logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 3. Apakah Dia Pelakor?

Dengan iba Damar menatap wanita yang tengah duduk di sebelahnya itu. Nampak luka cakaran di lengan mulusnya. Beberapa helai rambutnya rontok karena jambakan wanita yang tadi menyerangnya dengan tiba-tiba.
"Ini obatnya Mas." Seorang karyawan kafe membawakan obat yang dimintanya sebelum membawa Semira ke ruangan manajerial kafe.
Dengan hati-hati Damar membalurkan obat pada luka-luka cakaran di lengan wanita itu. Semira meringis saat obat menyentuh kulitnya.
Pasti perih, batinnya dalam hati. Ah kulit halus mulusnya sedikit cacat karena luka cakaran wanita tadi. Damar berharap luka itu tidak akan berbekas karena akan mengurangi kemulusan kulitnya.
"Mira, bagaimana dengan luka-lukanya?" Irawan, pria yang tadi menyarankan Chandra untuk membawa istrinya pergi,  menyapa Semira yang tengah diobati Damar.
"Hanya luka ringan, terimakasih ya Wan dan …." Ragu-ragu Semira melanjutkan ucapannya dan menatap Damar dengan pandangan bingung.
Wajar jika Semira hanya mengenali  Irawan dan tidak mengenali Damar sama sekali. Irawan merupakan salah satu koleganya di kantor juga leader tim sepeda gunung Black Lotus. Sedangkan Damar hanya anggota tim sepeda gunung yang disponsori oleh perusahaannya.
"Damar, Mira. Dia Damar, salah satu anggota Tim Black Lotus." Irawan memperkenalkan Damar pada Semira.
"Oh, terimakasih ya Mas Damar. Kalau nggak ada Mas mungkin kepala saya sudah bonyok." Semira tersenyum kecut membayangkan kejadian tadi.
"Sama-sama ibu." Damar tersenyum dan melanjutkan membalurkan obat di lengannya. 
Sebenarnya Damar ingin memeriksa luka di kepalanya namun wanita itu sepertinya akan menolaknya. Damar hanya bisa berharap tidak ada luka serius di kepalanya, meski ada beberapa helai rambutnya yang rontok.
Setelah selesai, Semira berbincang-bincang sebentar dengan Irawan dan pemilik kafe. Bagaimana pun insiden tadi cukup membuat kekacauan dan menarik perhatian pengunjung kafe yang lain.
"Mas Damar sekali lagi terimakasih ya. Ini kartu nama saya, tolong disimpan." Semira mengucapkan terimakasih sembari memberi sebuah kartu nama pada Damar. Setelah itu dia berpamitan dan meninggalkan kafe.
Damar menatap kepergiannya dengan rumit. Dia wanita yang kuat dan hebat. Dalam situasi seperti tadi dia masih bisa bersikap tenang.
Meski di caci maki oleh wanita tadi, dia sama sekali tidak membalasnya. Dan meski menderita sakit dan luka dia pun tidak berlagak menjadi korban yang dirugikan. Dia bersikap biasa saja.
Namun timbul sedikit pertanyaan dalam hatinya. Benarkah dia seorang pelakor seperti yang dituduhkan wanita tadi?
Seandainya benar, sungguh sangat disayangkan. Seandainya tidak, Damar berharap memiliki kesempatan untuk berdekatan dengannya.
"Kenapa Mar? Masih syok dengan kejadian tadi?" Tiba-tiba Irawan menepuk bahunya.
"Iya Om. Apa benar Ibu Semira seorang pelakor?" Iseng Damar bertanya pada Irawan.
Pria setengah baya itu tergelak mendengar pertanyaannya. Sampai-sampai dia terbatuk karenanya.
"Mana ada. Kalau Pak Chandra mengejar Semira sudah menjadi bahan ghibahan di kantor. Namun Semira tidak pernah menanggapinya." Irawan menjelaskan.
Damar tersenyum mendengarnya. Baguslah kalau seperti itu. Wanita seperti Semira tidak perlu menjadi pelakor untuk mendapatkan seorang pasangan.
Damar, Irawan dan rekan-rekan tim sepeda gunung Black Lotus pun ikut meninggalkan kafe. Insiden yang melibatkan salah sponsor tim mereka menghilangkan selera untuk bersenang-senang. Sedianya mereka berencana untuk menghabiskan waktu di kafe langganan mereka sebagai ganti latihan mereka yang gagal karena hujan.
Hujan sudah berhenti mengguyur kota. Meski begitu latihan tetap tidak diadakan. Dan sebagian anggota tim memilih untuk menikmati liburan mereka.
Damar masih berdiri di depan kafe. Insiden tadi membuatnya sedikit gamang. Dia tidak terlalu mengenal bahkan tidak pernah tahu tentang pria yang bersama semira tadi.
l
Namun Semira, dia sungguh tidak berharap insiden tadi menimpanya. Damar hampir tidak mempercayai hal memalukan tadi melibatkan wanita itu.
Semira jauh lebih dewasa darinya. Dia selalu tenang dan menenangkan. Meski hanya beberapa kali berinteraksi dengannya. Namun Damar kerap sekali mengamatinya dari jauh.
Dia cukup antusias dengan tim asuhan Irawan. Beberapa kali dia ikut hadir di perlombaan. Dia juga rutin memberikan dana sponsor yang cukup untuk menghidupi tim mereka.
Damar ingat pertama kali bertemu dengannya. Di acara peluncuran produk terbaru perusahaan otomotif di mana Semira bekerja.
Dia memperagakan mengendarai salah satu mobil sport keluaran terbaru perusahaan itu. Damar kagum melihatnya. Dia seorang wanita namun tidak canggung dengan dunia otomotif.
Cukup banyak memang wanita yang berkecimpung di dunia otomotif. Namun kebanyakan mereka berbaur dengan kaum lelaki dan sedikit melupakan aroma feminisnya.
Namun Semira tidak. Jika melihat penampilannya tidak ada yang akan menduga dia bekerja di bidang otomotif. Semira sangat fashionable dan jauh dari kesan tomboy. 
Namun karena itu Damar memperhatikannya. Dia sangat memahami dunia laki-laki tanpa harus merubah sikap dan penampilannya sebagai seorang wanita.
Insiden tadi sungguh mengganggunya. Wajar jika sekarang dirinya memiliki pendapat yang negatif terhadap Semira.
Wanita seperti Semira memiliki kerentanan terhadap hal-hal seperti itu. Posisi, status mau pun kondisi fisiknya membuatnya sering mendapatkan cibiran negatif terutama dari sesama kaum perempuan.
Sedangkan kaum lelaki cenderung untuk mengejarnya, entah untuk sekadar iseng atau pun bersungguh-sungguh. 
Damar hanya merasa kasihan padanya. Insiden tadi cukup membuat wanita itu terluka secara fisik dan psikologis. Bagaimana pun juga ada banyak orang yang menyaksikan insiden tadi.
Berbagai tanggapan, baik positif atau pun negatif pasti akan mewarnai benak setiap orang yang menyaksikannya. Apalagi di masa sekarang, di mana pelakor menjadi semacam momok bagi setiap wanita.
Meskipun menurut Damar, Semira tidak perlu menjadi seorang pelakor jika ingin memiliki pasangan. Wanita itu lebih dari mampu untuk mendapatkan seseorang yang pantas untuknya. Mencintainya, menyayanginya dan menghormati serta melindunginya.
Damar tersenyum, entah mengapa hari ini benaknya terisi dengan semua hal yang berkaitan dengan Semira. Hingga sedari tadi dia mengingat-ingat kapan dan di mana mereka kerap bertemu dan semua sikap serta tindak tanduk wanita itu.
Beberapa kali bertemu dengannya di acara yang di prakarsai perusahaan tempatnya bekerja atau pun di saat perlombaan, Semira selalu berhasil mencuri perhatiannya.
Selama ini Damar tidak terlalu menganggap semua itu. Dia hanya menganggap itu ketertarikan semu. Toh Semira memang wanita yang menarik perhatian banyak pria.
Dia wanita dewasa yang matang dan mapan. Cantik dan sukses dalam berkarir. Dan yang pasti dia masih menyendiri hingga kini. Itu sudah cukup membuatnya menjadi idaman kaum adam di sekelilingnya.
Namun hari ini dia menemukan sisi lain dari seorang Semira. Wanita cantik itu ternyata cukup rapuh dan memerlukan perlindungan seorang laki-laki. Dan seandainya diberi kesempatan, Damar tidak berkeberatan untuk menjaganya.
Wanita sekuat dan sehebat apapun tetaplah sosok yang memerlukan kehadiran lelaki. Tidak terkecuali Semira. 
Damar mengeluarkan kartu nama yang tadi diterimanya dari Semira. Ada nomor telepon tertera di kartu itu yang bisa di hubunginya. Damar tersenyum dan mengutak-atik smartphone-nya.

Bình Luận Sách (79)

  • avatar
    AnandaMutiara

    sukaa

    11d

      1
  • avatar
    GustiGilang

    aplikasi ini sangat bagus

    16/08

      0
  • avatar
    Aziz Abdul

    cara naik duet nya gmna ygy

    21/01

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất