logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Rainna

Rainna

nupits


Chương 1 Segera mungkin mengakhirinya

"Apa aku mengakhiri hubunganku dengannya saja ya, Ly," gumam Rainna sambil menaruh kepalanya di atas meja.
Lily melotot kaget saat mendengarnya "Apa? kamu engga salah berucap, bukannya kalian sudah hampir satu tahun berpacaran," Lily terheran dengan ucapan Rainna.
"Hmm, kita hanya berpacaran Ly, bukan menikah sehingga putus adalah hal yang wajar," gumam Rainna dengan lesu.
"Sepertinya kami memang tidak bisa mempertahankan hubungan ini Ly, aku selalu merasa memang aku ini tidak pantas sebenarnya dengan dia, dan juga dia terlalu blak-blakan dengan keadaanku yang seperti ini." dengan malas-malasan Rainna melanjutkan ceritanya pada Lily, akan tetapi tidak semua ia utarakan kepada teman baiknya itu.
Lily menatap Rainna dengan bingung, kenapa temannya ini ingin putus "Apa yang dia katakan padamu hingga kamu ingin putus seperti ini, sampai kamu juga merasa insecure seperti itu!"
Lily terdiam sejenak dan ia menebak-nebak dalam pikirannya "Ah aku jadi sebal meski kamu belum memberitahu detailnya," celoteh Lily seolah-olah dia mengerti maksud ingin putus temannya itu.
Dengan mendengarnya berceloteh seperti itu Rainna semakin merunduk tak ingin menceritakan semua detail nya kepada Lily, karena baginya hal yang pernah dikatakan oleh Eden sangat membuatnya sedih. "Aah, iya sudahlah, dosen sudah datang," sahutnya kepada Lily.
Raut muka Lily pun berubah karena secara tidak langsung pernah mendengar sekilas cerita tentang Eden yang pernah Rainna ceritakan kepada teman baiknya itu. "Dengar ya! Kamu harus ceritakan semuanya setelah ini," sahut Lily yang sangat tegas.
Setelah perkuliahan selesai dengan diakhiri pemberian tugas kuliah untuk diserahkan seminggu lagi. Rannia dan Lily bergegas keluar setelah absensi.
Hari menjelang siang Rainna sudah merasa cukup lapar "Uhh, lapar ayo kita makan, Ly!" Ajaknya pada Lily yang sedang menuruni anak tangga bersamanya.
Tiba-tiba Lily pun berhenti "Lihat, ada seseorang yang menunggumu di luar pagar fakultas," kata Lily sembari menepuk pundak Rainna.
Tampak seorang laki-laki yang menggunakan kemeja hitam serta topi dikepalanya, namun lelaki itu memang tampak sengaja menunggu seseorang untuk ia temui.
Rainna pun tanpa berpikir panjang mengetahui bahwa sosok lelaki itu adalah pacarnya, meskipun lelaki itu membelakanginya "Kenapa dia kemari, bikin bête," celotehnya lirih dan kesal.
"Apa kamu engga mau bertemu dengannya Na, kalau begitu biar aku saja yang menemuinya," sahut Lily.
Rainna bergegas mencegah Lily yang sepertinya ingin menghampiri Eden, karena ia melihat raut muka temannya yang ikut kesal juga "Oh jangan! Biar aku temui dia." sambil menarik sedikit tangan Lily. "Kamu yakin?" tanya Lily.
"Iya tidak apa-apa, aku juga ingin bicara dan segera mungkin mengakhirinya, meskipun aku merasa campur aduk sekarang" sahutnya meyakinkan Lily.
"Ya sudah temui dia, kalau ada apa-apa telpon aku, aku ada di kantin sebrang fakultas kita," kata Lily sambil menepuk-nepuk pundak Rainna.
Rainna hanya mengangguk dan tersenyum lalu meninggalkan Lily dan terus berjalan untuk menemui Eden.
Saat melihat Rainna berjalan Eden pun melihatnya dan tersenyum pada Rainna, lalu Rainna pun tersenyum balik padanya dengan rasa yang berat dalam hati, dengan melihatnya saja ia pun merasa sangat sakit.
"Kamu baru selesai kelas?" tanya Eden sambil menatapnya tanpa ada rasa bersalah.
Sambil tersenyum terpaksa "Iya, baru banget keluar!" Rainna pun menundukkan kepala tanpa melihatnya " Kenapa kamu kesini mas? Apa kamu engga kerja?" Tanyanya.
Eden pun menjawab dan menjelaskan dengan santainya "Ah, kebetulan aku pulang cepat, ada meeting di luar kantor dengan salah satu tenan yang akan mengisi di toko kami."
Lelaki bernama Eden ini bekerja disalah satu brand butik besar di kota S, dia merupakan Manager junior yang memegang toko cabang yang berada di daerah utara kota S.
"Oh, kok engga ngabarin aku dulu kalau mau kesini, Mas?" Tanya Rainna pelan.
Eden pun mendengarnya bingung karena dia sudah memberikan kabar akan tetapi sedari malam tak ada balasan dari Rainna, sehingga ia menghampirinya.
"Aku sudah ngasih kabar ke kamu, tapi kamu tidak membalasnya, malah engga ada kabarnya juga dari semalam, pesanku engga kamu balas, bahkan aku telpon engga kamu angkat."
Rainna pun tertegun dan ia merasa dipergoki karena ingin menghindarinya "Hemm…." Ia pun bergegas mengambil ponsel didalam tas berukuran sedang itu dan melihatnya "Astaga maaf mas, ternyata HPku mode diam dan tidak aku mode getar dari semalam, aku semalam tidur lebih awal. Sekali lagi maaf tidak sempat juga melihat Hp tadi pagi, karena terburu-buru jadi langsung aku masukan tas,” jelas Rainna menjelaskan dengan hati-hati kepadanya, agar alasannya dapat diterima dan berharap agar Eden tidak menjadi marah.
Eden pun hanya diam dan melihat Rainna ia tidak mudah menerima alasannya begitu saja "Iya sudahlah, kita cari tempat untuk berbicara yang enak, kita pergi makan ke kedai roti bakar yang dekat kosan kamu," katanya yang sembari menahan emosi karena pacarnya mengabaikannya begitu saja sedari malam.
Rainna mengangguk "Baiklah mas! Tapi jangan lama-lama, aku jam 12 ada tugas kelompok." Sahutnya sedikit gemetar.
Eden pun melihat Rainna dengan wajah yang menahan emosi karena Rainna masih saja mencari-cari alasan untuk menghindarinya "Iya, terserahlah," sahutnya agak kesal sambil menaiki motornya.
Rainna hanya tertegun karena suasana yang sudah menggelap diantara mereka berdua, maka ia pun dengan rasa takut menaiki motornya. Disepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara sama sekali, tidak seperti biasanya, biasanya Rainna menanyakan pekerjaannya hari ini dan lain sebagainya, sebaliknya dengan Eden pun seperti itu. Akan tetapi karena kekecewaan yang mereka rasakan satu sama lain mereka hanya berdiam sepanjang perjalanan.
Rainna merasa bercampur aduk didalam benaknya, karena kekecewaan yang ia telan selama hampir setahun berpacaran dengan Eden. Rasa itu memupuk didalam hatinya sehingga dengan melihat punggungnya saja ia sudah merasakan sakit yang mengiris.
Setibanya di kedai roti bakar mereka memesan roti bakar dan pisang bakar dan dua milkshake coklat. Eden menatap Rainna dengan raut muka masam, lalu ia membuka pembicaraan yang menyerang Rainna kembali "Heeemmmm, aku engga suka cara kamu yang tidak membalas pesanku semalam, aku jadi khawatir karena hampir seharian kamu tidak ada kabar."
Rainna mendengar dengan sedih tanpa berani menatap Eden, lalu menjawabnya dengan pelan "Maaf, Mas." Hanya dua kata itu yang dapat keluar dari mulut Rainna karena ia sudah tidak bisa berkata-kata.
"Enteng kayaknya kalau bilang maaf, semua juga bisa kayak gitu, kamu jangan beranggapan kalau engga ada kabar kayak kemarin aku bakal mencari kamu lagi, sok kecakepan banget, ngarep ya, kalau aku bakal nyari-nyariin kamu seperti sekarang untuk selanjutnya, tidak untuk aku," kata Eden memaki, emosinya yang meluap, seolah-olah Rainna sangat meremehkannya.
Rainna hanya terdiam menundukkan kepala, karena rasa yang bercampur aduk yaitu marah, sedih, malas sehingga ia sangat emosi dalam hatinya sekarang karena sikap Eden terhadapnya selama ini.
Eden tak berhenti mengoceh didepan Rainna "Aku bisa mendapatkan dengan mudah, cewek sepertimu itu berserakan di jalan, yang jauh lebih cantik, yang berkulit putih, yang keluarganya bisa menghargai aku,” semakin kasar ucapannya kepada Rainna.
"Asal kamu tahu aku sudah benar-benar sabar, apalagi soal orang tuamu yang sok banget, memangnya setiap aku berjumpa dengan mereka, apakah mereka ramah? Apa mereka tersenyum? Apa mereka basa-basi menanyakan kabarku? Tidak sama sekali, ini lagi anaknya makin sok, sok banget dipentingkan, harusnya kamu berterimakasih, dan tahu diri dong, aku bisa bertahan sama kamu dengan kondisi kamu yang berantakan kayak gitu," ungkapnya yang sangat menghina Rainna dengan terang-terangan.
Rainna lagi-lagi hanya menunduk dan batin dalam hatinya berkecamuk "Maka lepaskan aku,” ucapnya dalam hati sambil menahan rasa sakit yang sangat emosional.
Rannia bertanya-tanya dalam hatinya "Apakah boleh aku ungkapkan rasa yang aku rasakan sekarang? Apa boleh aku mengeluarkan semuanya yang sudah menumpuk hampir satu tahun terakhir ini? Aku hanya menunggu bom waktu yang tepat untuk melepaskan semuanya".
Sontak Rainna kaget dari lamunannya sebentar, karena Eden sedikit meninggikan perkataannya "Ah, menyebalkan, kenapa si bobrok ini menjadi pacarku." Ucap Eden dengan intonasi sedikit meninggi sembari mengusap wajahnya yang mulai memerah kesal.
"Maaf."
-----

Bình Luận Sách (13)

  • avatar
    RdpSukamto

    bagus banget

    23/06

      0
  • avatar
    DiantoYaasss

    bagus

    08/04/2023

      0
  • avatar
    Afifah Abdullah

    ok faham

    31/03/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất