelas Mira yang berharap sahabat chatnya itu dapat mengerti.
Mereka memiliki hubungan itu dari media sosial, berawal dari Mira yang tak sengaja mengechat Laura dari fb, hingga hubungan itu berakhir menjadi dalam seperti ini.
Mereka sudah berteman 2 tahun lalu, hingga Laura memutuskan untuk SMA bersama Mira dan belajar mandiri, walaupun dua orang tuanya sama sekali melarang hal itu tapi Laura yang keras kepala membuat mereka tak punya pilihan, Laura anak dari keluarga kaya dan menjadi anak satu-satunya tentu saja itu adalah salah satu penyebab kedua orang tuanya tak mengijinkannya.
"Mira tau gak? tadi Lala mau diperkosa loh," ucap Laura polos, dia menceritakan hal menegangkan itu seakan ingin pamer.
Mira kaget. "Hah, kok bisa? Terus Lo gak apa-apakan? Gak ada yang lukakan?"
Laura menggeleng sambil tersenyum, membuat Mira Heran, dia ingin senang karena sudah diperkosa atau bagaimana. "Kenapa senyum?"
"Soalnya Lala ditolong sama kakak baik," jawabnya polos, ia selalu berbicara dengan nama karena kedua orang tuanya melarang Laura untuk berbicara basah gaul, katanya itu tidak sopan dan gak cocok buat gadis imut macam anaknya.
Mira heran. "Kakak baik? Siapa?"
"Ih dia gak ngomong namanya, tapi kakak baik itu ganteng banget, tinggi lagi."
"Mungkin bukan dia yang tinggi, lonya aja yang pendek."
Wajar saja Mira berbicara seperti itu, karena Laura memang sedikit pendek darinya, mungkin sekuping Mira jarak tinggi mereka.
"Gimana sih cara tinggi? Lala diledek pendek Mulu."
"Emang lonya aja yang pendek, bego," ucap Mira sambil mendorong kepala Laura pelan.
"Tapikan Lala gak mau dilahirin pendek," ucapnya dengan wajah imut yang dibuat-buat.
Sekarang mereka berada di halte bus, banyak kendaraan yang lalu lalang jadi keduanya juga tidak terlalu takut disini berlama-lama.
"Udah ah jangan banyak omong! Sekarang Lo mau nginep di rumah gue atau mau pulang ke rumah Lo?"
Orang tua Laura membeli rumah di sini, ya mana mungkin dua orang itu tega membiarkan anak mereka tinggal di tempat yang sempit, lebih baik membeli rumah langsung.
"Nginep aja deh, biar gak kesiangan ke sekolah baru," balas Laura sambil tersenyum manis, pada akhirnya mereka pulang ke rumah murah dengan taksi.

Komentar Buku (621)

  • avatar
    IshakMaulana

    mantap men

    2h

      0
  • avatar
    Aulia Lia

    cerita nya bagus bangett , ada sedii nya juga

    6d

      0
  • avatar
    SelfyanaSelfy

    wahhh baguss bangett ceritanyaaa 🤩

    22d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru