logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 6, Uwentira

Bismillah
    "SUAMI DARI ALAM LAIN"
#part_6
# by: R.D.Lestari.
    Deru mobil terdengar amat pelan, ya, mobil memang melaju lambat. Seolah lelaki disampingku ini ingin berlama-lama denganku.
      "Geer? harus dong, kalau enggak kenapa Bima ga ngebut aja? lambat begini apa yang dicari sebetulnya," aku tersenyum sendiri mendengar omongan di otakku. "Kek ada gila-gilanya kurasa," aku terkekeh tanpa sebab.
     "Ehemm," deheman Bima membuatku tersentak dan menatapnya tajam.
    "Apa?" tanyaku.
    "Sudah dengan pikiran anehmu, itu?" ia balik bertanya dengan senyum yang terulas amat manis.
    "Pikiran apa?" Aku memalingkan wajahku ke jalan. Berpura-pura jutek, padahal dalam hati aku menertawai diriku sendiri. Jika Bima bisa membaca pikiranku tadi, alangkah malunya aku.
     Dia tak menjawab. Tangannya masih asik berada di kemudi dan menatap fokus di jalan. Sedangkan aku asik menikmati pemandangan di sisi kiri dan kanan jalan. Kami melewati jalan tanah yang rata tanpa kerikil dan bebatuan. Pepohonan cemara tinggi menjulang berjajar rapi, sesekali nampak gerombolan rusa yang seperti ingin menyeberang,tapi ketika melihat mobil kami lewat mereka  memberi jalan.
    Langit amat cerah berwarna biru dengan bentuk awan yang amat cantik. Selama perjalanan aku bisa melihat beberapa kendaraan berlalu lalang. Semua rata-rata mobil mahal yang harganya di atas 1 miliar. Menakjubkan bukan?
    Ada pula yang memakai motor, dan harga motor yang mereka paksi bisa di pastikan di atas 200 juta. Apakah mereka ini sultan semua?
    Padahal ini masih di wilayah hutan, sepertinya. Karena masih sayup pepohonan dan pohon bambu di mana-mana. Burung-burungpun berterbangan sesuka hati begitu pun kera-kera masih banyak bergelantungan.
    Aku berdecak kagum. Perjalanan yang lama terasa singkat karena aku sangat menikmati perjalanan.
     "Kau menikmati perjalanan ini, In?" suara Bima membuyarkan lamunanku. Aku hanya mengangguk pelan.
    "Apa kau lapar? aku punya roti, aku yakin kau menyukainya," ia menyodorkan sekotak roti coklat dengan berbagai toping di atasnya.
    "Ini beneran kue ga, ya? jangan-jangan..., hiiii," aku bergidik sembari memikirkan yang macem-macem.
    " Iya, itu kue asli, kok. Jangan mikir yang macem-macem, In. Aku bukan hantu atau monster seperti apa yang kamu pikirkan ," ia menepis pikiranku. Pikiranku? uh, lagi-lagi ia tahu apa yang aku pikirkan. Wajahku seketika bersemu merah. Malu.
    "Ayo, makanlah. Aku tak mungkin meracuni wanita secantik dirimu, rugi," ia terkekeh melihat ke arahku.
    Aku semakin salah tingkah di puji olehnya . Dengan tangan gemetar ku terima kue pemberian nya dan mengambil satu kue coklat dengan toping buah strawberry dan kismis.
    Hap!
   Aku mulai mengunyah kue itu perlahan dan ...
   "Mmmh, enaknyaa," kue itu amat lezat memanjakan indra pengecapku . Teksturnya lembut dan nyoklat banget. Di tambah manis asem strawberry dan kismis. Sungguh perpaduan yang aduhai. Manjalita pemirsahhh.
     "Enak, In?" lagi-lagi Bima tersenyum melihat tingkahku yang tanpa sadar sudah menghabiskan lima potong roti dalam beberapa detik saja. Lah, ketahuan dong rakusnya diriku.
    "E--enak, Kak," sahutku. Kembali ku buang wajahku ke arah jalan. Malu, malu.
    Saking menikmati roti, aku tak menyadari jika kami baru saja melewati jembatan yang lumayan panjang. Jembatan besi dan baja dengan arsitektikur amat menawan , terkesan kokoh dan modern.
     Kini kami melewati jalan tol yang amat mulus. Kendaraan yang berlalu lalang semakin beragam. Di kejauhan nampak samar gedung tinggi menjulang, tapi tertutup kabut.
     Apa kami sudah berada di kota lain? sedangkan setahuku kotaku tak punya gedung pencakar langit yang amat kokoh dan moderen seperti ini.
     Semakin lama semakin nampak jelas, seiring deru mobil yang semakin melambat, aku bisa dengan leluasa memperhatikan indahnya pemandangan kota yang amat menakjubkan. Apa kami sekarang berada di Jakarta?
***
      Mobil kembali menderu kencang, barisan gedung tinggi pencakar langit berganti menjadi taman-taman bunga penuh warna, ada tulip , mawar, sakura. Dan anehnya di tempat sepanas ini bunga-bunga itu bisa tumbuh? bermekaran di tengah kota. Benar-benar menakjubkan.
     Banyak orang-orang yang duduk bersantai atau hanya membaca buku dan bermain di bawah pohon sakura yang sedang full berbunga. Mereka bersenda gurau dan wajah mereka sama sekali tak ada yang bertampang indonesia. Wajah mereka dominan ke bule-bulean . Bermata biru,berhidung mancung, berkulit putih dan berambut pirang, sama seperti Bima. Tapi tetap, wajah Bima yang paling rupawan . Ehem .
     "Indah, 'kan?" ucap Bima bangga. Ia menoleh ke arahku setelah sekian lama terdiam.
    "Iya, indah banget. Tapi, kita ini di mana?" kuberanikan diri bertanya.
    "Uwentira . Kota Uwentira ,"ia menjawab pelan. Seperti tau kegundahan hatiku.
     "U--Uwentira? bukankah tak ada kota di sana? setauku di sana hanya ada hutan,"bibirku bergetar. Apa sekarang aku berada di Kota jin? seperti yang orang- orang ceritakan?
     "Jangan percaya hoax, In. Apa kau pernah tau jin itu bagaimana?" Bima menatapku tajam , seolah ia tersinggung dengan pikiranku . Aneh, memang orang ini. Bisa membaca semua pikiranku .
     "Aku ...,"
    Deru mobil terdengar amat pelan, ya, mobil memang melaju lambat. Seolah lelaki disampingku ini ingin berlama-lama denganku.
      "Geer? harus dong, kalau enggak kenapa Bima ga ngebut aja? lambat begini apa yang dicari sebetulnya," aku tersenyum sendiri mendengar omongan di otakku. "Kek ada gila-gilanya kurasa," aku terkekeh tanpa sebab.
     "Ehemm," deheman Bima membuatku tersentak dan menatapnya tajam.
    "Apa?" tanyaku.
    "Sudah dengan pikiran anehmu, itu?" ia balik bertanya dengan senyum yang terulas amat manis.
    "Pikiran apa?" Aku memalingkan wajahku ke jalan. Berpura-pura jutek, padahal dalam hati aku menertawai diriku sendiri. Jika Bima bisa membaca pikiranku tadi, alangkah malunya aku.
     Dia tak menjawab. Tangannya masih asik berada di kemudi dan menatap fokus di jalan. Sedangkan aku asik menikmati pemandangan di sisi kiri dan kanan jalan. Kami melewati jalan tanah yang rata tanpa kerikil dan bebatuan. Pepohonan cemara tinggi menjulang berjajar rapi, sesekali nampak gerombolan rusa yang seperti ingin menyeberang,tapi ketika melihat mobil kami lewat mereka  memberi jalan.
    Langit amat cerah berwarna biru dengan bentuk awan yang amat cantik. Selama perjalanan aku bisa melihat beberapa kendaraan berlalu lalang. Semua rata-rata mobil mahal yang harganya di atas 1 miliar. Menakjubkan bukan?
    Ada pula yang memakai motor, dan harga motor yang mereka paksi bisa di pastikan di atas 200 juta. Apakah mereka ini sultan semua?
    Padahal ini masih di wilayah hutan, sepertinya. Karena masih sayup pepohonan dan pohon bambu di mana-mana. Burung-burungpun berterbangan sesuka hati begitu pun kera-kera masih banyak bergelantungan.
    Aku berdecak kagum. Perjalanan yang lama terasa singkat karena aku sangat menikmati perjalanan.
     "Kau menikmati perjalanan ini, In?" suara Bima membuyarkan lamunanku. Aku hanya mengangguk pelan.
    "Apa kau lapar? aku punya roti, aku yakin kau menyukainya," ia menyodorkan sekotak roti coklat dengan berbagai toping di atasnya.
    "Ini beneran kue ga, ya? jangan-jangan..., hiiii," aku bergidik sembari memikirkan yang macem-macem.
    " Iya, itu kue asli, kok. Jangan mikir yang macem-macem, In. Aku bukan hantu atau monster seperti apa yang kamu pikirkan ," ia menepis pikiranku. Pikiranku? uh, lagi-lagi ia tahu apa yang aku pikirkan. Wajahku seketika bersemu merah. Malu.
    "Ayo, makanlah. Aku tak mungkin meracuni wanita secantik dirimu, rugi," ia terkekeh melihat ke arahku.
    Aku semakin salah tingkah di puji olehnya . Dengan tangan gemetar ku terima kue pemberian nya dan mengambil satu kue coklat dengan toping buah strawberry dan kismis.
    Hap!
   Aku mulai mengunyah kue itu perlahan dan ...
   "Mmmh, enaknyaa," kue itu amat lezat memanjakan indra pengecapku . Teksturnya lembut dan nyoklat banget. Di tambah manis asem strawberry dan kismis. Sungguh perpaduan yang aduhai. Manjalita pemirsahhh.
     "Enak, In?" lagi-lagi Bima tersenyum melihat tingkahku yang tanpa sadar sudah menghabiskan lima potong roti dalam beberapa detik saja. Lah, ketahuan dong rakusnya diriku.
    "E--enak, Kak," sahutku. Kembali ku buang wajahku ke arah jalan. Malu, malu.
    Saking menikmati roti, aku tak menyadari jika kami baru saja melewati jembatan yang lumayan panjang. Jembatan besi dan baja dengan arsitektikur amat menawan , terkesan kokoh dan modern.
     Kini kami melewati jalan tol yang amat mulus. Kendaraan yang berlalu lalang semakin beragam. Di kejauhan nampak samar gedung tinggi menjulang, tapi tertutup kabut.
     Apa kami sudah berada di kota lain? sedangkan setahuku kotaku tak punya gedung pencakar langit yang amat kokoh dan moderen seperti ini.
     Semakin lama semakin nampak jelas, seiring deru mobil yang semakin melambat, aku bisa dengan leluasa memperhatikan indahnya pemandangan kota yang amat menakjubkan. Apa kami sekarang berada di Jakarta?
***
      Mobil kembali menderu kencang, barisan gedung tinggi pencakar langit berganti menjadi taman-taman bunga penuh warna, ada tulip , mawar, sakura. Dan anehnya di tempat sepanas ini bunga-bunga itu bisa tumbuh? bermekaran di tengah kota. Benar-benar menakjubkan.
     Banyak orang-orang yang duduk bersantai atau hanya membaca buku dan bermain di bawah pohon sakura yang sedang full berbunga. Mereka bersenda gurau dan wajah mereka sama sekali tak ada yang bertampang indonesia. Wajah mereka dominan ke bule-bulean . Bermata biru,berhidung mancung, berkulit putih dan berambut pirang, sama seperti Bima. Tapi tetap, wajah Bima yang paling rupawan . Ehem .
     "Indah, 'kan?" ucap Bima bangga. Ia menoleh ke arahku setelah sekian lama terdiam.
    "Iya, indah banget. Tapi, kita ini di mana?" kuberanikan diri bertanya.
    "Uwentira . Kota Uwentira ,"ia menjawab pelan. Seperti tau kegundahan hatiku.
     "U--Uwentira? bukankah tak ada kota di sana? setauku di sana hanya ada hutan,"bibirku bergetar. Apa sekarang aku berada di Kota jin? seperti yang orang- orang ceritakan?
     "Jangan percaya hoax, In. Apa kau pernah tau jin itu bagaimana?" Bima menatapku tajam , seolah ia tersinggung dengan pikiranku . Aneh, memang orang ini. Bisa membaca semua pikiranku .
     "Aku ....,"
Bersambung dulu 🤗

Bình Luận Sách (200)

  • avatar
    Gustriana

    cerita nya bagus

    05/07

      0
  • avatar
    MontokDurian

    ag suka sangat menyenangkan

    11/05

      0
  • avatar
    Satria Dewi Zllu Ada

    Benar2 bagus..jadi ngehalu pengen sangat pengen brtemu dengan pemuda uwentira😍

    04/04

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất