logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Hari Terakhir Di Rumah Casi

"Casi, tolong aku, aku takut ketinggian," ucap Alex.
Casi hanya melihat Alex sambil tertawa terbahak-bahak, tidak berniat untuk menolongnya.
"Casi, ayolah, aku mohon," ucap Alex mengiba.
"Iya, iya, bagaimana aku harus menolongmu?"
"Berdirilah memeluk pohon, aku akan menggunakan bahumu sebagai pijakan."
"Hey, yang benar saja kamu? Aku tidak mau. Kamu tidak sadar kalau badanmu itu berat apa?" 
"Kalau begitu tolong carikan bantuan."
"Tempat ini terlalu jauh, jarang ada orang yang ke sini. Yakin kamu mau aku tinggal di sini sendirian untuk mencari bantuan?"
"Tidak, jangan tinggalkan aku, aku takut ada harimau lagi."
"Ish, mana berani harimau ke sini."
"Kalau begitu carilah cara agar aku bisa segera turun dari sini."
"Iya, eh, kenapa harus aku yang pusing nyari jalan keluar?"
"Karena kamu yang membuatku jadi seperti ini."
"Baiklah," Casi berjalan ke dekat pohon dan mulai duduk di sana.
"Kenapa kamu malah duduk santai sih? Apakah kamu tidak lihat aku sudah lelah bertengger di pohon? Di sini banyak semut jadi…."
"Tolong diam sebentar, Tuan cerewet. Aku sedang berfikir."
"Baiklah."
Tidak lama kemudian terdengar dengkuran halus dari bawah pohon.
"Casi, apakah kamu tidur? Hey, Casi! Casi!" teriak Alex.
"Eh, iya, ada apa?" jawab casi kaget karena matanya memang sempat terpejam sesaat.
"Lekaslah tolong aku, please," kali ini Alex memohon dengan wajah yang mulai memucat.
"Ah, aku ada ide?"
"Apa itu?"
"Diamlah!"
"Iya,iya."
Casi membawa kuda ke dekat pohon agar bisa dijadikan pijakan untuk Alex.
"Turunlah!" perintah Casi.
"Apakah kuda itu aman? Dia tidak akan berlari dengan tiba-tiba kan?"
"Tidak, ayolah, percayalah kepada ku."
"Baiklah."
Dengan perlahan Alex mulai menuruni pohon dan berpijak di punggung kuda. Aman, dia bisa dengan selamat sampai di atas punggung kuda. Alex merasakan tangannya digigit semut, reflek dia melepaskan pegangan tangannya dan mengakibatkan dia kehilangan keseimbangan.
Gubrak….
Alex jatuh menimpa tubuh Casi. Mata mereka beradu, Alex memandang Casi dengan cukup intens. Casi diam membeku di pandang seperti itu. Alex mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Casi berniat menciumnya.
Duak….
Sampai akhirnya satu tendangan mengenai perut Alex dan membuatnya jatuh terjungkal.
"Aduh, apa-apa sih kamu? Sakit tau," protes Alex.
"Kamu itu yang apa-apaan? sukanya mencari-cari kesempatan, dasar mesum!" jawab Casi marah.
"Hehe … maaf, sengaja. Eh, tidak sengaja," jawab Alex sambil cengengesan.
"Ayo segera pulang."
"Baiklah."
Mereka berdua mulai menaiki kuda dan berjalan pelan menuju rumah. Sampai di sebuah lapangan, Alex melihat segerombolan anak-anak yang sedang bermain layang-layang.
"Casi, tolong jaga kudaku."
"Hey, mau ke mana kamu?"
"Melihat anak-anak bermain." Alex berlari ke arah anak-anak.
Dia meminjam salah satu layang-layang milik anak-anak itu dan mulai menerbangkannya. Saat layang-layangnya berhasil terbang tinggi dia tertawa dengan riang seperti anak kecil. Casi tersenyum melihat tingkah Alex.
"Alex, ayo kita pulang."
"Sebentar lagi."
"Bunda baru saja mengirim pesan, mengabarkan kalau sepedamu sudah jadi."
"Oh, baiklah," Alex terlihat kecewa karena harus menyudahi permainannya.
Mereka berdua pun bergegas pulang. Sampai di rumah ternyata Mang Ujang sudah berada di sana untuk mengantarkan sepeda motor.
"Ini sepeda motornya Den, silakan di coba dulu," ucap Mang Ujang.
"Terimakasih, Mang."
Alex mulai mencoba sepeda motor tersebut mengelilingi halaman rumah.
"Sepertinya sudah tidak ada masalah Mang,  terimakasih ya. Bagaimana dengan biayanya?"
"Ini notanya Den, di sana ada nomor rekening dan nomor telepon, silakan Aden transfer saja," ucap Mang Ujang sambil menyerahkan selembar nota.
"Satu juta rupiah?"
"Kenapa Den? Apakah terlalu mahal?"
"Tidak Mang, justru ini sangat murah," jawab Alex merasa heran dengan biaya perbaikan.
"Hah? Murah?"
"Mengingat kerusakan yang cukup parah, jika saya memperbaikinya di bengkel yang ada di kota pasti bisa memakan biaya sampai lima jutaan. Tapi ini murah sekali, hasilnya pun tidak mengecewakan."
"Makanya, sebelum kamu tahu kualitas bengkel di sini jangan berkomentar negatif dulu," ucap Casi menimpali.
"Iya, iya Nona bawel. Ini Mang, untuk jajan, terimakasih karena sudah membantu saya," ucap Alex sambil menyerahkan sepuluh lembar uang berwarna merah.
"I-ini buat saya semua Den?" jawab Mang Ujang kaget disodori uang begitu banyak.
"Iya, semuanya." 
"Ini terlalu banyak Den, saya ambil ini saja," ucap Mang Ujang sambil mengambil selembar uang.
"Tidak Mang, semua untuk Amang," ucap Alex sambil menyerahkan uang tersebut ke tangan Mang Ujang.
"Ya Allah, mimpi apa saya semalam tiba-tiba dapat rejeki nomplok. Terimakasih ya Den, semoga rejeki Aden selalu berlimpah…."
"Amin."
"Aden senantiasa diberi kesehatan, kedua orang tua dan semua keluarga Aden selalu dalam keadaan sehat…."
"Amin."
"Dan semoga berjodoh dengan Neng Casi," ucap Mang Ujang sambil mengadahkan tangannya.
"Eh, doa apa itu, Mang…."
"Amiiin," Alex mengucap kata amin dengan panjang dan keras sambil tersenyum.
"Ish," Casi memutar bola matanya malas.
"Saya permisi dulu ya Den, lain kali kalau butuh pertolongan jangan sungkan untuk menghubungi saya, mari Den, Neng," ucap Mang Ujang sambil berlalu meninggalkan mereka berdua.
"Jadi, kapan kamu pulang?" tanya Casi.
"Ceritanya ngusir nih? aku akan segera pulang karena sepedanya sudah selesai diperbaiki."
"maksudku apakah tidak ada yang mencarimu kalau kamu pergi tanpa kabar."
"Astagfirullah, untung saja kamu mengingatkanku," ucap Alex mengingat sesuatu.
"Ada apa?" tanya Casi.
"Aku lupa menghubungi Mamaku, gawaiku? Ah, masih di charger dari semalam ya? aku ambil dulu."
"Ish, dasar pelupa."
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah. Alex mengambil gawai dan membawanya ke depan rumah. Dia berniat melakukan panggilan video call dengan mamanya. Dia baru ingat kalau gawainya mati dari kemarin, saat gawai dinyalakan ternyata sudah banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab dari mamanya.
"Assalamualaikum Mama," ucap Alex.
"Darimana saja kamu? Dasar anak nakal, kenapa tidak bisa dihubungi? Mama khawatir tau?"
"Maaf, Ma. Ceritanya panjang, coba Mama lihat apa yang ada di depan Alex," ucap Alex memperlihatkan hamparan kebun teh di depannya.
"Kebun teh? Kok kamu bisa ada di sana? Kenapa tidak mengajak Mama?"
"Lain kali Alex ajak Mama ke sini."
Saat sedang melakukan panggilan video call tiba-tiba Casi lewat di belakang Alex.
"Loh, ada perempuan di sana? Siapa dia Alex? Jangan bilang kamu menginap di vila dengannya?"
"Ish, Mama ini apa-apaan sih, aku bukan cowok seperti itu, Ma. Dia pemilik rumah yang aku tinggali, Mama mau kenalan?" tanpa menunggu jawaban mamanya, Alex sudah mendatangi dan merangkul pundak Casi agar mendekatinya.
"Hey, apa yang kamu lakukan? mau aku jitak ya?" protes Casi.
"Ini, Mamaku, sapalah!"
"M-mamamu?"
"Iya."
"H-halo Tante, saya Casi, senang berkenalan dengan anda."
"Jadi, sudah berapa tahun kalian menjalin hubungan?" Casi yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya melongo saja.
"Maksud Mama apa?"
"Bukankah dia pacar kamu, Alex?"
"Bukan Ma, dia itu…."
"Sepertinya dia gadis baik-baik tidak seperti si Jenifer yang selalu berpakaian seperti wanita murahan itu."
"Mama...."
"Casi, menurutmu bagaimana Alex?"
"Hah? D-dia baik tante," jawab Casi gelagapan.
"Apakah menurutmu dia tampan?"
"Emm, iya Tante, dia t-tampan."
Alex yang mendengar jawaban Casi hanya senyum-senyum sendiri.
"Dia juga mapan, umur kamu berapa Casi?" tanya Mama Alex lagi.
"Hah? Umur?"
"Iya, umur...."
"Mama, jangan tanya aneh-aneh dong."
"Mama bertanya kepada Casi, bukan kamu. Berapa umurmu Casi?"
"Dua puluh tujuh tahun Tante."
"Bagus, Alex tiga puluh tahun, terpaut tiga tahun. Ok, tidak masalah. Tante sudah menyukaimu sejak pertama kali melihatmu. Jadi berapa tinggi badan dan berat badanmu?"
"Mama, Alex bilang jangan tanya aneh-aneh...."
"Kenapa? Mama mengajukan pertanyaan standar untuk calon menantu Mama."
"Maksud Tante apa ya?" tanya Casi bingung.
"Casi, Tante mau kamu jadi menantu Tante, ok?"
"Tidak...." Alex dan Casi menjawab bersamaan.

Bình Luận Sách (422)

  • avatar
    PopiriaRebeca

    Cerita nya sangat menarik. Dari awal membaca saya sama sekali tidak merasa bosan dengan alurnya. Semangat terus menulis cerita ini, saya sangat menyukai cara penulisan anda🥰🥰

    08/08/2022

      2
  • avatar
    saputraIndri

    alur ceritanya bagus, tapi ada perbicangan yang absurd jadii gak jelas gto.. semangat terus Thor menulisnya🤗🤗

    19/04/2022

      0
  • avatar
    balqisSuria

    good.

    19h

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất