logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Dia Sudah Gila

"Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih (Pribahasa Indonesia)."
===
Bagaimana selanjutnya kehidupan Rosemaya setelah ditinggal ibunya? Ke mana juga Leo? Mengapa tak mendampingi istrinya yang sedang begitu kehilangan?
Hatinya begitu patah, hancur dan terserak. Rosemaya betul-betul berada di fase terberat dalam hidupnya. Kehilangan Welly masih belum pulih, kini ia harus kembali menahan perihnya luka batin karena kehilangan sang ibu.
Tanah pemakaman Welly dan Bu Widi masih basah. Rosemaya bersimpuh dan menangis sejadi-jadinya di antara dua gundukan tanah merah tersebut. Ia tak busa menahan diri. Musibah beruntun ini begitu berat. Membuatnya seketika menjadi sebatang kara di dunia.
Agama memang melarang kita menangisi mereka yang telah berpulang. Akan menjadi pemberat langkah mereka yang telah pergi menuju fase kehidupan di alam selanjutnya. Rosemaya paham akan hal itu, namun semua tak semudah apa yang seharusnya.
Sungguh kehilangan kali ini adalah pukulan telak yang sangat berat dalam hidup Rosemaya. Perempuan ini harus merasakan duka berkalang nestapa yang mengguncang jiwa. Sungguh begitu dalam kesedihan yang dirasakannya.
Dua orang dari sumber semangat hidup Rosemaya telah direnggut paksa dari hidupnya. Mereka pergi dan tak akan pernah kembali. Welly sang putra tunggal, juga Bu Widia sang orang tua tunggal. Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sebuah kematian yang juga mengenaskan ketika sang ayah tengah pergi melakukan hobinya dengan seorang sahabat.
"Mengapa semua ini begitu beruntun terjadi padaku? Apa salah dan dosaku, ya Allah," keluh Rosmaya di sela isak tangisnya.
"Sudah, Rose. Berhentilah menangisi mereka di makam. Tak patut kita berbuat demikian," bisik Bu Gina menguatkannya. Wanita itu memapah Rosemaya untuk bangkit dan melangkah meninggalkan area pemakaman.
Mau tak mau Rosemaya menurut. Leo sudah mengomel tak sabar dan pergi duluan masuk ke dalam mobil mereka yang terparkir di tepi jalan kompleks pemakaman.
Keduanya memasuki mobil SUV sudah menunggu sejak tadi di tempat Welly dan Bu Widi dikebumikan. Bu Gina mendudukkan Rosemaya di kursi penumpang, di dekat Leo suaminya. Sementara Bu Gina sendiri memilih duduk di sebelah sopir.
"Lama amat! Aku tidak punya banyak waktu untuk berlama-lama menghadiri pemakaman ini!" tegas Leo sambil berdecak kesal.
Lelaki itu melirik sinis Rosemaya, lalu kembali sibuk dengan telepon pintarnya. Leo begitu tak sabar sejak tadi. Menunggu prosesi pemakaman Bu Widi, ibu mertuanya.
"Sabarlah, Leo! Istrimu baru saja lehilangan ibunya!" tegas bu Gina.
"Aku sudah janjian dengan klien, Bu! Tidak bisa dibatalkan begitu saja!" tegas Leo berkeras. Ia sungguh cuek dan masa bodo dengan duka yang dirasa Rosemaya.
"Kamu ini manusia macam apa? Anakmu meninggal kamu hanya di rumah selama satu hari saja. Selanjutnya kamu bekerja! Terus bekerja tanpa pernah mendoakan anakmu sedikitpun! Sekarang ibuku meninggal! Kamu malah bersikap demikian! Apa yang ada di kepalamu sampai berkata setega itu padaku!" jerit Rosemaya tiba-tiba saja menjadi histeris.
Wanita itu menarik kerah kemeja Leo dan hampir mencekiknya. Ia mengguncang tubuh kekar Leo dengan segenap tenaganya.
"Katakan padaku! Kurang sabar apa aku sebagai istrimu?" teriak Rosemaya tepat di muka Leo. Matanya melotot dan emosinya membuncah hebat.
"Rose! Rose! Tenang, Rose!" seru Bu Gina dari bangku depan sambil membalikkan tubuhnya. Ia melerai menantu dan anaknya yang tengah berkelahi.
Leo menghempas tangan Rosemaya dari kerah bajunya. Ia memandang istrinya semakin kesal. Pria itu mendorong Rosemaya menjauhi tubuhnya.
"Dia sudah gila, Bu! Kematian anakku dan ibunya membuat jiwanya terguncang!" seru Leo sinis.
Mendengar pernyataan Leo yang demikian, semakin membuat emosi Rosemaya berkobar. Wanita yang sudah naik pitam itu merangsek naik ke atas tubuh kekar Leo dan mencekiknya. Mencengkeram erat batang leher Leo dan meremasnya sekuat tenaga.
"Kenapa tidak kamu saja yang mati! Kenapa tidak kamu saja yang mati menggantikan mereka berdua!" jerit Rosemaya sambil beruraian air mata.
"Argh! Agh!" Leo nampak kesulitan bernafas.
Entah tenaga dari mana yang membuat cekikan Rosemaya di lehernya Leo begitu kuat. Lelaki bertubuh kekar tersebut sampai tak bisa melepaskan tangan ringkih itu dari lehernya. Padahal kedua tangan yang mencekiknya sangat kurus, hanya tulang berbalut kulit.
"Rose! Hentikan, Rose! Dia suamimu! Hentikan, Nak!" teriak bu Gina panik.
Sopir mobil SUV mereka menghentikan laju kendaraan. Ia turun dari bangku kemudi dan berusaha melerai pasangan suami istri tersebut.
Namun tenaga Rosemaya seperti tak mengendur. Wanita dengan amarah membara itu semakin menguatkan cekikannya di leher Leo.
"Mati, Kamu! Matiii saja sekarang!" jerit Rosemaya semakin membabi buta.
"Ya Allah, Rose! Istigfar, Nak! Sing eling!" teriak Bu Gina semakin panik
"Ohok! Agh! Agh!" Leo terlihat semakin tersisksa dan tak bisa bernafas.
"Nyonya, tolong hentikan! Saya mohon, Nyonya," ujar sopir mereka putus asa.
Lelaki itu berusaha menarik tubuh Rosemaya menjauh. Membantu Bu Gina yang sudah berpindah di bangku belakang dan memegani tubuh Rosemaya.
"Arggghhhhh!!!!!" jerit Rosemaya histeris sambil menghempaskan tubuh Leo hingga terjatuh keluar mobil.
Tubuh Leo terjungkal menghantam aspal jalanan. Ia nampak tersengal dan membuka dua kancing kemejanya agar dapat bernafas. Stelan jas dan celana hitamnya kotor, terkena debu jalanan.
"Rose, tenang ya. Istigfar, Nak! Banyak-banyak kamu beristigfar supaya diringankan beban hatinya," bisik Bu Gina yang telah berhasil memeluk Rosemaya.
Ia membisikkan kalimat-kalimat thayyibah untuk mengagungkan asma Allah agar menantunya itu kembali tenang. Wanita itu tahu Rosemaya sedang dalam kondisi kejiwaan yang cukup terguncang. Kesedihan bertubi-tubi yang dialaminya menorehkan luka batin yang sangat dalam.
Isak tangis Rosemaya tak terbendung. Ia tergugu mengeluarkan semua sesak di dadanya. Ia sedang berduka, sangat terluka, hanya ingin suaminya memeluk dengan penuh cinta dan berkata, "Tenang, semuanya akan baik-baik saja. Ada aku disampingmu sayang."
Namun apa yanht dikatakan Leo sungguh membuat hatinya terluka. Bagai menabur garam pada luka yang masih basah dan berdarah.
"Lihatlah, Bu! Dia sudah tidak waras! Dia sudah gila!" bentak Leo kesal. Lelaki itu telah berhasil bangkit dan membersihkan debu dari stelan jas mahalnya.
Dalam isak tangisnya Rosemaya sempat memandang Leo penuh dendam. Amarah dalam dadanya kembali membuncah. Nyalang ditatapnya lelaki yang telah bersamanya selama hampir sembilan tahun itu.
"Bawa pergi dia! Aku akan kembali ke kantor menggunakan mobil lain!" bentak Leo semakin kesal.
Lelaki itu kemudian sibuk memainkan layar sentuh pada telepon pintarnya dan berusaha menelepon seseorang.
Sopir mereka melakukan titah Leo tanpa banyak bicara. Segera ia berjalan menutup semua pintu mobil, lalu kembali duduk di balik kemudi. Setelah memasang sabuk pengaman, lelaki itu menoleh ke bangku penumpang dan bersiap menjalankan kendaraan.
"Bagaimana, Bu? Kita jalan sekarang?" Sopir itu melempar tanya pada Bu Gina.
"Jalan saja, Pak. Saya takut mereka ribut lagi jika berada dalam satu mobil," titah Bu Gina sambil membuka jendela. "Leo! Kami pulang dulu," pamitnya pada putranya itu.
Lelaki itu mengangguk lalu membuang muka. Seolah sudah sangat muak melihat wajah wanita yang hampir saja membuatnya meregang nyawa.
Samar Rosemaya mendengar suara Leo yang sedang berbicara di telepon.
"Cindy! Jemput aku di lokasi yang tadi kukirimkan. Wanita gila itu mulai berbahaya dan menyerangku!"

Bình Luận Sách (92)

  • avatar
    Yuliana Virgo

    bagus

    07/06

      0
  • avatar
    YuliantiPopi

    apa massih ada lanjutan ny lagi

    20/03/2023

      0
  • avatar
    Suci Uci

    Semoga nyampe

    25/02/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất