logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

5. Menolak Pelakor

Di sinilah sekarang Elina duduk menunggu seseorang di salah satu cafe terdekat dari kediaman keluarga Maheswara. 
"Maaf ya, saya telat." Seorang wanita dengan memakai jas dokter tersenyum tampak tidak enak karena terlambat hanya beberapa menit.
"Iya, saya juga baru datang." Elina membalas senyuman dokter wanita di depannya.
"Sebenarnya ada apa, Mbak?" tanya Shanika langsung. Dirinya juga penasaran, Elina tiba-tiba menghubunginya dan meminta bertemu.
"Saya boleh bertanya?" Suara Elina dengan intonasi rendah.
Shanika mengangguk setuju. Apapun yang akan ditanyakan Elina. Ia akan menjawabnya langsung.
"Saya hanya meminta kejujuran Dokter Shanika," kata Elina berubah serius. Bahkan Shanika sempat terperangah dengan perkataan Elina. 
Shanika baru mengetahui fakta mengejutkan dari menantu Maheswara. Ternyata Elina tidak selembut yang ia pikirkan dan rumor yang beredar.
"Kejujuran bagaimana maksudnya Mbak?" tanya Shanika hati-hati.
"Kamu menghadiri pesta dua hari yang lalu dan bersanding dengan suami saya?"
Deg!
Nafas Shanika tercekat. Bagaimana Elina tidak marah, ternyata dia sudah mengetahui rahasia itu. Bagaimana Shanika akan mengelak lagi. Semuanya benar.
"Kalian mengadakan pertemuan keluarga besar."
"Bukan seperti itu, Mbak." Shanika menggigit bibir bawahnya bergetar ketakutan karena kepergok kencan dengan suami orang lain. Kalau berita ini diketahui oleh media. Pasti reputasinya akan tercemar.
"Saya di sini tidak menyalahkan siapapun. Tapi tolonglah! Jangan menjadi bumerang dalam rumah tangga kami. Saya tengah mengandung. Kita sama seorang wanita."
Seakan tertampar dengan perkataan Elina. Shanika tidak berani menatap langsung manik mata Elina. Ia mengeratkan tangannya di jas kedokterannya. Bibirnya bergetar.
"Maafkan saya Mbak. Saya tidak bermaksud menjadi orang ketiga dalam hubungan Mbak."
"Kemarin, saya dan keluarga menghadiri acara pesta perusahaan Corel. Karena keluarga kami bersahabat. Akhirnya keluarga menyuruh kami berdua mengobrol. Saya dan Aldi tidak memiliki hubungan apapun."
"Saya mengetahuinya. Tapi sebelum itu semua terjadi. Saya peringatkan sejak awal."
"Terima kasih Mbak." 
"Urusan saya telah selesai. Saya pamit dokter Shanika."
"Hati-hati Mbak."
Setelah selesai mengobrol.  Elina memilih untuk berpamitan, meninggalkan Shanika yang masih terdiam mencerna segala ucapan Elina barusan.
"Aku sebenarnya sayang sama Aldi. Jujur sampai sekarang aku belum melupakan cinta pertama ku."
Shanika selalu berusaha melupakan semua kenangan mereka. Tapi ketika Shanika mulai berhasil melupakan Aldi. Tamara selalu berusaha untuk mendekatkannya dengan anaknya. Dan berjanji akan membantunya untuk memisahkan Aldi dengan istrinya.
Awalnya Shanika menolak. Karena ia tidak ingin menjadi pelakor dalam hubungan rumah tangga Aldi. Namun entah kenapa hatinya tidak searah untuk melupakan Aldi dan selalu memaksanya untuk memperjuangkan Aldi sampai Aldi menjadi miliknya.
Bolehkah Shanika egois sekarang? Shanika yang berhak untuk memiliki Aldi. Sedangkan Elina baru datang di kehidupan Aldi dan merusak semua rencananya. 
****
"Kamu dari mana??" tanya Tamara dengan suara menginterogasi Elina.
"Menghabis uang kak Aldi, Ma. Kan cita-cita nya menjadi istri dari konglomerat nomor satu telah terwujud," sahut Naila berjalan mendekati mereka bersama dengan Keyra adiknya.
"Kamu memang istri tidak tahu malu. Suami lelah bekerja, kamu kerajaanya berfoya-foya dengan teman-temanmu."
"Saya tidak pernah berfoya-foya. Walaupun saya menghabiskan uang. Itu murni nafkah dari suami saya. Bukan uang kalian." 
Habis sudah kesabaran Elina. Ia tidak suka difitnah. Dirinya tidak pernah melakukannya.
"Waw, babu kita sudah berani melawan Ma." Keyra menunjuk wajah Elina dengan jari mungilnya.
Elina tidak memperdulikan semua komentar mereka. Wanita hamil itu berlalu meninggalkan mereka semua yang tengah mengoceh dan sibuk dengan hujatan yang dilontarkan padanya. 
"Lihatlah! wanita kampungan itu semakin menjadi-jadi. Seakan menjadi nyonya besar di sini." Naila menatap berang punggung Elina yang sudah hilang di balik pintu.
"Tunggu waktunya tiba. Wanita itu akan kita singkirkan dari rumah ini. Menikmati masa-masa terindahnya terlebih dahulu. Besok akan menjadi kenangan."
***
Shaka menabrak bahu Naufal yang tengah memainkan game di komputer. Selain keturunan konglomerat, mereka juga seorang youtuber games.
"Lo gak bosen sama Naila?" Shaka bertanya serius, "Apalagi Naila sampai sekarang belum mengandung."
"Lo bosen. Gue juga bosen. Jangan-jangan mereka berdua mandul. Dua tahun kita telah menikah. Bahkan hasilnya tidak ada sama sekali."
Sebenarnya kedua keluarga besar mereka tengah melakukan aksi protes. Karena sampai sekarang kedua keluarga tersebut belum memiliki keturunan dari mereka berdua.
"Kalau mereka berdua sampai tidak hamil dalam jangka waktu lima bulan kedepan. Gue mau bercerai." Shaka mengambil keputusan final. Sampai kapan ia akan menunggu kehadiran seorang anak dalam rahim istrinya.
"Gue setuju dengan keputusan lo." Akhirnya Naufal juga akan mengambil jalan pintas dengan bercerai juga.
****
Derap langkah kedua kaki Naufal mendekati wanita hamil yang sedang memasak di dapur, dengan memakai celemek mampu menyihir penglihatan Naufal. Elina bertambah cantik sekian kali lipat ketika mengandung.
"Hai." Sentuhan telapak tangan Naufal di bahunya membuat Elina menjerit terkejut.
Elina menyingkirkan tangan besar Naufal dan sedikit menggeserkan diri. Pria itu menggeram.
"Kamu kaget??" tanyanya.
"Tidak. Tapi kurang sopan ngobrol berdua maupun saling bersentuhan." Elina menjelaskan dengan sopan. Sedangkan Naufal merasa tersinggung dengan penolakan Elina. Untuk pertama kalinya, dirinya ditolak  seorang wanita. Apalagi ini Elina, wanita biasa dan tidak sebanding dengannya.
Semua wanita selalu Naufal berhasil taklukan. Bahkan mereka dengan senang hati menyerahkan semuanya untuknya. Namun yang Naufal nikahkan hanya keluarga dari kalangan atas. Salah satu putri Maheswara dan penguasa nomor satu di daerah ini.
"Tidak perlu canggung dengan saya Elina. Bahkan kita bisa berkomunikasi dengan bebas di luar rumah."
Elina mengerutkan alisnya bingung. Dirinya tidak salah mendengarkan apa yang diucapkan pria ini. Apa pria ini tengah mengajaknya berkencan.
"Maaf!! Tidak baik bagi ibu hamil seperti saya berkeliaran di luar rumah."
Setelah mengatakan hal itu. Elina pergi meninggalkan dapur. Ada rasa takut menggerogoti hatinya mendengar secara terang-terangan Naufal mengajaknya bertemu. Sepertinya pria itu terlihat ambisius. Terlihat jelas matanya bergerak menelitinya dengan menggoda.
Sedangkan Naufal tersenyum melihat punggung mungil Elina menjauhinya dengan langkah tergesa-gesa. Naufal berhasil membuat istri dari Aldinata Maheswara salah tingkah.
Elina segera mengunci pintu kamarnya. Ipar adalah musuh yang nyata. Elina bergerak gelisah menetralkan detak jantungnya yang menggila. Mertua dan kedua adik iparnya, siang ini biasanya pergi ke luar untuk menghabiskan uang bulanan.
****
"Ada perlu apa Anda memanggil saya Dokter Shanika??" suara berat Aldi seakan menusuk langsung hati Shanika yang tengah menunggu kedatangan Aldi di cafe dekat dengan kantor Maheswara Group.
"Kemarin istri anda bertemu dengan saya. Membicarakan tentang...."
"Saya yang menyuruhnya." Aldi langsung memotong perkataan Shanika.
"Kenapa??" tanya Shanika penasaran dengan alasan Aldi. 
"Agar tidak ada penghancur dalam rumah tangga saya dan Elina."
Shanika terdiam mendengar sindiran halus dari bibir Aldi. Dengan sangatlah nyata Aldi tidak lagi menganggapnya orang yang berarti dalam kehidupan pria itu.
"Kita teman Aldi." Shanika mencoba membantahnya. Ingin sekali Shanika seperti dulu, bebas bermain dan menyembunyikan perasaannya dalam diam. Sekarang Aldi telah memiliki seorang istri.
"Saya bukan seorang pria yang berteman dengan wanita. Walaupun Dokter teman kecil saya. Kehidupan kita telah berjalan lancar, jangan memperumitnya dengan alasan itu."
"Tapi saya sayang sama kamu Aldi." Akhirnya Shanika mengungkapkan perasaannya. Bertahun-tahun lamanya, dirinya tersiksa dengan cinta sepihak.
Ada raut terkejut terlihat jelas dari wajah tampan Aldi mendengar semuanya. Selama ini dugaan Aldi benar adanya. Ternyata Dokter Shanika memiliki perasaan padanya.
"Sejak kapan dokter Shanika?" tanya Aldi mengeram.
"Pertemuan pertama kita. Saya langsung jatuh cinta pandangan pertama dengan Anda Tuan Aldinata Maheswara."
Fakta yang sebenarnya. Dulu Aldi pernah memiliki perasaan pada wanita ini. Namun, dia yakin itu bukan perasaan cinta tapi hanya kekaguman.  
Mendengar pengakuan Dokter Shanika.  Ada rasa bahagia secuil di sudut hatinya yang paling dalam. Ternyata wanita yang selama ini dia kagumi karena profesinya menjadi Dokter. Memiliki perasaan pada nya.
"Hilangkan perasaan anda Dokter!!" tegas Aldi langsung. Dia telah memiliki seorang istri yang sangat cantik dan baik. Tidak sebanding dengan dokter Shanika. Hampir semua bongkahan hatinya dipenuhi nama Elina dan Elina seorang.
"Saya mengerti. Saya hanya menyampaikan apa yang perlu disampaikan, agar hati saya lega."
Aldi menunduk melihat jam tangan yang melekat di tangan kekarnya. Dirinya harus segera kembali ke kantor.
"Saya pamit." Aldi mengambil selembar uang di dompetnya dan menaruhnya di atas meja. Walaupun Shanika sempat menolak dengan gerakan di bibirnya. Namun Aldi tidak memperdulikan hal itu. Berbicara dengan Shanika membuang waktu Aldi tiga puluh menit. 
Shanika menatap punggung Aldi keluar dari pintu cafe. Dengan wajah sendu Shanika menunduk lesu. 
"Apa aku menerima saja tawaran dari tante Tamara...." Shanika bergumam lirih.
****
"Non kenapa sendirian di luar?" tanya bibi Minah melihat majikannya duduk di salah satu kursi memanjang di taman.
Bibi Minah tengah membersihkan dedaunan di atas kolam menggunakan sapu panjang. Tidak sengaja menatap punggung mungil Elina yang terlihat lesu.
"Eh, Bibi. Elina hanya bosan di dalam kamar," kata Elina memutar tubuhnya berhadapan dengan bibi Minah.
"Cerita sama Bibi, Non." Bibi Minah ikut duduk di dekat Elina. Wanita hamil itu semakin menggeser dirinya agar lebih dekat dengan wanita tua itu.
"Sebenarnya ada rasa takut dalam diri Elina Bi. Naufal, tadi mengganggu Elina." Suara Elina terdengar ketakutan dan gelisah. Bukan karena dirinya risih, namun dirinya takut ini akan menjadi masalah dalam rumah tangga Elina.
"Sudah berapa kali Tuan Naufal mengganggu Non Elina??" 
"Kalau ada kesempatan. Naufal selalu mengganggu Elina Bi. Seperti sekarang, karena rumah sepi Naufal berani menyentuh bahu Elina."
"Mungkin Tuan Naufal menyukai Non Elina," ungkap Bibi Minah menduga-duga.
Elina segera menggelengkan kepalanya. Naufal tidak menyukainya namun bernafsu melihatnya. Itu yang membuat Elina takut. Banyak kejadian dalam rumah tangga yang hancur karena seorang suami dari ipar melakukan berbagai cara untuk menggoda. Mungkin Elina tidak akan tergoda rayuan maut Naufal, namun kalau semua anggota keluarga mengetahuinya permasalahannya akan panjang.
Melihat majikannya melamun, bibi Minah mengusap bahu Elina dengan lembut. Seakan menyalurkan kehangatan dan kekuatan untuk Elina.
"Non Elina yang sabar, ya!! Apapun yang terjadi dalam rumah tangga, itu adalah cobaan dalam kehidupan kita."
"Iya Bi. Kesetiaan Elina tengah diuji oleh sang Kuasa. Elina tidak akan pernah berani berkhianat, karena Elina sangat mencintai Mas Aldi."
"Sepertinya Tuan Naufal bukan hanya mengincar Non Elina."
"Maksud Bibi bagaimana??" tanya Elina dengan raut wajah terkejut. Naufal tidak hanya mengincarnya?? Jadi Naufal mengincar orang lain juga.
"Kemarin ada salah satu maid muda menceritakan semuanya ke Bibi. Naufal selalu pergi ke kamar para maid kalau malam hari. Hanya sekedar mengintip."
Apa yang dilakukan pria di malam hari mengintip seorang gadis tertidur?? Elina tidak habis pikir dengan semua ini. Apa patut seorang anak konglomerat kaya berkelakuan seperti penjahat kelamin yang sedang mengincar mangsanya di malam hari.
"Ada berapa maid muda di rumah ini, Bi??" tanya Elina.
"Sekitar lima orang Non Elina. Minggu lalu mereka datang dari kampung untuk mencari nafkah. Karena keluarga Maheswara membutuhkan pelayan yang banyak. Jadi Bibi menerima mereka."
"Bibi pantau lima maid muda setiap saat. Kalau bisa di dalam satu kamar terdiri dari beberapa maid yang berumur acak. Jadi kalau ada kejadian yang tidak diinginkan. Para maid senior bisa segera menolong dan melapor." 
Bibi Minah segera mengangguk. Walaupun dia sudah berumur. Dia juga merasa resah dengan kelakuan salah satu majikannya itu. Sepertinya Naufal sudah biasa bermain dengan para wanita malam, seperti yang dilakukan banyak orang kaya pada kebanyakan. 

Bình Luận Sách (122)

  • avatar
    RIskha

    lanjut , dalam cerita ini juga ngajarin kalo cuma cinta aja belum bisa memperkuat hubungan tapi harus ada kepercayaan satu sama lain dan itu yang belum bisa dimiliki Aldi

    05/02/2022

      2
  • avatar
    Sunadi22

    makasih

    4h

      0
  • avatar
    Hanani

    apakah sampai disini saja

    03/04

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất