logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

06

dek, lo dimana?
Tiba waktunya istirahat pertama, di ambang pintu kelas sebelas IPA-1, Irsyad baru saja mengirimkan sebuah pesan singkat pada nomor Kanaya di aplikasi Whatsappnya. Setelah tadi Andika memberi tahu soal Kanaya ketimpuk bola basket, makanya Irsyad sekarang ingin bertemu.
lg ngadem ini kak di lab tik 😁
Kebetulan pelajaran setelah istirahat adalah TIK, jadi persis begitu suara bel telah berkumandang dua menit yang lalu Kanaya buru-buru menarik Elsha naik ke lantai dua paling pojok dimana ruang TIK berada. Demi AC.
Dan Kanaya senang ketika Irsyad langsung membalas pesan WA-nya.
oke, gue otw 😘
Tapi emoticonnya mendadak bikin Kanaya jadi sedih, dan merindukan ciuman di kening yang dulu sering dilakukan Irsyad. Irsyad si cowok baik yang menjaga kesucian bibir Kanaya, tidak akan mencium di bagian itu kecuali sudah murhrim.
Tapi kenyatannya dia sudah tega mutusin Kanaya padahal hubungan mereka baru berjalan seumur jagung.
Elsha yang sedari tadi asik sendiri mantengin komputer di depannya yang menampilkan wajah tampan aktor Korea di Youtube, begitu ekor mata menangkap Kanaya tertunduk kini lehernya langsung menengok.
"Nay, lo gak papa kan?"
Tapi Kanaya hanya menggeleng.
"Serius? Jangan bengong aja tar kesambet!"
"Gapapa, El."
Dan di kelas Irsyad, seseorang tiba-tiba saja datang menahan langkah kakinya yang hendak berlalu, setelah mengantongi ponsel di saku celana.
"Icad! Makan bareng yuk!"
Itu suara Dahlia. Benar saja, dia juga sudah menahan lengan kekar Irsyad sambil memaparkan senyum manis di bibir orange beroleskan lipgloss, dan mampu membuat cowok-cowok yang bertebaran di sekitar Irsyad tergoda iman, dalam sekejap mata.
Pun Dahlia kini sudah membawa kotak bekal tupperware berbentuk lingkaran di tangan kirinya.
"Hari ini gak usah jajan di kantin ya? Aku udah bawain nasi goreng spesial buat kamu nih, pokonya aku bikin ini pake cinta.. hehehe.."
Apalagi cengiran kecilnya. Cowok-cowok jones di koridor itu mungkin sedang peperangan batin sekaligus mati-matian menahan baper. Lain halnya dengan Irsyad yang masih berpikir sambil mengusap pelipis.
"Tapi aku mau ketemu Nay--"
"Icad! Aku gak suka penolakan! Kita makan di kelas kamu aja ya? Yuk!"
"Dahlia tapi aku mau liat keadaan--"
Ucapannya terpotong tatkala Dahlia menarik tangan Irsyad memasuki kelas sebelas IPA-2 yang kini hanya berpenghuni beberapa orang murid saja. Di bangku barisan ke-tiga dari depan, ada Andika yang baru saja membereskan buku-bukunya.
"Dika minggir sana! Gue mau duduk sama ayang beib gue!"
Sesaat Andika melempar pandang ke arah Irsyad, dan hanya pasrah yang terlihat dari mantan pacar Kanaya itu. Sampai Dahlia mengibas-kibaskan tangan mengusir, dan mau tak mau Andika beranjak dari kursinya.
"Ihhh lama deh ya ampun," gerutu Dahlia dengan muka jengah, lalu menarik Irsyad untuk mendaratkan pantat di bangku itu. "..Icad sini duduk, kita makan bareeeng yey.."
Aura bahagia tampak di wajah cantik Dahlia ketika membuka penutup kotak bekalnya dan mencium aroma sedap dari sana. Saat itu juga, Irsyad membisikkan sesuatu pada Andika.
"Sampein salam gue ama Naya, sekarang dia ada di lab TIK."
Andika hanya mengangguk kecil.
"Ayoo.. kita makan.. kamu cobain ya? Yakin deh kamu bakalan suka soalnya ini enak banget,"
Tak ingin menjadi kambing congek ataupun obat nyamuk, Andika segera angkat kaki. Meninggalkan Dahlia yang dengan romantis menyuapi Irsyad sendok demi sendok. Sesekali diiringi dengan canda dan tawa.
Tawa yang palsu di wajah Irsyad, akibat batalnya menghampiri Kanaya dengan niat ingin melihat keadaan dahinya. Meskipun itu terjadi hanya dikarenakan ketimpuk bola basket.
Maafin gue, Nay.
Demikian batin Irsyad. Sementara di luar kelas, Andika sempat terdiam. Terngiang-ngiang oleh ucapan Irsyad disaat guru mengajar, setengah jam yang lalu. Irsyad yang mengatakan;
Justru gue seneng, kalo lo bisa bikin Naya move on dari gue. Karena gue pengen, dia bener-bener belajar buat lupain gue. Sampai waktunya tiba. Dan gue pikir lo bisa diandelin.
Persis, muncul tanda tanya besar di kepala Andika begitu mendengar dua kalimat terakhir. Irsyad ambigu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi setelah itu. Bahkan ketika Andika bertanya, Irsyad tetap bungkam.
Tak ingin ambil pusing Andika hanya mengidikkan bahu dan kembali meniti langkah. Menyusuri setiap koridor dengan sebelah tangan di dalam saku celana, menuju lab TIK.
Dan, setibanya di sana ternyata Kanaya sudah menunggu di luar, sambil menumpu lengannya pada pagar pembatas lantai dua. Dengan pandangan menatap ke bawah. Dimana di lapangan itu sedang dipakai oleh segelintir murid cowok berbagai kelas untuk main futsal.
"Naya,"
Berhenti satu meter di samping tubuh mungil itu, Andika angkat suara memanggilnya. Membuat kepala Kanaya kian tergerak untuk menengok, dan alisnya seketika menyatu mendapati 180 senti badan Andika sudah ada di hadapannya.
"Loh.. kok, kak Dika sih? Kak Icad mana?" tanya Kanaya heran, sambil menyelipkan rambut di balik telinga. Menatap Andika lekat-lekat, yang notabene mukanya selalu stay cool.
"Tadi.. Irsyad udah mau ke sini tapi.." Andika mengusap pelan tengkuknya. Sebenarnya agak tidak enak hati mengatakan itu, tapi dia juga tidak mau berbohong. "..Dahlia dateng,"
"Kak Dahlia?"
Sakit. Kanaya membuang napas kasar. Wajar saja jika Irsyad lebih memilih Dahlia dari pada dirinya, dimana-mana juga pacar tentu lebih diprioritaskan dari pada mantan. Dan bagi Andika gampang sekali untuk membaca ekspresinya.
"Tadi lo dapet salam dari Irsyad."
Senyum kecut terbit di bibir Kanaya. Menandakan kalau suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. "Salam doang? Jahat emang," setelahnya, Kanaya balik lagi menatap lapangan.
Galau gundah gulana, tersirat dari separuh wajah itu. Andika sejenak membasahi bibir memperhatikannya. "Emang apa yang lo harapkan dari seorang mantan? Cinta? Mustahil,"
"Gak mungkin lah kak, ya paling engga.. nemuin gue sebentar kek! Dasar tukang php!" gerutu Kanaya.
Andika menempatkan diri tepat di sebelahnya, berjarak satu jengkal, dan punggung kokohnya sedikit merunduk saat Andika melipat tangan di atas pagar beton pembatas lantai itu. Dia ikut memandang keramaian yang tercipta di bawah.
Berbagai suara murid pun terdengar menggema di dinding seantero SMA Harapan Bangsa, seiring dengan bola futsal itu ditendang kesana-kesini dengan teriakan riuh saat masing-masing gawang berhasil dibobol oleh kubu satu sama lain, silih berganti.
"Emang susah ya, kalo cinta udah bener-bener jatuh. Susahnya buat bangkit, mungkin lebih susah dari pada ngerjain soal UN. Tapi galau juga gak boleh lama-lam--"
"Karena bisa menyebabkan kematian!" Kanaya menyambar terlebih dahulu. Lalu melirik Andika malas. "..itu kan yang mau kak Dika bilang? Gue udah tau keles, dan itu sarkastiknya pake banget. Sama aja kak Dika nyumpahin gue sih. Kejam."
Andika terkekeh geli mendengarnya. "Lo tau gak? Justru orang galau tuh sangat engga dianjurkan liat muka mantan maksimal tiga kali sehari. Jadi, kalo lo ketemu mantan terus, bahkan sampe ngelebihin tiga kali dalam satu hari, udah terjamin si lo bakal galau dan galon, permanen."
Galon, gagal move on.
".. apalagi kalo lo gak cepet-cepet nebus resep obat di apotek; obat kangen, obat kesel, obat bete, obat rindu, obat capek, obat cemburu, obat sedih, obat baper.. bisa makin parah tuh galau lo." Lanjut Andika.
Dan Kanaya tampaknya tidak suka dengan ucapan Andika barusan. Sampai kini matanya memincing menatap cowok itu. "Sori-sori nih kak, sebelumnya.. itu tadi.. hipotesisnya siapa ya? Kok.. rada-rada aneh sih? Kok bisa pake anjuran dan segala macem obat ya? Sejarahnya dari mana tuh?" Lalu Kanaya menggaruk belakang kepala, nyengir garing.
"Ya hipotesisnya orang sotoy ini lah, siapa lagi? Maklum, calon dokter.. jadi, bahasanya agak tinggi dikit,"
Keduanya tertawa bersama. Kanaya, tertawa karena merasa geli. Andika, menertawai kebodohannya sendiri.
Tapi, dari situ juga Andika senang karena bisa merubah mendung di wajah Kanaya menjadi pemandangan indah. Sampai jantungnya cenat-cenut melihat bibir pink Kanaya merekah, dan menunjukkan deretan gigi-gigi kecilnya hingga kelopak mata ikut menyipit. Menggemaskan.
"Kak Dika cita-citanya jadi dokter ya? Emang dokter hewan atau spesialist? Kalo boleh tau," dan kelihatannya Kanaya tertarik dengan topik itu.
Andika berdehem sesaat, berlagak berpikir. "Pastinya sih.. bukan dokter yang nanganin orang galau ya, itu udah ada spesialistnya sendiri, dokter cinta namanya. Dan gue gak ngerti apa-apa soal cinta, selain tau teori doang. Itu pun gue sotoy juga,"
Sukses, bibir Kanaya lagi-lagi berhasil dibuatnya mengembang, dengan tawa jaim-jaimnya. "Becanda mulu sih kak Dika ya elah, orang gue nanyanya seriusan. Dokter apa?"
"Cie kepo ya?"
Mendapati alis tebal Andika yang naik-turun, Kanaya jadi susah meredakan tawanya. Seakan memperjelas memori di kepala Andika, bagaimana cara Kanaya tertawa beserta lekukan wajahnya.
"Ah yaudah deh, kalo gak mau bilang. Gak penting juga lagian buat gue tau," Kanaya menghela napas pelan.
Sempat terjadi keheningan. Andika melipat tangan di dada. "Emang gak penting, Nay, gue juga masih gak tau ini mau jadi apa. Jadi dokter sih cita-cita gue pas SD, sekarang.. entahlah."
"Yee.. kak Dika gimana sih, kirain cita-cita beneran. Kan keren kalo jadi dokter pas usia muda, hebat.. bisa sembuhin sakit orang, dapet pahala.."
"Tapi kalo salah obat bisa didemo warga, Nay."
Mereka tertawa, lagi. Dan, Andika masih tidak percaya jika dirinya adalah alasan Kanaya bisa tertawa. Ternyata cukup mudah bagi Andika untuk mengembalikan keceriaan itu. Baru saja dia menemukan fakta baru; Kanaya manis kalo lagi ketawa.
"Syukur deh kalo lo hepi. Kalo gue minta lo jangan galau dan jangan mikirin Irsyad lagi, lo bisa penuhin gak, Nay?" Tanya Andika dengan wajah serius. Menjadikan fokus Kanaya kini tertuju kepadanya.
"Mak--maksud lo, kak?" tampaknya cewek itu cukup terkejut.
"Kurang jelas ya?"
Gugup, Kanaya yang tertunduk hanya memainkan jari. Sepertinya itu tidak mungkin, karena setiap detik Kanaya selalu memikirkan Irsyad. Meskipun cowok itu sudah ada yang punya. Tetap tidak merubah perasaan Kanaya. Cinta itu tidak akan mati.
"Naya.."
"Engga kak, gue masih sayang sama kak Icad. Dan sampe kapanpun gue bakalan mikirin dia terus, rasanya berat buat gue lupain dia gitu aja." mendadak mata Kanaya berkaca-kaca. "..gue bakal nungguin sampe kak Icad putus ama kak Dahlia,"
Sebuah tekad, mungkin.
"..gak papa, meski hati gue sakit, gue tetep masih cinta sama kak Icad."
"Tapi sekarang lo cuma dianggep adek, Nay. Gak lebih."
"Mending dianggep adek, itu berarti dia masih sayang sama gue, kak." Kanaya menatap Andika dalam. "..gue yakin kak Icad sebenernya gak rela mutusin gue. Dia cinta pertama gue, kak, dan gue cinta pertamanya dia."
"Tapi kenyataannya kalian udah putus. Irsyad udah move on. Tinggal elo," ujar Andika sepelan mungkin.
"Gue gak mau move on." tukas Kanaya cepat. "..gue akan tetep bertahan, ya karena gue percaya.. suatu saat pasti kak Icad bakal balik lagi sama gue." setelahnya Kanaya tertawa sumbang.
Dan Andika tahu persis bagaimana perasaannya. Itu menyakitkan. "Jangan nyiksa diri lo, Nay."
"Gue baik-baik aja kok, kak."
Cewek keras kepala yang sok tegar, itulah sosok Kanaya yang terlihat dari mata Andika. Meskipun Andika belum pernah merasakan apa itu patah hati, tapi secara tidak langsung Kanaya sudah menularkan rasa itu. Terhitung sejak adegan diputusin saat malam pesta ulang tahun Irsyad.
"Naya, Irsyad udah ngijinin gue bantuin lo move on, dan gimanapun caranya lo harus move on. Oke?"
Belum sempat menjawab, terdengar langkah sepatu yang menggebu-gebu, hingga datang segerombol murid dari anak tangga. Teman sekelas Kanaya. Sebagian langsung berebut masuk, sebagian lagi terhenti begitu melihat Kanaya dan Andika di sana.
Farhan, Jimmy, dan Nina. Mereka mengerjap. "Naya.. sama bang Dika?"
"Kalian ngapain?"
Suasana hati masih tidak karuan, Kanaya menggigit bibir bawahnya. Diam-diam ia menghapus cairan yang menetes di sudut mata kirinya.
"Engga.." Andika menyambar duluan, sambil mengusap cuping hidungnya dengan telunjuk ditekuk. "..ini tadi gue nyampein salam dari Irsyad."
Setelahnya, bel masuk berbunyi.
"Yaudah kalogitu, gue cabut duluan ya?"
Begitu mendapat anggukan kecil dari Kanaya, Andika buru-buru angkat kaki dari lantai itu. Sama, Kanaya yang tidak ingin dinegosiasi, pun langsung masuk kembali ke lab TIK dan menuju bangkunya di sebelah Elsha. Dan memang benar, selama pembelajaran Farhan masih kepo.
Hari ini, Kanaya bertransformasi jadi pendiam.

Bình Luận Sách (66)

  • avatar

    ceritanya bagus kak !!! di tingkatkan lagi kak 💪🏻💪🏻 semangat buat ceritanya kak 😉😉

    26/01/2022

      3
  • avatar
    HasyimMUHAMAD

    sangat baik untuk dibaca

    28d

      0
  • avatar
    AhmadNayip

    bagus

    13/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất