logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 6 - Berita Hoax

Bab 6
Berita Hoax
***
Setelah kejadian ban kempes tempo hari, aku berharap Bu Sarawiah tak akan julid lagi, terlebih berusaha mengganggu hubunganku dengan Tati. Pagi ini, sepulang dari masjid, aku langsung memanaskan mobil, aku tak ingin kehilangan momen mengantar Tati ke sekolah. Terlihat Tati sedang menyapu halaman rumahnya yang kotor akibat dedaunan pohon ceri.
"Sedang nyapu, Dek," sapaku.
"Ya iya, masa Abang gak lihat kalau aku lagi pegang sapu!" seru Tati seperti orang mengomel.
"Iya, nanti berangkat sekolah sama Abang lagi, ya," tawarku.
"Gak usah! Mending aku jalan dari pada diantar sama Abang! Ribet, ada Nenek Lampir yang nyebar berita gak enak ke mana-mana," omel Tati padaku.
Ah, apalagi ini, apa Bu Sarawiah bikin ulah lagi? Siapa pula Nenek Lampir yang dimaksud? Apa benar Bu Sarawiah dalangnya, makanya Tati menolak ajakanku?
"Berita apa toh, Dek? Siapa Nenek Lampir?" tanyaku pura-pura heran.
"Tanya aja sama induk semang Abang itu! Udah lah, aku gak mau cari gara-gara sama dia, jangan berusaha untuk dekat sama aku! Aku gak mau cari masalah," kata Tati sembari ngeloyor pergi.
Aku terpaku mendengar jawaban kekasih hatiku itu. Pasti ada yang tak beres ini. Aku harus cari tahu sumber masalah yang membuat Tati tak mau kuantar ke sekolah lagi.
***
"Pak, aku mau curhat," aku menemui Pak Broto yang sedang menikmati kopi dengan pisang horeng.
"Curhat apa Yud? Tumbenan kamu kalau mau ngomong sama Bapak izin dulu?" tanya Pak Broto.
"Ini soal Tati, masa tadi pagi dia ngomel-ngomel gak jelas, terus bilang aku gak boleh dekat-dekat sama dia," kataku menuangkan isi hati yang sedang gundah gulana.
"Lagi datang bintang kejoranya kali," tebak Pak Broto.
Bintang kejora adalah sebutan Pak Broto untuk wanita yang sedang mengalami mesntruasi.
"Masa iya, Pak? Bapak tahu dari mana?" tanyaku.
"Kamu ini, ya Bapak cuma nebak," kata Pak Broto tertawa.
Aku menggaruk kepala yang sedikit gatal.
"Pak, jangan bercanda. Ini menyangkut masa depanku, kalau Tati marah dan melarang untuk kudekati, piye nasibku, Pak?"
"Ya ora piye-piye, Yud. Emang si Tati bilang apa sama kamu?" tanya Pak Broto.
Aku mengulang kembali perkataan Tati satu per satu, persis seperti apa yang disampaikannya tadi pagi.
Pak Broto hanya tertawa mendengar celotehanku, mungkin dia kira aku sedang berdongeng atau sedang melawak.
"Pak, jangan ketawa, bantuin aku!" kataku protes.
"Ya udah, kita cari tahu apa yang dikatakan Bu Sarawiah sama warga di sini," kata Pak Broto.
"Bapak tahu dari siapa kalau Bu Sarawiah yang nebar berita hoax tentang Tati?" tanyaku heran, sepertinya Bapak angkatku ini adalah seorang cenayang.
"Julukan Nenek Lampir itu memang pantas untuk satu orang saja, kamu kan tahu, kalau Bu Sarawiah itu sama sekali tak suka melihatmu mendekati Tati, lagian tadi kamu sendiri yang bilang, kalau Tati menyuruhmu bertanya sama induk semang, siapa coba induk semang kita? Bu Sarawiah 'kan?" tanya Pak Broto.
"Iya, Pak," kataku.
"Ya sudah, beli rokok sana, Bapak mau merokok, mana tahu kamu dapat berita yang lagi tranding topik tentang Tati dari warga sini," titah Pak Broto.
Aku pun menuruti keinginan bapak angkatku itu, aku berjalan ke arah warung kecil yang dimiliki oleh Pak Mail.
"Pak, saya beli rokok sebungkus," kataku sambil mengeluarkan lembaran uang 20 ribu.
"Rokok apa?" tanya Pak Mail.
"Biasa, Dji Sam Soe," ucapku.
Pak Mail menyerahkan rokok yang kumaksud, saat aku ingin memutar arah kembali ke proyek, Pak Mail mencegahku.
"Sebentar, kamu yang namanya Wahyudi, bukan?" tanya Pak Mail.
Aku menganggukkan kepala.
"Iya, Pak, saya Wahyudi, kenapa Pak?" tanyaku sopan.
"Ah, gak apa-apa," kata Pak Mail.
Aku yakin sekali, pasti ada yang disembunyikan Pak Mail, dia pasti ingin menanyakan sesuatu.
"Bapak mau bertanya sama saya? Tanyakan saja, Pak," kataku sambil tersenyum manis mengalahkan gula satu kilo.
"Ah, enggak, tadi Bapak cuma mau nanya, apa benar Tati menggoda Nak Wahyu?" tanya Pak Mail ragu-ragu.
Aku terperanjat mendapatkan pertanyaan seperti itu. Siapa pula yang berani menyebarkan berita hoax tak bermutu itu, bukan Tati yang menggoda, aku yang berusaha mendekati Tati.
"Ah, Bapak ini dapat berita dari mana?" tanyaku.
"Dari Bu Sarawiah, katanya Nak Wahyu digoda sama Tati, saya sih gak percaya kalau Tati begitu," jelas Pak Mail.
"Tati tak pernah menggoda saya, Pak," kataku menjelaskan.
"Ah, benar dugaan Bapak, itu memang hanya berita hoax yang disebar Bu Sarawiah agar Tati dibenci sama orang sekampung," jelas Pak Mail.
Ah, lagi-lagi Bu Sarawiah, kenapa dia bikin ulah sama Tati terus sih, apalagi pakai membawa namaku, aku kan jadi tak bisa pendekatan sama Tati.
"Kalau boleh tahu, kenapa Bu Sarawiah menyebar berita seperti itu, Pak?" tanyaku.
"Saya gak tahu, Nak Wahyu, dua hari yang lalu kan sempat ramai-ramai di rumah Tati yang Bu Sarawiah marah-marah, terus kan Nak Wahyu datang itu, nah, kemarin Bu Sarawiah bilang sama orang sekampung, kalau Tati menggoda Nak Wahyu, buktinya Tati mengajak Nak Wahyu nonton layar tancap," kata Pak Mail.
Aku geleng-geleng kepala mendengar penjelasan Pak Mail.
"Begini, Pak, bukan Tati yang mengajakku pergi nonton layar tancap, tetapi aku yang mengajak Tati, itu bentuk permintaan maafku karena sudah membuat Tati dipermalukan Bu Sarawiah," kataku.
Pak Mail manggut-manggut, entah paham tentang penjelasanku atau tidak, aku tak tahu.
"Ya sudah, saya permisi ya, Pak," pamitku.
Bu Sarawiah ini benar-benar keterlaluan, beraninya dia menuduh Tati menggodaku dan menyebar berita hoax ke seantero kampung. Pantas saja, tadi pagi Tati menolak ajakanku dan mengomel gak jelas. Bu Sarawiah, awas saja kamu ya! Akan kubalas perbuatanmu karena berani mengganggu kekasih hatiku.

Bình Luận Sách (47)

  • avatar
    Agnes Diah Lestari Baene

    bagus💖lanjut

    16d

      0
  • avatar
    KurniatiIfa

    bagus

    12/02/2023

      0
  • avatar
    alifah ilyana

    good👏🏻👏🏻

    12/09/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất