logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 3 Suara hati

~~~***~~~
Minggu pagi yang cerah dan menyegarkan. Udara pagi begitu sejuk dan segar menerbangkan anak-anak rambut di sekitar telinga seorang gadis cantik rupawan yang sedang berlari seorang diri itu.
Sejenak gadis itu berhenti berlari untuk merapikan rambut panjangnya yang berantakan, lalu mengikatnya menjadi kuncir kuda. Setelah selesai, ia melanjutkan kembali lari paginya.
Melihat penampilan Ayu yang ceria seperti biasanya, takkan ada yang menyangka kalau ia depresi kekasihnya bertunangan dengan orang lain. Ia terlihat santai dan cantik seperti biasanya membuat beberapa pria menoleh terpesona padanya. Sesekali ia menjawab sapa dari mereka yang mengenalnya, yang juga sedang jogging bersama kelompoknya.
Gadis itu merasa sedih dengan kesendiriannya. Dulu, ia biasa jogging bersama mantan temannya yang kini sudah mengkhianatinya. Takdir kehidupan memang tak ada yang tahu.
Semua ini salah lelaki posesif itu. Karena semenjak berpacaran dengan Irfan, ia tidak mempunyai teman dekat wanita selain Desi. Irfan selalu marah kalau ia menghabiskan waktu dengan teman-temannya daripada dengannya.
Ia urung meneruskan jogingnya karena enggan pergi sendiri, rasanya aneh saja berlari seorang diri. Ayu baru hendak membalikkan badannya ketika suara seseorang yang familiar di telinganya, memanggilnnya.
"Ayuuu...! Tungguin dong. Barengan atuh larinya, sendirian aja!"
Ayu menoleh. Ternyata Evi, tetangganya yang beda beberapa blok dari rumahnya itu yang memanggilnya.
"Yu, kamu tahu nggak? kamu sekarang lagi viral di kampung gara-gara Irfan nikahnya sama Desi. Katanya kamu kasar makanya Irfan ninggalin kamu. Bener gak, sih ?" Kata Evi, setibanya ia di hadapan Ayu. Nafasnya tersengal-sengal saking cepatnya ia mengejar Ayu.
Ayu melengos geram. Rasanya ia ingin mengacak-acak wajah si penyebar gosip. Dan sepertinya ia tahu siapa penyebar gosip itu. Awas kamu!
"Siapa yang bilang?"
"Gak tahu soalnya ngobrolnya rame gitu, pada gosipin kamu di gardu. Karena aku peduli, mangkanya aku kasih tahu kamu. Itu benar gak sih?"
"Biarin aja. Percuma juga kalau dibahas terus. Semua sudah berlalu," Ayu menjawab santai dan tenang padahal hatinya ketar-ketir tak karuan.
"Tapi Yu, nama baik kamu jadi jelek!"
"Ayu gak peduli dengan mereka berdua. Ayu sudah move on."
Ayu melanjutkan kembali larinya yang tertunda, meninggalkan Evi yang bengong. Kok bisa ya Ayu secepat itu move on? Kalau dia, bisa hancur berbulan-bulan baru bisa move on.
Meski mulut Ayu berkata begitu santai seolah tak mempermasalahkan gosip itu tapi hatinya bergejolak marah. Kenapa jadi dia yang diserang? Dia yang rebut pacar orang tapi dia yang menjelek-jelekkan? Awas kamu, Desi!
~~~****~~~
Suasana rumah Desi nampak ramai dengan pekerja yang hendak membuat tenda dan ibu-ibu yang membantu memasak. Sipat masyarakat di sini paguyuban sehingga setiap ada acara hajatan pasti ibu-ibunya membantu memasak atau mengiris bahan masakan.
Lain ibu-ibu yang tampak ceria, lain lagi dengan Desi yang tampak gelisah di peraduannya. Sejak tadi Irfan dihubungi tapi tak jua ada balasan.
"A Irfan teh kamana sih? Di tlp ga diangkat? Di chat ga dibales. Apa jangan-jangan dia mau batalin pernikahan ini ya? Mau taro di mana muka Desi kalau gagal nikah teh. Hikks.."
Gadis berambut panjang itu duduk di pinggiran kasur mengingat pertemuannya dengan Ayu tadi di alun-alun.
Flashback on.
"Halo pengkhianat, musang berbulu domba. Buru-buru amat. Mau ke mana?"Tiba-tiba ada suara berbisik di telinganya.
Desi menoleh, terkejut. Ia baru selesai membeli bubur ayam kesukaannya. Seketika ia menelan ludahnya pahit.
'Gimana ceritanya Ayu ngedalak dia depan umum begini. Bisa malu dia nanti pas acara. Desi melirik kiri kanannya, banyak orang-orang yang dikenalnya karena berasal dari blok yang sama dengannya, diam-diam memperhatikannya namun berpura-pura tak memperhatikan. Gawat.'
"Kenapa diam? Bener kan ucapanku? Ada gosip katanya aku suka kdrt? Kdrt kayak gimana? kalau iya kdrt, ga mungkin lama pacaran. Kamu, kan, yang nyebarin gosip itu? Ayo, ngaku?" tuntut Ayu berapi-api. Muka gadis itu bahkan memerah memperlihatkan kemarahanya yang mengakar di seluruh tubuhnya. 
Melihat posisi Ayu yang berdiri sedekat itu dengan Desi, seakan menunjukan seberapa akrab mereka, seakan tak ada masalah seberat apa pun yang bisa memisahkan mereka, walaupun pacar sendiri menikah dengan sahabatnya. Hal itu membuat beberapa teman Ayu yang kebetulan berada di sana, memuji kebesaran hati Ayu.
Desi menelan ludahnya yang tertahan di kerongkongan saat melihat Evi dan yang lainnya bergerak menghampiri mereka.
"Kamu kenapa sih nyalahin aku terus? Padahal aku selalu mengalah selama ini. Kalau memang a Irfan cintanya sama aku dari dulu, harusnya kamu ikhlas dan nerima dengan lapang dada, bukan terus ngejelekin aku. Padahal aku kurang mengalah apa selama ini sama kamu? Aku bahkan ngijinin a Irfan buat pacaran sama kamu." Suara Desi terdengar sedih membuat beberapa orang di situ merubah pemikiran mereka tentang Ayu dalam sekejap. Ternyata Ayu tak sebaik itu!
Ayu terperangah!!
Desi memegang jemari Ayu dan meletakkanya di dadanya. Ayu merasa risih dan mencoba melepaskan diri.
"Apa apaan sih kamu, Des? Lepas ih ..."
Desi tersenyum tulus," kalau emang kamu segitu cintanya sama a Irfan, dan minta aku melepas dia untuk yang kedua kalinya buat kamu, aku ikhlas melepas dia kembali. Asal kamu bahagia! Tapi maaf, mungkin aku tak bisa menjadi temanmu lagi karena hatiku sakit kamu perlakukan seperti ini terus dari dulu. Dah Yu...!"
Setelah mengatakan itu, Desi pun melepaskan genggamannya dan berlalu pergi menuju motornya yang sedang diparkir temannya. Ayu mengejarnya namun telat karena Desi berhasil mencapai parkiran dan mengajak temannya mengebut untuk pergi sebelum Ayu mencapainya.
Flashback off
Desi tersenyum mengingat kehebatan aktingnya atas kejadian tadi. Paling tidak, ia puas karena bisa menjatuhkan Ayu kembali, depan umum pula. Hahaha...!!
Desi merebahkan tubuh langsingnya di atas ranjang berukuran 140 itu. Benaknya mengenang kembali masa-masa awal perkenalannya dulu dengan lelaki tampan yang kini sebentar lagi akan menjadi suaminya.
Flashback on
Desi, Evi dan Ayu yang kala itu masih mengenakan seragam abu abu karena mereka baru pulang sekolah, memutuskan mampir makan baso di kedai bakso langganan mereka di warung tenda pinggir jalan. ketika sekelompok anak muda masuk memesan baso beranak juga, dan duduk tak jauh dari mereka.
Awalnya mereka tak begitu mempedulikan kehadiran mereka yang baru datang itu sampai ketika salah satu dari mereka bersiul mengajak kenalan bahkan membayarkan baso mereka. Saat itu lah mereka mulai memperhatikan siapa saja para pemuda itu.
"Tak kenal maka tak pacaran. *Tepangken atuh Neng, nami abdi Jaka, anu pang kasepna di kampung Baribis."
*Kenalkan nama saya Jaka, yang paling ganteng di kampung Baribis.
Desi dan Ayu tertawa geli mendengar banyolan Jaka. Diam-diam sudut mata Desi melirik laki-laki pendiam tapi paling tampan diantara yang lain. Meski begitu ia selalu tersenyum setiap diajak ngobrol. Setelah berkenalan, ternyata namanya Irfan. Nama yang ganteng kayak orangnya.
"Des, itu si Irfan ngeliatin aku terus dari tadi. Kayaknya dia suka sama aku!" Bisik Ayu tiba-tiba di telinga Desi, membuatnya terkejut.
Desi menoleh ke arah Irfan. Ayu benar, Irfan terlihat memfokuskan perhatiannya hanya pada Ayu semata, seolah tak ada orang lain di sekitarnya. Desi menggeram dalam hati, bagaimana bisa Irfan lebih memperhatikan Ayu dibanding dirinya. Padahal, ia pun tak kalah cantik dari Ayu. Lihat saja siapa yang bakal dipilih Irfan nanti, dasar sok cantik!
Sejak itu ia tak hentinya mengejar cinta Irfan. Namun sayang, ia tak bisa menggoyahkan keinginan Irfan. Irfan lebih menyukai Ayu. Ia mencari cara lain. Desi pun bersedia menjadi mak comblang mereka. Hal itu dilakukannya agar ia semakin dekat dengan Irfan. Namun Irfan tak meresponnya seperti ia merespon Ayu. Sampai akhirnya Irfan menembak Ayu, dan Ayu menerimanya, saat itulah ia tahu, ia sudah kalah.
Flashback off
Beep.. beep
Bunyi chat masuk mengembalikan kesadarannya. Desi menepuk-nepuk kasur di sampingnya, mencari keberadaan ponselnya. Ponselnya terjepit bantal ungunya yang segera ia singkirkan. Kedua bola matanya melebar saat membaca isi pesan tersebut.
'Aku lagi nemenin Emak belanja sayur ke pasar buat dikirim ke rumah Desi siang ini. Ada apa?'
'Aa, Desi takut sama Ayu, masa tadi ngancem katanya Desi gak boleh nikah sama Aa, kayak belum move on dari Aa padahal tadi dia jalan sama Jaka.'
'Kamu tenang aja. Tar saya yang bilangin Ayu biar ga ganggu kita lagi.'
'Iya Aa. Aku beruntung banget dapet kamu, Aa. Semoga rumahtangga kita langgeng ya nanti,'
Irfan tak menjawabnya lagi, tapi Desi tak peduli. Toh, ia sudah menang dua langkah. Dulu dia mungkin tak bisa menjadikan Irfan pacarnya. Tapi dia berhasil menjadikan Irfan suaminya kini. Ini jauh lebih menakjubkan. Gadis itu menyeringai puas merayakan kemenangannya. Satu persatu masalahnya selesai. Sebentar lagi semua keinginannya tercapai.
Ah, ia tak sabar membayangkan menjadi orang kaya dengan puluhan sertifikat tanah dan sawah yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.
~~~****~~~

Bình Luận Sách (6)

  • avatar
    RahmawatiFitri

    keren ka ceritanya minta lanjutin

    01/08

      0
  • avatar
    MiftaMifta

    keren banget

    09/02

      0
  • avatar
    FitrianiWina

    ceritanya kerennn😍

    12/03/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất