logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

BAB 46 Cinta Kedua

Drrrtt
Drrrtt
Drrrtt... .
Terdengar notif masuk ke ponsel Arin.
Senja semakin beranjak...malam menjelang. Arin belum begitu lama berada dalam kamarnya setelah menyelesaikan pekerjaannya di shift pertama ini
Dibukanya gambar berwarna hijau pada ponselnya
(Biarkan aku basuh luka hatimu Arin...
Izinkan aku balut duka di hatimu...
Aku tau Arin..cintamu hanya untuk Adit seorang.
Tapi biarkan aku ikuti takdirku...untuk menjadi yang kedua di hatimu...yang bertahta mendapatkan cintamu.)
Arin tertegun membaca pesan yang terangkai laksana untaian puisi indah. Dari Randy.
"Busyeeettt romantisnyaaa...,"
Tiba-tiba terdengar suara khas dari tanah sebrang mengagetkan Arin yang sedang dag-dig-dug tak karuan, menahan debar jantungnya yang sepertinya mulai berpacu meski tak sehebat ketika Arin bersama Adit.
"Marthaaa...nakal kamu yaa..nyuri-nyuri ikutan baca 'chattingan'ku," Arin cemberut mendapati Martha yang ternyata diam-diam ikut membaca pesan dari Randy.
"Walllaaah...salahnya sendiri baca pesan sambil bengong gitu...jadi bikin penasaran aja," Martha menyahut ucapan Arin sembari menggodanya.
Sejurus kemudian Arin kembali terdiam..pikirannya kembali menari-nari entah ke mana.
Martha yang mendapati teman sekamarnya terdiam...menjadi semakin penasaran.
"Ayolah Arin...kamu pilih si Randy aja...yang jelas-jelas ngga ada yang 'ngribetin' macam si Adit itu,"
"Aku sebetulnya tu ya Rin, risiiih banget liat polahnya si Michin itu..kaya'nya dirinya doang yang punyanya Adit gitu...iiih..,"
"Huuus Michyyy, Martha...bukan mi-ciiin...emang penyedap rasa apa?" Arin manyun mendengar bibir Martha yang sepertinya lincah menyebut kata micin ketimbang Michy.
"Allaaah...itulaaah apa namanya begituuu," Martha semakin tidak karuan berucap yang membuat Arin semakin jengkel dibuatnya.
"Yaaa terserah kamu ajalaah nona Maniz..
Akhirnya Arin menyerah tanpa syarat menerima kenyataan kalau teman sekamarnya yang cenderung memaksakan kehendak. Tapi Arim tahu...sebetulnya ketiga teman sekamarnya itu begitu peduli padanya termasuk Martha. Arin begitu bersyukur...disaat dia mulai gundah karena hubungannya dengan Adit seperti kian tak tentu..teman-temannyalah yang begitu membesarkan hatinya. Yang membuatnya bisa mulai menerima kenyataan kalau ada Michel dan keluarganya yang bisa menjadikannya batu sandungan kedekatannya dengan Adit.
"Sebenarnya hubunganmu sama Adit gimana sich Rin?" kaya'nya ngga jelas banget ya?" Matha mulai mengorek keterangan dari Arin yang masih duduk termangu sembari memainkan telepon selulernya.
"Ngga tau juga ya Mar..aku sendiri bingung mesti gimana..secara aku kan cuma kulinya...manalah bisaaa aku bersaing melawam Michy yang punya segalanya itu,"
"Kayanya aku lebih baik mengalah Mar," Arin mulai perlahan mengucapkan kalimat itu, cenderung untuk dirinya sendiri.
"Laa hubunganmu sama Ruhut gimana Mar?" kapan nich mau ngresmiinnya?"
"Allaaah cem mana kamu ini Arin...? kok malah balik bertanya?"
"Kalau aku sich yaaa...biasa-biasalah sama dia...ngikutin arus aja," katanya santai.
Arin hanya terdiam mencerna ucapan Martha barusan. Dia begitu kagum akan sikap santuy'nya Martha yang sepertinya tidak begitu terpengaruh akan hubungannya yang sepertinya hampir sama dengannya.
Arin pernah mendengar curhatan Martha kalau hubungannya dengan Ruhut juga sedang terhalang restu orang tua. Ruhut yang anak tunggal dari pedagang terkaya di kampungnya tidak diperkenankan menjalin hubungan dengan Martha yang hanya gadis sederhana. Tapi dia seperti tidak menjadikannya beban. Apa mungkin mereka saling berjauhan jadi lebih mudah bagi Martha untuk menjalaninya, dibanding Arin?
Entahlah...Arin hanya bisa menghela nafas dalam menerima kenyataan yang sebetulnya tidak dia inginkan itu.
#####
Sementara itu di kampusnya, dua orang sahabat yang mencintai satu wanita yang sama sedang duduk di cafe tempat biasa anak kuliahan nongkrong. Terlihat mereka sedang menikmati hidangan makan malamnya. Sesekali terlihat mereka memainkan ponsel yang dibawanya,
‘’Gue boleh nanya Brow? Gimana hubungan Lo sama Arin sebenernya?
‘’Kasihan lah Brow...masa cewe’ cantik macem itu Lo gantung sich?’’
‘’Buat Gue aja yak?’’
‘’Lo ngomong apa’an sich Rand?’’ aku ngga’ mudeng dech,’’
‘’Hmmm dasar Adit...playboy cap kucing lo!’
“Masa sich Lo ngga’ mudeng kalau yang lagi gue omongin tu Arin yang Cantik Jelita itu.
“Napa Lo sekarang malah kaya’nya lebih sering ‘nemplok’ ke si Michel sich?’’
‘’Sebenernya cinta Lo itu ke Arin apa ke Michel sich Dit?’’
Randy masih saja bertanya tentang hubungan Adit dengan Arin. Jauh di lubuk hatinya Randy berharap Adit mau ikhlas melepasnya untuk dirinya. Sejak awal pertemuannya di rumah Adit, Randy sudah merasa sayang bahkan mulai tumbuh perasaan cinta padanya. Apalagi setelah diketahuinya Arin seorang gadis yang baik budi bahasanya, ketertarikan Randy semakin kuat padanya.
Adit hanya diam terpekur. Dimainkannya ujung gelas dengan jarinya...memutar-mutarnya. Hatinya memang sedang diliputi gundah gulana. Keinginannya sebenarnya hanya satu, Arin sebagai pendamping hidupnya kelak. Namun karena keadaan Mamahnya yang masih belum pulih benar yang menjadikan Adit semakin bimbang untuk meneruskan hubungannya denga Arin. Karena dia tahu pasti...Mamahnya akan lebih cenderung memilih Michel sebagai menantunya secara dia anak dari sahabat SMA nya, bahkan salah satu lantaran hingga Adit bisa terlahir di dunia ini.
Ketika keduaya kembali asyik bercengkerama tiba-tiba ponsel Adit berbunyi nyaring
Kriiing
Kriiing
Kriiing....
(Hallo Adit...malam ini aku ke rumahmu yah...ini nemenin Mama mau ketemu Mamahmu...kamu di rumah kan?)
‘’Michel ya Brow?’’ Randy mulai menyelidik.
‘’Ssttt...iyyaa,’’Adit menjawab lirih sembari menjauhkan ponselnya agar tidak terdengar oleh Michel.
''Aku lagi makan di luar sama Randy...kamu kalau mau ke rumah ngga' papa Michy...nanti aku menyusul pulang,''jawab Adit
( Ok Adit...kami siap-siap dulu yah...sampai jumpa di rumah,'')
Randy semakin tidak habis pikir dengan kelakuan dua orang yang sangat dikenalnya itu. Bingung sama kelakuan Adit yang sepertinya sekarang mulai lebih banyak waktunya untuk Michel. Semakin gemas pula pada sikap Michy yang sepertinya sekarang lebih sering berusaha semakin mendekatkan diri pada Adit.
''Kalau kaya' gini terus...fix, Arin buat Gue ya Brow, Gue ngga' ikhlas gadis secantik dia menderita batin Lo mainin perasaannya,''
''Lebih baik secepatnya dia lepas Brow...biar sakit hatinya kagak kelamaan,''
"Biar Gue yang jadi Pangeran penyelamat Arin nantinya, dan tentu aja secepatnya!''
''Heheheheheee,'' Randy terkekeh. Entah apa maksud dia tertawa seperti itu.
''Dasar Randy...emang!''
Adit mengepalkan tinjunya seraya berkata,''
''Awwaaass Lo yaa!''
Randy yang mendengar nada perkataan Adit yang mulai meninggi tidak mempedulikannya. Dia malah pura-pura sibuk dengan ponselnya
****
Di rumah Adit...nampak Michel dan Mama'nya sedang duduk mendampingi nyonya Lina. Beberapa hari nyonya Lina menampakkan kemajuan yang pesat. Kesehatannya semakin pulih. Wajahnya mulai kembali ceria meski gurat-gurat kesedihan masih tetap ada.
"Terima kasih ya Lis...karena kedatanganmu aku jadi sembuh sekarang,"
"Terima kasih juga yah Michy..sudah setia nemenin selama Tante sakit...kamu emang anak yang baik,"
Mendengar pujian nyonya Lina, hati Michel semakin berbunga-bunga. Harapannya semakin membuncah untuk bisa mendapatkan Adit, menjadi pendampingnya...dan tentu saja menjadi ratu di hatinya!
Tanpa sadar Michel senyum-senyum sendiri yang ditangkap oleh tatapan Lisa,Mamanya.
"Iiih si Michy tuh Lin..girang banget dipuji-puji sama kamu, apalagi kalau dipuji sama Adit yah,"
Rona merah mulai menjalar di muka Michel, dia merasa semakin berharap kalau Mamah Adit akan menjadikannya calon menantu.
"Eh Lis..gimana kalau kita percepat pertunangan Adit sama Michy? biarin nikahnya ntar kalau sudah lulus kuliah semua," tiba-tiba nyonya Lina melontarkan pertanyaan yang membuatnya semakin berdebar tidak karuan.
Matanya semakin berbinar-binar ceria. Namun dia berusaha menutupinya.
Sejurus kemudian nyonya Lisa menimpali.
"Aku sich gimana kamu sama Adit aja Lin, aku kan pihak perempuan yang cuman bisa menunggu,"
"Ok...ntar kalau Adit sudah pulang..dan waktunya pas aku bicarakan yah,"
"Tapi kamu sama suamimu setuju kan kalau Adit jadi calon menantumu?"
"Ya setuju banget lah Lin..itu kan emang udah kesepakatan kita sedari mereka bayi,"
"Lebih cepat lebih baik!"
Michy semakin bersorak kegirangan. Andai saja dia tidak punya rasa malu..dia pasti sudah menari-nari sambil bernyanyi ria saking bahagianya.
"Sebentar lagi Michy...sebentar lagi Adit jadi milikmu,"batinnya berucap riang.
Dia tidak mempedulikan apakah Adit mencintainya atau tidak. Yang terpenting baginya adalah Adit bisa dia miliki. Cinta yang sudah terpendam lama akhirnya sebentar lagi akan membuncah.
"Betapa bahagianya Aku, Adit,"soraknya.
*****

Bình Luận Sách (147)

  • avatar
    AzisAbdul

    wow

    4d

      0
  • avatar
    FauziahNada

    menarik

    03/08

      0
  • avatar
    Ayam RacerKentut

    woow

    28/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất