logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

bab 4 Aku Pelakor

Bab 4 Aku Sang Pelakor
Wajah Mas Farel pucat saat Tasya memeluknya, bibirnya bahkan gemetar dan wajahnya berubah pias saat menatapku.
"Kok Papa sama Bu Guru datangnya?" Ujar Tasya, wajah anak kecil itu tampak bingung.
Sementara Mas Farel hanya berdiri mematung menatapku.
"Iya sayang, tadi Papa kamu ketemu Bu Guru dulu," ujarku kemudian berjongkok mensejajarkan tubuhku dengannya. "Mama mana?" Lanjutku.
Sebisa mungkin aku menyembunyikan gejolak dihati dan menahan air mata agar tak jatuh kepipi. sungguh hatiku terasa sakit dan pilu, dadaku bahkan terasa sesak.
"Ada di dalam," jawab Tasya. Senyum tak lepas dari bibir mungil itu.
"Mama..Papa datang ni sama Bu Guru," ujar Tasya sambil berlari riang masuk kedalam. Tampak dia begitu bergembira menyambut kedatangan kami, bukan, lebih tepatnya kedatangan Mas Farel.
Kutatap Mas Farel yang masih berdiri mematung menatapku.
"Sayang, aku akan jelaskan semuanya. Ini tak seperti yang kamu bayangkan," ucap Mas Farel berusaha meraih tanganku namun segera kutepis.
"Nanti saja jelaskan didalam," ketusku.
Aku segera berjalan kedalam rumah Mbak Riana dengan sejuta rasa dan gejolak dihati ini, aku ingin lari dari kenyataan ini tapi aku sadar sepahit apapun ini aku harus hadapi.
"Mas kok bisa samaan sama Bu Guru Ane?" Tanya Mbak Riana sedikit bingung.
Kuperhatikan saja Mas Farel yang masih tetap diam dan sedikit kaku saat Mbak Riana mencium punggungnya.
Ya Allah, kuatkan hatiku.
"Nenek, ini Bu Guru Ane, Guru cantiknya Tasya," kata Tasya mmperkenalkan aku dengan neneknya namun wanita tua itu menatapku penuh selidik.
"Mas mau minum apa, aku buatkan?" Ujar Mbak Riana lembut pada Mas Farel namun Mas Farel hanya diam, mulutnya seperti terkunci.
Ya Tuhan teganya Dia mengkianati wanita sebaik Mbak Riana, sungguh aku menyesal Ya Allah sudah mempercayainya.
Betapa bodohnya aku yang mau saja diperdaya olehnya Ya Allah.
"Mas," kata mbak Riana kembali memanggil Mas Farel.
"I-iya," jawab Mas Farel lirih, seperti enggan membuka suara. Entah bagaimana hatinya saat ini.
"Kok kamu diam saja?"
Senyap, Mas Farel sepertinya sudah mati kutu.
"Kamu kemana saja Rel? Riana ini masih istrimu dan kamu masih wajib menjenguknya bahkan menafkahinya. Kamu gak bisa melepas tanggung jawab begitu saja pada Riana. Dimana hati kamu membiarkan istrimu berjuang hidup sendirian."
Kata- kata Ibu Mbak Riana itu serasa menampar wajahku, betapa egoisnya aku yang setiap malam bisa memeluk suamiku sementara istri pertamanya menderita.
Tapi benarkah ini salahku, jika aku juga korban?
"Bu," Mbak Riana memegang tangan Ibunya lembut. "Gak usah bicara ini dulu ya, gak enak sama Bu Guru," ujar Mbak Riana.
Netra Ibunya kini beralih memandang kearahku, tatapanya tajam serasa ingin mengulitiku.
"Bagaimana Bu Guru bisa datang dengan mantu saya, jangan-jangan Bu Guru ada hubungan dengan Farel."
Jleb kata-kata bagai busur tajam menusuk lerung hatiku, sakit dan perih menusuk jantung hingga ke paru sehingga aku susah untuk bernapas.
"Saya..," kataku tertahan.
"Dia istri saya," ujar Mas Farel yang tanpa kuduga.
"Maksudnya apa Mas?" Tanya Mbak Riana.
Wanita itu menatap tepat kemanik mata Mas Farel.
"Aku sudah menikah lagi, maap tapi aku sudah tak tahan menghadapi kamu yang sakit-sakitan, aku menjadi tak terurus, kebutuhan lahir maupun batinku terabaikan."
Jleb
Ya Tuhan jadi begini aslinya lelaki yang selama ini aku puja.
"Tega kamu Mas," ucap Mbak Riana. Kedua netranya berembun, dadanya bergelombang.
"Dimana hati nurani kamu Mas, saat aku sakit, saat aku membutuhkan dukunganmu, kamu malah dengan teganya bersenang-senang dengan wanita lain."
Mbak Riana memegang dadanya, sepertinya Dia juga kesulitan untuk bernapas.
"Dan kau," kini Mbak Riana beralih menatapku. "Selama ini aku anggap kamu wanita baik-baik dan terpelajar tapi nyatanya," kembali Mbak Riana menatapku penuh emosi.
"Dasar pelakor," ucap Mbak Riana dengan penuh penekanan.
Mbak Riana menatap menyalang kearahku, kilat kemarahan terlihat jelas dimatanya.
Ya Tuhan apa yang harus aku katakan.
"Aku pikir kau wanita baik-baik Mbak, kamu begitu lembut, bahkan aku sudah anggap kamu seperti adikku, ternyata," Mbak Riana menarik napas sepertinya menahan gejolak ," kamu tak ubah seperti ular, kelihatan berpendidikan tapi murahan!"
"Cukup!" Ucap Mas Farel menatap tajam kearah Mbak Maria.
"kamu gak berhak merendahkan istriku, ini bukan salahnya," ujar Mas Farel dengan suara berat.
"Lalu apa namanya kalau bukan murahan hah, perebut suami orang!"
"Aku bilang cukup!"
Suasana yang harusnya nyaman kini menjadi tegang, aku sendiri tak tahu harus bagaimana. Disisi lain aku ingin marah dan membela diri tapi disisi lain aku juga paham bagaimana hati dan perasaan Mbak Riana saat ini, Dia tentu syok dan kecewa dengan perbuatan Mas Farel.
"Sekarang kamu pilih Mas! Aku yang sudah memberimu keturunan atau Dia," Mbak Riana menatap tajam kearahku ," perempuan mandul itu?"
"Tak perlu Mbak! Tak perlu menyuruh Mas Farel memilih, saya yang akan mundur Mbak. Maapkan saya jika selama ini sudah merebut suami Mbak."
Aku tahu aku kelihatan bodoh mengatakan ini, tapi aku mencoba memahami situasi dan kondisi Mbak Riana.
"Gak usah sok baik kamu!" Kali ini ibu Kak Riana ikut bicara dan memojokkan aku.
Ya Tuhan apa yang harus katakan pada mereka?
"Kalian," Mas Farel menunjuk Mbak Riana dan mertuanya " jangan pernah menghakimi Ane, ini bukan salahnya."
Harusnya aku senang dibela sedemikan rupa oleh lelaki yang aku cintai tapi tidak untuk kali ini, aku merasa muak dengan sikap Mas Farel. Aku jijik dengan sifat egoisnya ini.
Brak
"Mama,"
Tasya berteriak saat melihat Mbak Riana.
Astaga.. Mbak Riana
Aku menjerit melihatnya.
Jangan lupa tap love dan komen pada cerita ini, klik tombol berlanggan untuk mendapatkan notifikasinya.

Bình Luận Sách (177)

  • avatar
    samsul bSamsul

    dimana beli diamond

    13d

      0
  • avatar
    Setyawati Setyawati

    Bagus dan menarik agak menyebalkan juga

    08/04

      0
  • avatar
    AniFerly

    seru banget.bikin penasaran

    08/01

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất