logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Si Miskin Jadi Keren

Si Miskin Jadi Keren

Donat Mblondo


Chương 1 Susu rasa semangka

"Kijo ...!" teriak Cecep memanggil Tukijo. 
"Gue minta beliin susu rasa semangka, kenapa lo kasih yang stroberi?!" Cecep melempar susunya mengenai wajah Tukijo sampai botol susunya penyok. Hidung yang pesek, bertambah rata dan membengkak berwarna biru. 
"Ugh," rintih Tukijo memegang wajahnya. 
"Goblok! Udah miskin, dekil, tolol pula!" cecarnya menjambak rambut Tukijo yang cukup panjang. 
Tukijo hanya menunduk dengan rambut yang berantakan. Dia mengenakan baju lusuh sambil menahan rasa sakit di wajahnya. Akan tetapi, wajah Tukijo yang dekil, berhasil menutupi memar di hidungnya. 
"Pokoknya, lo utang sepuluh ribu ke gue, ngerti lo!" Cecep pergi ke luar kelas. 
Tukijo menengok ke sana ke mari memastikan Cecep pergi, anak dekil itu bersorak, "Yes! Aku bebas!" Dia mengangkat tangannya. 
"Cih! Dasar Cecep tolol! Tukang nyontek! Goblok kuadrat! Cuih!" cibir Tukijo tanpa membuang ludah. 
Pada kenyataannya Tukijo hanya diam dan menyetujui perkataan Cecep saat di depannya. 
Tukijo adalah anak miskin yatim piatu yang diasuh oleh neneknya sejak kecil. Ibunya meninggal ketika dia berumur delapan tahun. Dia cukup pintar, sehingga bisa masuk ke SMA N 1 Maos yang katanya termasuk sekolah favorit di Kabupaten Cilacap. Untuk membiayai keperluan sekolahnya, dia bekerja sebagai pelayan di Restoran Mas Agus. 
Cecep terkenal dengan julukan Si Pembuat Onar. Dia ini peremannya kelas dua belas. Wajahnya yang terlihat garang dan sangar serta tubuhnya yang besar dan kekar membuat teman-teman sekolahnya bertekuk lutut. Tentu saja dia tidak hanya sekali dua kali mendapat teguran dari guru BK. Namun, teguran itu hanya berpengaruh sementara baginya.
__________ 
Suara bel berbunyi dua kali bertanda masuk kelas untuk pelajaran pertama. Guru Killer Fisika yaitu Ibu Sulastri sedang berjalan di lorong kelas menuju kelas XII IPA 2. 
Setelah wanita paruh baya itu berada di ambang pintu, sorot matanya yang tajam menatap setiap sudut kelas yang berdebu lalu beralih ke jendela kaca yang kusam. Kemudian ia menatap langit-langit dan mendapati banyak sarang laba-laba bergelantungan. 
"Ini kelas, atau gudang?!" semprot Bu Lastri. "Cepat bersihkan!" 
Bu Lastri menyipitkan matanya dan berjalan mengelilingi tempat duduk yang berjejer dengan barisan 5×6. Ia berhenti di salah satu tempat duduk bagian belakang, yaitu milik Cecep. Ia mengorek laci mejanya dan menemukan sampah yang menumpuk. 
"Meja siapa ini?" tanya Bu Lastri. 
"Tukijo Bu!" sahut Cecep cepat. 
"lho, ini kan ..." ucapan Tukijo terpotong karena Cecep mengacungkan jari tengahnya. Kode itu memiliki arti 'Mau mati lo?' yang dimaksud adalah mengajak berantem. 
Tukijo seketika hanya bisa diam dan menggerutu, "Gendeng (gila)!"
"Bersihkan!" perintah Bu Lastri. 
Tukijo pun segera membersihkan laci meja Cecep. 
"Sekarang, siapapun yang membuang sampah di laci akan dikenai denda seratus ribu," cetus Bu Lastri tegas. 
"Baik Bu," jawab murid-muridnya menyetujui. 
Sebagai wali kelas XII IPA 2 yang sangat mencintai kebersihan, setiap hari Jum'at ia selalu memeriksa kebersihan kelas. 
Bu Lastri mencari-cari sesuatu, tampaknya ia lupa membawa buku pelajaran yang akan diajarkan. 
"Ibu mau ke ruang guru dulu untuk mengambil buku dan lembar kertas ulangan harian. Setelah ini, kalian boleh belajar selama sepuluh menit," ujarnya. 
Siapa yang menyangka bahwa hari ini akan ada ulangan harian mendadak. 
Selesai membersihkan jendela kaca dari luar kelas, Tukijo kembali ke kelas. Dia berjalan ke tempat duduknya. Tanpa dia sadari, seseorang mengulurkan kaki membuat Tukijo jatuh tersungkur mencium lantai. 
"Sory sory ... sengaja. Kekeke ...." Udin terkekeh. 
Berbeda dengan Cecep yang suka berbuat ulah, Udin adalah anak teladan yang menyandang sebagai juara pertama di kelas. Ayahnya adalah seorang karyawan di perusahaan terbesar di Indonesia yaitu Perusahaan Gaje. Wajahnya yang lumayan, membuat dia selalu percaya diri dengan penampilannya. Sifatnya angkuh, sombong dan suka merendahkan orang. 
"Kurang asem!" gerutu Tukijo. 
Melihat tingkah Udin, Tukijo merasa kesal. Dengan hati yang mendongkol, dia bangkit mengepalkan kedua tangan dan berjalan ke tempat duduknya. 
"Hei Jo! Jangan pelit-pelit ya," ucap Tiyem berada di sebelah kanan Tukijo. 
Tukijo hanya terdiam, hatinya masih terkoyak oleh sifat Udin yang menyebalkan. 
"Bodo amat!" batinnya. 
"Woy! Tukijo! Awas kalau gue kode, lo gak respon ya ... gue santet lo!" teriak Cecep berada di seberang. Tempat duduknya di sebelah kanan Tiyem. 
"Iya Cep, tenang aja," jawab Tukijo berat hati.
Tukijo takut, jika tidak menjawab, Cecep akan memukulinya lagi. Hanya dengan mendengar teriakannya saja, sudah membuat bulu kuduknya berdiri.
Setelah lama menunggu, akhirnya Bu Lastri datang ke kelas. Ia mulai membagikan soal ujian bab suhu dan kalor.
Cecep melempar sebuah kertas yang diremas ke meja Tukijo. Kemudian Tukijo membuka kertas itu.
Isi kertas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
JAWAB SEMUA!
"Gila! Si Cecep nggak tanggung-tanggung nyonteknya!" gerutu Tukijo.
Mendengar gerutu Tukijo, Markonah yang duduk di depannya bergumam, "Ck ck ... mau-maunya diperalat."
Markonah adalah cewek tomboy, tapi cantik, manis dan menggemaskan. Wajahnya selalu ceria seperti cahaya mentari yang bersinar. Parasnya bagaikan mawar putih yang mekar membuat para lelaki tidak bisa berhenti menatapnya. Namun sifat cueknya yang mendarah daging, membuat setiap lelaki sulit mendekatinya. Dia cenderung suka menyendiri daripada berkumpul dengan temannya. Dia adalah anak dari pemilik toko roti yang berada di Perempatan Mojing.
Tak disangka Udin yang katanya juara kelas juga melempar kertas ke meja Tukijo. Dia duduk di depan Markonah.
"Apa maksud anak ini!" Markonah mengernyitkan dahi.
Saat Udin melihat Tukijo membuka kertasnya, dengan wajah polosnya dia berkata, "Bu guru, Tukijo nyontek."
"Apa?" Tukijo tersentak.
Bu Lastri menghampiri Tukijo dan melihat sebuah kertas bertuliskan rumus-rumus suhu dan kalor beserta keterangannya di meja Tukijo.
Tiba-tiba badan Tukijo membatu, jantungnya berdegup cepat. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.
Udin tahu jelas kelemahan Tukijo, yaitu tidak bisa berhadapan dengan guru secara langsung. Seolah-olah ada sesuatu yang menekan mulutnya, sehingga mulut Tukijo seketika menjadi gagap dan sangat sulit mengeluarkan suaranya. Apalagi Bu Lastri yang terkenal sebagai Guru Killernya IPA 2, membuat Tukijo semakin tertekan.
"Udin kampret!" gumam Tukijo.
Bu Lastri menatap Tukijo dengan tatapan tajam. "Keluar!" bentaknya mengacungkan telunjuknya ke pintu kelas.
Tukijo keluar dengan wajah kesal, sedangkan Udin terkekeh bangga. Markonah sedikit merasa simpati kepada Tukijo, tapi dia juga tidak bisa berbuat apapun.
__________
Bel berbunyi sekali bertanda waktu istirahat telah tiba.
Bu Lastri keluar kelas dan menghampiri Tukijo. "Jangan diulangi lagi ya, Tukijo," ucap Bu Lastri mengingatkan.
"Baik Bu," jawab Tukijo menunduk.
Setelah memastikan Bu Lastri pergi, Cecep langsung mendatangi Tukijo dan menghantam kepalanya. Anak itu terhempas sampai kepalanya terbentur lantai keramik di karidor depan kelas XII IPA 2.
Kemudian Cecep mencengkeram erat kerah bajunya. "Goblok! Goblok! Goblok!" sergah Cecep sambil menampar wajah Tukijo.
"Kenapa lo diem aja, goblok?!" Cecep mendorong dahi Tukijo dengan telapak tangannya sampai dia terpelanting ke belakang.
Badan Tukijo yang kurus serasa remuk. Rasa nyeri berdenyut-denyut di sekujur tubuhnya membuat Tukijo kesulitan untuk berdiri kembali.
Dari jendela kelas, Markonah melihat Tukijo dipukuli Cecep hingga babak belur, sedangkan Udin tersenyum sinis melihat Tukijo kesakitan.
"Eh, Udin ... emm, gak jadi deh." Markonah mengurungkan niatnya untuk mencemoohnya. Dia merasa tidak ada gunanya berurusan dengan anak orang kaya.
"Markonah kenapa sih? Jangan-jangan dia mau menyatakan cinta padaku? Karena merasa malu, dia mengurungkan niatnya," gumam Udin menduga. Dia merasakan dadanya berdebar-debar.
Markonah sengaja keluar kelas dan berteriak di belakang Cecep, "Wah! Ada Pak Wahib! ..."
Cecep yang sedang memukuli Tukijo, tersentak melepaskannya dan segera berlari ke dalam kelas untuk bersembunyi.
"Di ruang kepala sekolah ... hahaha," ucap Markonah melanjutkan kata-katanya.
Tukijo melihat Markonah sedang menyandarkan bahunya ke tembok sambil tertawa melipat tangannya. Markonah melirik Tukijo dan berkata, "Hey! Jangan berharap aku akan membantumu ke UKS, Cepat pergi dan obati lukamu!"
"Ah, tidak- tidak ... terima kasih telah menolongku!" timpal Tukijo 
Kemudian Tukijo melangkahkan kakinya menuju UKS. Dia tidak pernah berharap siapapun akan membantunya. Remaja miskin ini hanya tidak menyangka, bahwa masih ada orang yang memiliki hati untuk menolongnya.
Di UKS, Tukijo merenung, "Aku tidak bisa terus seperti ini. Kira-kira apa yang akan terjadi jika aku menolak permintaan mereka," gumam Tukijo berbicara kepada dirinya sendiri.
"Andai aku bisa melawan mereka." Pikirannya melayang-layang berharap ada suatu keajaiban. Entah dia tiba-tiba memiliki kekuatan super, atau ada seseorang yang memberinya benda ajaib yang bisa mengabulkan segala keinginannya. Namun Tukijo menyadari bahwa itu hanyalah khayalan fantasi yang tidak mungkin terjadi.
Selama dua pelajaran berlangsung, Tukijo tidak mengikutinya karena berada di UKS. Pipinya membengkak, kepalanya yang benjol terus berdenyut, gusinya berdarah, rahangnya terasa sangat sakit. "Arrrrgh," rintihnya meringkuk di kasur sampai akhirnya dia tertidur.

Bình Luận Sách (437)

  • avatar
    WidyaningsihNi luh putu

    aku. bisa. mendapatkan. Damien. yang. sangat. banyak. sekali. dan. mendapatkan. daimen. 50000

    7d

      0
  • avatar
    AndaCantik

    bagus

    19d

      0
  • avatar
    FAIZ 08FZ

    bangus

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất