logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Melukis Senja

Melukis Senja

Unna Adin


part-01

"Mana kaos kakiku yang warna putih?!" tanyaku dengan intonasi sedikit keras. Agar, seluruh penghuni rumah mendengar pertanyaanku tersebut.
"Aku gak tau, ya." Sahutan pertama.
"Aku, apalagi. Gak ada makai juga." Kedua.
"Gak tau." ketiga.
"Makanya, kalau dirasa mau dipakai tuh disiapin dari kemarin. Kebiasaan banget, kan. Udah mau berangkat baru teriak-teriak nyariin. Gak ada kapok-kapoknya, begitu terus setiap hari." Jawaban keempat.
" Dicariin dulu, yang benar." Jawaban kelima. Jawaban yang paling kalem nadanya, diantara jawaban yang lain.
Homan. Kalian bisa menebak, gak. Jawaban mamaku yang mana?
Iya, hooh, yups, kalian benar. Yang keempat. Jawaban dari sang ratu di rumahku.
Meskipun jawaban beliau sepanjang rel kerea api serta yang panjang kali lebar. Terus dibumbui dengan kata-kata menyudutkanku seperti itu. Namun, diantara semua yang menjawab, Mamalah orang yang ikutan bantuin aku mencari kaos kaki yang hilang tadi.
Jadi, meski Mama berkata kasar atau marah sekalipun aku tetap berterima kasih. Karna, beliau masih mau membantuku.
Terus, jawaban yang pertama itu. Jawaban yang mencerminkan orang paling cuek sedunia. Dia adalah Adik bungsuku. Orangnya selain pendiam juga cuek banget sama orang di sekitar dia. Tumbenan juga dia ikut menyahut hari ini. Biasanya juga dia diam aja, tuh.
Maksud dari hari apa, ya?

Haha, pertanyaan yang membuat aku sedikit malu untuk menjawabnya. Namun, demi kalian aku tetap jawab meski jawaban itu menyebarkan sedimit aibku, hehe.
Maksudnya hari ini, tuh, ya aku kehilangan kaos kakinya gak cuma hari ini aja, guys. Akan tetapi, sering. Seperti yang mamaku tadi bilang. Hampir setiap hari, hihi.
Nah, aib banget, kan? Aku tutup muka sambil nyengir saat menjawab.
Kalau jawaban yang ketiga tuh jawaban andalan banget dari orang yang merasa bersalah. Setiap ada kehilangan di rumah ini, karna cari aman. Jawaban dia selalu begitu. Aku aja sampai bosan mendengarnya. Ah, mungkin dia juga sama, bosan mendengar pertanyaanku yang itu-itu aja setiap harinya, haha. Dia adikku juga. Lahir setelah aku berumur 1,5 tahun.
Yang jawaban ketiga nih yang paling aku gak suka mendengarnya. Meski itu jawaban dari kakakku. Karna, menurutku jawabannya hanya sekedar basa-basi busuk. Gak ada peduli atau kasihan gitu. Melihat adiknya yang sedang kehilangan.
Meski cuma kehilangan kaos kaki. Kalau kita tidak memakainya saat menggunakan sepatu, kan aneh gitu rasanya. Gak nyaman juga. Bahkan, kaki bisa ikutan bau kalau gak pakai kaos kaki. Iya, kan?
Kakakku ini mah mau aku kehilangan nyawa juga dia pasti gak peduli, kali. Apalagi ini cuma kehilangan kaos kaki. Baginya, akutuh kayak benalu. Soalnya, aku suka pinjam-pinjam barang dan bajunya, sih. Hehe.
Kenalkan, dia adalah Kakak perempuanku yang nomor tiga. Sudah berkeluarga, seperti kakakku yang lain. Sudah punya anak juga satu. Anaknnya cewek. Anaknya juga sering kubuat nangis. Mungkin itu juga yang menambah salah satu alasan yang membuat dia tidak menyukaiku.
Oh, iya. Aku anak keenam dari delapan bersaudara. Mempunyai dua Kakak perempuan dan tiga Kakak laki-laki, serta dua adik perempuan.
Namun, meski banyak bersaudara. Yang ada di rumah ini aku, kedua adikku, serta kedua orang tuaku. Itu kakakku yang ketiga juga tumben hari ini ada di rumah. Mungkin ada keperluan atau mamaku kangen kali sama cucunya jadinya dia main ke sini, meski ini masih pagi.
Nah, kalo jawaban paling adem untuk di dengar diantara yang lain itu kalian bisa nebak juga gak, itu siapa?
Iyeeees, beliau adalah bapakku, juga merangkap sebagai orang yang paling waras pikirannya di rumah ini, setelah Mama. Mama emang suka marah-marah sama kita anak-anaknya. Namun, semarah-marahnya beliau, tetap saja Mama adalah orang paling juara.
Bayangkan, semua pekerjaan yang tadinya terlihat berhambur dan berserakan tiba-tiba dalam sekejab menjadi rapi dan bersih. Tanpa ada keluhan serta drama seperti yang sering aku dan adik-adikku katakan. Seperti "Aduh, capeknya."
Seperti yang aku bilang tadi. Beliau yang ngomel dan marah atas keteledoranku setiap hari. Namun, beliau juga yang bantu mencari serta yang mememukan kaos kaki itu untukku.
"Terima kasih, Mama." Ucapku sambil cengesesan. Sambil mengambil kaos kaki berwarna putih yang Mama sodorkan ke arahku.
"Awas, kalo besok sampai hilang lagi." ancam Mama kepadaku yang tiap jari dramanya selalu kehilangan kaos kaki.
"Dia hilang sendiri, Ma. Perasaan kemaren aku taroh di atas rak sepatu. Pas aku cariin lagi udah gak ada di sana." Jawabku tanpa rasa bersalah sambil memakai kaos kaki putih tadi.
"Perasaan-perasaan terus. Kamu taroh di bawah kursi juga jawabnya perasaan di atas rak. Gitu ae terus." jawab Mama lagi terdengar semakin keras. Mama sepertinya ingin marah lagi, nih.
" Maaf, Ma." ucapku dengan niat meredam amarah beliau yang sepertinya sebentar lagi akan meledak. Alhamdulillah, ucapan makasih itu berhasil. Karna, sekarang Mama sudah ingin berbalik tanpa terlihat raut marah di wajah beliau.
Sebelum Mama berlalu, aku langsung mencegat beliau dengan tangan telulur. Mama yang mengerti maksudku langsung mengulurkan tangan juga. Setelah aku selesai salim. Mama langsung masuk ke dalam rumah lagi.
"Taroh di dalam sepatu aja kaos kakinya biar gak hilang-hilang lagi." ucap Bapak yang sekarang sudah duduk di kursi tepat di sampingku.
"Ish. Bau, Pak." Ucapku dengan bibir mengerucut tanda protes sambil mengibas-ngibaskan asap yang mengarah ke arahku.
Mendengar ucapanku. Bapak langsung menjauhkan rokoknya dengan meletakan tangan yang memegang rokok ke samping bawah yang sejajar dengan kaki beliau. Jadi, asap yang keluar tidak melewati wajahku lagi. Meski begitu, aku tetap saja tidak suka. Karna selain tidak suka dengan bau rokok. Aku juga sangat takut saat melihat batangan rokok.
Itulah aku. Orang yang phobia dengan rokok namun mempunyai seorang Bapak yang perokok aktif. Sangat aktif malah. Sehari, Bapak sanggup menghabiskan dua bungkus rokok sekaligus.
Mangkanya, karna Bapak merokok itulah alasan yang membuatku melakukan hal yang sangat beliau larang.
Apakah itu? Hmmm, nantilah kukasih tahu jawabannya, ya. Sekarang aku mau jawab perkataan bapakku tadi. Gatal banget tenggorokanku, tidak sabar ingin cepat-cepat menjawab apa yang tadi Bapak katakan.
"Bau lah, Pak kalau kayak gitu." balasku tidak terima dengan usul beliau.
"Dari pada hilang lagi, hayo. Kena omelan mamamu lagi, mau. Pilih mana?" tanya Bapak sambil menatapku serius.
Mendengar itu. Aku langsung terdiam sambil berpikir. Pilih mana, ya. ucapku dalam hati.
Sudahlah. Kalau ngikutin Bapak nanti kaos kakiku bau. Lagian, meski kena omel Mama. Toh, aku juga selalu dibantui nyari. Tanpa menjawab pertanyaan dari Bapak itu. Aku langsung bangkit. Berdiri di depan beliau sambil mengulurkan tangan. Ingin salim seperti yang tadi kulakukan dengan, Mama.
Melihatku ingin salim. Bapak langsung memindahkan rokok yang beliau jepit menggunakan jemari tangan kanan ke tangan sebelah kiri. Meski ada perasaan geli saat salim dengan Bapak karna tangan beliau baru saja bekas memegang rokok. Namun, perasaan itu aku tahan sekuat tenaga. Karna, sebagai anak juga aku harus hormat dengan orang tua meskipun tangan beliau bekas memegang sesuatu yamg sangat aku benci dan takuti.
Saat salim dengan, Bapak. Dalam hati aku berkata. Orang yang nanti akan menjadi jodohku haruslah laki-laki yang tidak merokok.
Setelah salim, aku langsung mengucap salam tanda pamit, pergi ke sekolah. Di jalan, aku menyadari kata yang kuucapkan dalam hati tadi. Saat mengingatnya, lantas, aku langsung tersenyum sendiri. Umur masih belasan tahun, tapi sudah memikirkan tentang jodoh.
Namun, senyumku langsung hilang, berganti dengan wajah yang menyiratkan kekhawatiran.
Mana kala mengingat jika nanti malam aku ada janji bertemu dengan seseorang yang tentu saja kalau ketahuan aku akan mendapat hukuman berat dari Bapak.
Next

Bình Luận Sách (142)

  • avatar
    Rembez Rembez

    bagus menarik, saya suka dengan cerita novel

    4d

      0
  • avatar
    maewaJael

    bagus

    18d

      0
  • avatar
    HendiHusni

    nice

    21d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất