logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

BAB 45 Risau

Malam beranjak pelan. Gerimis mengiringi suasana sunyi saat ini. Manusia satu persatu banyaj yang mulai bergelung di sebalik hangatnya selimut, terlelap dalam buaian mimpi.
Namun tidak bagi Adit dan Arin. Entah mengapa kedua insan yang sudah mulai ditumbuhi perasaan saling suka merasakan kegelisahan yang sama.
Berulang kali mereka berpindah posisi merebahkan diri di ranjangnya masing-masing. Berbagai pikiran menggelayuti hati dan perasaan mereka masing-masing.
Adit sedang merasakan resah yang teramat sangat. Dengan datangnya orang tua Michel saat ini bisa dipastikan akan menjadikannya sulit untuk menemui Arin. Karena dia tahu...orang tua Michel pasti juga akan memintanya untuk sering-sering bersamanya, pun begitu dengan Mamahnya.
Adit tahu pasti kalau dua keluarga yang sudah lama saling kenal bermaksud menjodohkannya dengan Michel. Dan ini salah satunya yang membuatnya bimbang. Sejak kehadiran Arin dalam lingkup kehidupannya, rasa cintanya hanya untuknya seorang. Tapi sebagai anak yang berbakti kepada orang tuanya, dia tidak ingin membuat kecewa. Apalagi Papah Adit sudah pergi untuk selama-lamanya, sudah pasti sekarang hanya Aditlah satu-satunya tumpuan harapan setelah dua kakaknya yang sudah berumah tangga.
"Aku harus bagaimana? untuk menjauhi Arin sepertinya tidak mungkin..rasa sayangku semakin tumbuh subur kepadanya. Apa lagi setelah kemunculan Randy yang semakin sering menemuinya, aku semakin takut kehilangannya,"
"Namun aku juga tidak mungkin mengecewakan Mamahku...apalagi dalam kondisi yang masih berduka sejak kepergian Papah,"
"Aaah tak taulah aku harus bagaimana!"
Perlahan dia bangkit dari ranjangnya, duduk terpekur menunduk memandangi lantai marmer ruangannya, menyugar kasar rambut di kepalanya.
"Aaagr...teriaknya tertahan
Di ranjangnya, kegelisahan pun dirasakan oleh Arin. Sejak tadi siang ketika dilihatnya kembali Adit berjalan digamit mesra oleh Michel..hatinya semakin perih. Ingin rasanya dia segera berlalu dari situasi dan kondisi yang benar-benar membuatnya resah saat ini.
Dia sadar diri kalau cintanya pada Adit akan banyak aral melintang yang terbentang dalam di depannya. Perbedaan status sosial ini salah satunya. Apalagi sekarang..kehadiran Michel dan keluarganya semakin membuatnya tak berdaya. Meski dia tahu Randy juga terlihat jelas menaruh hati padanya, namun jauh di lubuk hatinya dia masih menyimpan 'rasa' hanya untuk Adit seorang.
#####
Pagi menjelang, terdengar Azan subuh berkumandang...memanggil makhluk untuk bersujud kepadaNya.
Masih dalam kondisi setengah mengantuk karena semalam sulit matanya terpejam, namun Arin tetap memaksakan diri untuk berwudu..melaksanakan kewajiban dua rakaatnya,berzikir dan berdoa.
Dia berusaha berdoa dengan khusuk agar hati dan pikirannya tenang. Sebagai gadis yang tahu aturan Agama, Arin sadar kalau jodoh..hidup dan matinya ada di TanganNya. Manusia hanya bisa berusaha. Hasil akhir serahkan kepadaNya.
Selesai melaksanakan kewajibannya, berangsur-angsur hati Arin menjadi tenang. Tidak lama kemudian dia melanjutkan aktifitasnya...berniat beranjak ke dapur untuk mengambil air teh panas manis kesukaannya.
Sejurus kemudian Aisha terlihat beranjak dari ranjangnya. Sama seperti Arin aktifitas di pagi ini.
Melihat Arin yang akan menuju ke dapur, Aisha memanggilnya.
"Arin...aku ikut ke dapur, tungguin sebentar ya," pintanya.
"Ok..aku tunggu di depan ya,"
Arin beranjak ke teras kamar Messnya,duduk di bangku sembari memperhatikan teman-teman beda kamar sibuk dengan aktifitas paginya. Terlihat ada yang mau ke dapur, ke kantin ataupun tempat lain.
Karyawan tuan Acung yang jumlahnya ratusan terlihat mulai memadati jalanan kawasan perusahaan.
Setelah terlihat Aisha menghampirinya...Arin gegas mengajaknya ke dapur.
Sesampainya di dapur terlihat bik Surti sedang menyiapkan minuman untuk karyawan.
"Eh bik Surti..gimana keadaan nyonya Lina sekarang?" tanya Arin yang kemudian ditimpali oleh Aisha yang sudah berdiri menjejerinya
"Iya Bik..agak lama kita ngga' lihat nyonya Lina...gimana kabarnya?"
Bik Surti terlihat celingak-celinguk seperti sedang mengamati keadaan sekeliling. Setelah dirasa 'aman'..setengah berbisik dia menjawab pertanyaan Arin dan Aisha.
"M-mm... kasihan nyonya Lina, Neng...sampai sekarang belum betul-betul pulih...masih harus terus dihibur..untung sich keluarga 'calon'nya mas Adit datang dari London..jadi sekarang lebih baik lagi keadaan Nyonya,"
Bik Surti bercerita enteng saja kepada dua gadis belia itu.
Aisha 'menangkap' perubahan air muka Arin yang menjadi 'gelisah' setelah mendengar penuturan bik Surti barusan, seperti menahan beban perasaan.
Aisha memberi kode kepada bik Surti dengan kerlingan matanya supaya dia tidak meneruskan ceritanya.
Bik Surti tergeragap kaget,
"Eeh maaf Neng...bik Surti permisi dulu yaa..mau ngantar minum dan makanan dulu buat nyonya Lina," gugup dia mengambil nampan, meletakkan cangkir dan teko berisi air teh panas dan makanan camilan.
"Per-permisi Neng,"pamitnya
Bik Surti sepertinya benar-benar merasa ngga enak hati demi dilihatnya Aisha memberinya kode supaya dia tidak meneruskan ceritanya tentang keluarga Michel. Baru dia ingat. .selama ini mulai santer terdengar kabar burung kalau tuan muda Adit sedang menjalin hubungan 'spesial' dengan Arin yang notabene baru saja mendengar ceritanya yang tentu saja membuatnya menjadi gelisah.
"Duuuh muluut..muluuutt...ember amat sich Aku!" bik Surti menggerutu sendiri sembari bergegas meninggalkan Arin dan Aisha yang masih duduk termangu di dapur.
"Eh yuk Riin..kita ambil teh manisnya terus balik ke kamar," ajak Aisha berusaha mencairkan suasana.
"Eh ok..yuuk,"Arin tergeragap dan menjadi salah tingkah begitu menyadari dirinya sedang melamunkan Adit.
"Sudah Rin..ngga' usah diambil hati ucapan bik Surti barusan..anggap angin lalu aja,"hibur Aisha seraya menepuk pundak Arin pelan.
"I-i-iyya Aish, aq ngga' papa kok,"
Benar-benar suasana hatinya berubah seketika mendengar penuturan bik Surti tentang 'calon'nya Adit. Ternyata sekarang dia harus benar-benar 'siap' seandainya pada akhirnya terdengar kabar menyatunya Adit dan Michel dalam mahligai rumah tangga.
"Aku harus benar-benar siap! Ayyoo Arin..buka mata dan hatimu! Kamu tidak pantas untuk Adit!"
"Adit lebih pantas untuk Michel!"
Berulang kali Arin membesarkan hatinya, agar dia tidak larut dalam hati yang gundah memikirkan hubungannya dengan Adit yang boleh jadi sebentar lagi akan berakhir.
Akhirnya setelah berhasil menguasai hati dan perasaannya Arin bergegas mengambil air teh panas manis dan mengikuti langkah Aisha menuju kamar.
Belum lagi mereka berdua sampai di depan pintu kamarnya...dari kejauhan terlihat Adit yang juga digamit mesra oleh Michel. Kembali dada Arin bergemuruh, hatinya tercekat. Telaga bening hampir saja luruh dari kedua netranya. Untung saja dia benar-benar bisa mengontrol emosinya hingga dia bisa berpura-pura tenang dan tidak terjadi apa-apa.
"Mau ke mana Adit sama Michel ya?"
"Kok sepagi ini keduanya sudah bersama ya?"
"Mungkin-kah....?"
Berbagai tanya kembali menyergapnya. Entah mengapa Adit seperti bisa membaca jalan pikiran Arin saat ini. Demi dilihatnya pujaan hatinya sedang berjalan pelan Adit berusaha akan menyapa.
"A-a-aaa,"
Belum lagi Adit selesai berucap, Michel sudah dengan sigap menimpali.
"A-apa Dit?"
"Ah ngga papa kok Michy..lupakan aja," Adit berusaha berkilah.
Dengan ekor matanya terlihat jelas kalau Arin memperhatikannya yang sedang jalan berduaan seperti ini. Ingin rasanya Adit mengibaskan tangan Michel yang masih saja tetap 'menempel' di lengannya...tapi diapun begitu menjaga perasaan Michel yang mungkin malu bila tiba-tiba Adit melepaskan pegangannya. Pada akhirnya Adit hanya memilih segera berlalu dari tempat itu dengan memendam segala perasaan yang berkecamuk di dada.
"Ma-maafkan Aku,Arin,"desahnya dalam hati. Risau.
*****

Bình Luận Sách (147)

  • avatar
    AzisAbdul

    wow

    4d

      0
  • avatar
    FauziahNada

    menarik

    03/08

      0
  • avatar
    Ayam RacerKentut

    woow

    28/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất