logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

7. PUTRI BULANNYA REYHAN

"Oh... Emangnya Kakak punya mantan berapa? Pasti banyak?" suara Anggia kembali terdengar menusuk di telingaku.
Anggia yang sejak tadi terus-menerus mengintrogasi Kak Reyhan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tidak penting. Dan hal itu membuat aku benar-benar kesal karena kehilangan kesempatan untuk mengobrol dengan Kak Reyhan. Huft!
Harusnyakan aku yang sekarang mengobrol dengan Kak Reyhan, bukannya malah jadi kambing congek yang terpaksa mendengarkan pembicaraan mereka! Gerutuku kesal dalam hati.
"Nggak, kok. Mantan aku sedikit. Kayaknya sih nggak sampe sepuluh orang." jawab Kak Reyhan, yang aku tahu dia lagi ngibulin Anggia. Soalnya Kak Reyhan pernah bilang padaku kalau dia itu belum pernah pacaran.
Eits, tapi tunggu dulu, jadi sebenernya yang lagi dikibulin itu aku apa Anggia ya? Ish... Nyebelin!
"Ya ampun? Segitu banyak kali Kak. Daripada Katrina jangankan mantan, pacaran aja nggak pernah." seru Anggia dengan lirikan jahilnya.
Sialan! Sumpah rasanya aku ingin menyumpal mulut Anggia dengan semen saat itu juga. Aku melihat Kak Reyhan tertawa. Mereka berdua tertawa. Mengejekku!
Oke, ada baiknya aku pergi dari tempat ini sekarang. Sepertinya satu cup es krim coklat bisa sedikit meredakan hatiku yang kian lama kian mendidih gara-gara Anggia!
Sial!
***
Sekembalinya aku ke dalam bioskop, aku tak melihat Anggia di sana. Hanya ada Kak Reyhan yang sedang duduk sendirian di tempat yang sama dengan tempatnya tadi mengobrol bersama Anggia.
"Anggi kemana?" tanyaku dan mengambil posisi duduk di samping Kak Reyhan. Aku merasa bahuku sempat menyentuh bahu Kak Reyhan karena aku duduk terlalu dekat dengannya. Aku pun buru-buru menggeser posisiku sedikit menjauh. Ih sumpah malu banget!
Saat itu Kak Reyhan hanya diam tanpa menjawab pertanyaanku. Dan yang terjadi selanjutnya, dia justru menggeser tubuhnya merapat ke tubuhku. Hingga kini ke dua bahu kami kembali saling bersentuhan satu sama lain. Kami duduk tanpa jarak. Tanpa spasi.
Aku mulai dilanda kegugupan yang nyata. Bahkan cup es krim di tanganku mendadak gemetaran.
"Nggak apa-apakan kalau begini?" tanya Kak Reyhan tiba-tiba, nada suaranya terdengar serius.
"Hah? Ng-nggak apa-apa kok- Kak," saking gugupnya aku jadi kesulitan bicara.
"Tadi Anggia bilang dia ada urusan, terus langsung pergi. Dia cuma titip ini," Kak Reyhan menyerahkan dua tiket nonton milik Anggia kepadaku. Aku pun menerimanya dan masih terus berusaha menyembunyikan rasa gugup yang menjalari tubuhku.
"Kenapa dari tadi diem terus?" tanya Kak Reyhan lagi.
"Emang dari tadi ada yang ngajakin aku ngobrol?" semburku kesal, sedikit mulai rileks.
"Cemburu?" bola mata Kak Reyhan menatap lurus wajahku. Untuk sesaat tatapan kami saling bertemu. Meski tak berlangsung lama.
"Pede banget sih! Siapa juga yang cemburu? Pacar juga bukan, ngapain cemburu." kacau. Aku benar-benar bodoh dalam mengekspresikan perasaan. Jelas-jelas aku sewot sedari tadi melihat kedekatan Anggia dengan Kak Reyhan, tapi masih saja ngeles! Habis, gengsi sih...
"Nih, baca." Kak Reyhan memberikan sebuah amplop putih padaku. Aku menerimanya tanpa berkata-kata, meski sedikit heran.
"Bacanya pakai perasaan biar ngerti," kata Kak Reyhan lagi. Nada bicaranya masih sama, serius dengan ekspresi wajahnya yang datar no senyum.
Aku mulai membuka amplop putih itu. Isinya sebuah kertas. Kertas bernuansa hijau dengan sebuah tulisan tangan yang begitu indah.
Hingga setelahnya, aku pun mulai membacanya.
Putri Bulan
Malam kian menjelang
Sejauh mata memandang
Hanya ada ribuan bintang
Yang cahayanya terang benderang
Aku masih disana
Memandang penuh pesona
Menghadirkan tanda tanya
Dimana putri bulanku berada
Aku tak mau merindu
Yang pada akhirnya berakhir pilu
Aku hanya ingin merindu
Yang pada akhirnya membuatku tahu
Disanalah kamu berada
Memandangiku dengan penuh pesona
Hingga hati bersuara
Bahwa kamulah segalanya
Duhai putri bulanku
Sudikah kau menjadi penyelamat hatiku?
Senyum mengembang di wajahku. Bait demi bait puisi itu begitu indah. Membuatku merasa di cintai. Membuatku merasa istimewa. Rasanya aku ingin menangis saking bahagia. Belum apa-apa aku sudah geer duluan? Apa iya puisi ini dibuat Kak Reyhan untukku?
Aku menatap Kak Reyhan yang juga sedang menatapku waktu itu. Meski kami hanya saling diam dan tenggelam dalam tatapan. Tatapan yang mewakili perasaan kami tentang banyak hal. Hal yang belum sempat terungkapkan melalui kata-kata. Tapi walaupun begitu aku sungguh terkesan dengan puisi yang baru saja diperlihatkan Kak Reyhan padaku.
"Kalau kamu simpen kertas itu baik-baik di dalam tas kamu, itu tandanya kamu setuju buat jadi Putri bulannya Reyhan, tapi kalau nggak, kamu buang aja kertasnya ke tong sampah,"
Ucapan Kak Reyhan jelas membuatku seketika terkejut bukan main. Apa maksud kata-katanya itu? Apa dia sedang menyatakan perasaannya padaku melalui puisi ini?
Aduh, aku nggak mimpikan?
"Kenapa? Kok malah bengong?" tanya Kak Reyhan membuyarkan lamunanku.
"Aku nggak ngerti maksud Kakak," jawabku pura-pura polos. Padahal aku hanya ingin semuanya menjadi lebih jelas. Itu saja.
Kak Reyhan terlihat menarik napas panjang dan beringsut dari posisi duduknya. Dia duduk sedikit menyamping menghadap ke arahku.
"Aku suka kamu, Trina..." ucapnya tegas, lugas dan jelas. "Aku mau jadi seseorang yang istimewa dihati kamu,"
Ya Tuhan... Ternyata Kak Reyhan serius menyatakan isi hatinya padaku.
Apa yang harus aku katakan?
"Sekali lagi aku perjelas, kalau kamu terima aku, simpan puisi itu di tas kamu, tapi kalau nggak, buang aja ke tong sampah," tatapan Kak Reyhan beralih dari tasku ke arah tong sampah di dalam bioskop.
Aku tersenyum lebar seraya memasukkan kertas itu ke dalam tasku. Bahkan dengan gerakan yang sangat cepat.
Kak Reyhan tidak berkata apapun setelah itu. Dia hanya tersenyum lebar dan menunduk.
Hingga suara seruan film yang hendak kami tonton akan segera dimulai terdengar, Kak Reyhan masih saja diam, dengan wajahnya yang terus tersenyum menatapku. Sama halnya seperti yang aku lakukan.
"Ayo masuk, filmnya udah mau dimulai," ajaknya padaku seraya berdiri. Saat aku dan Kak Reyhan mulai melangkahkan kaki menuju gedung bioskop, aku bisa merasakan gesekan lembut kulit di ujung jari jemariku yang di sengaja di sentuh oleh Kak Reyhan. Meski tidak sampai menggenggam. Tapi aku merasa sekujur tubuhku langsung merinding.
Dalam diam, kami saling menatap.
Dalam diam, kami saling melempar senyum malu-malu.
Ya Tuhan, seperti inikah indahnya cinta?
Sepertinya bulan dan bintang di atas sana pun tersenyum bahagia menyaksikan kisah cinta kami yang terasa begitu indah.
Seperti di surga.
Dan malam itu, sesaat sebelum akhirnya aku dan Kak Reyhan harus kembali berpisah, Kak Reyhan kembali mengucapkan sebuah kalimat yang membuat hatiku melambung tinggi di angkasa.
Bahkan sampai aku hendak tidur aku masih terus teringat kata-kata itu.
"Terima kasih ya Trina sudah bersedia menjadi Putri Bulannya Reyhan, yang pertama dan terakhir... Cuma kamu..."
So sweet bangetkan dia...
Aiihhh...
Kak Reyhan...

Bình Luận Sách (44)

  • avatar
    Wyn Wi

    seruuuuy!!!!!!

    26d

      0
  • avatar
    mochkhalifkhalif

    cerita yang sangat dahsyat

    06/07

      0
  • avatar
    atiqahnurul ainaa

    Friendship

    02/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất