logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 Yang terpenting adalah uang

'Aku memiliki impian, yaitu menjadi orang kaya dengan tanganku sendiri, aku harap suatu hari impianku itu bisa tercapai'
 
  Suna duduk di atas kursi kerjanya, ia memandang seorang wanita berjalan cepat, datang menghampirinya.
 
  Buuukkk..
 
  Suara Gebrakan tangan di atas meja terdengar. Seorang wanita yang pernah ditemui oleh Suna di pabrik mesin Cuci beberapa hari yang lalu, saat ini telah berada di depan mata wanita itu.
 
  Renata, itu lah nama wanita tersebut.
  Wanita yang pernah menjadi seorang kekasih bagi atasannya.
 
  “Tinggalkan Dian!”
  Mata wanita itu memandang tajam ke arah Suna, Dengan bermodalkan Uang yang berada di dalam sebuah amplop besar berwarna coklat, ia memerintahkan Suna untuk meninggalkan Dian yang saat ini sedang pergi keluar kantor untuk makan siang dengan kekasih barunya.
 
  “Maaf bu, aku telah menandatangani kontrak dan tidak akan mudah begitu saja membatalkannya atau aku akan masuk ke dalam penjara."
 
  “Aku akan mengurus bagian kontrakmu, ini uang 10juta, lalu...” Wanita yang dipanggil Renata meraih tangan Suna lalu memberikan amplop Coklat ke tangan wanita di depannya, kemudian ia mulai merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah cek nominal dari sana, “aku tambahkan 40 juta untukmu lagi, di dalam cek ini dan sekarang juga, aku harap kau meninggalkan Dian, atau kamu akan merasakan akibat dari penolakanmu ini, jika kau melakukannya."
 
  Suna mendesah, dia memang tidak menyukai mendapati masalah.
  “Baiklah, baik. Tapi jangan salahkan aku kalau bosku marah, ya?. Aku tidak ikut campur urusan kalian berdua”
 
  Suna mengambil uang dan cek yang berada di depan mata. Lalu  di dalam hati, ia berkata : 'Lumayan juga hehe, ini bisa aku gunakan untuk tambahan melunasi hutang ayah.' Suna tidak peduli, dia bahkan merasa bahwa hal tersebut sangat menguntungkan baginya karena sesungguhnya dirinya ingin pergi dari Dian.
 
  Ada rasa penyesalan di dalam hati karena telah bekerja bersama bosnya karena Dian selalu saja memaksanya untuk membantu merusak rumah tangga Yuna, belum lagi ditambah dengan para kekasih atasannya yang selalu datang silih-berganti mencari laki-laki itu dan juga mencari masalah padanya.
 
  Hal tersebut, terus membuat Suna mengatakan banyak kebohongan demi tidak memberitahu dimana posisi atasannya berada.
 
  Suna mulai melangkah kaki keluar kantor, membawa sejumlah uang yang bertotalkan 50juta.
  Dia juga tidak mudah pergi begitu saja tanpa persiapan. Wanita itu telah merekam seluruh pembicaraannya dengan Renata. Dia hanya akan memastikan bahwa ketika atasannya mungkin akan menututnya nanti, Dirinya akan memberikan bukti ancaman dari Renata yang tertera.
 
  "Hehe," Suna tersenyum, begitu bahagia karena merasa telah bebas dari penderitaan hidupnya. dengan hati gembira tiada tara, ia berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari kantor perusahaan Dian berada. Dia berencana untuk segera kembali ke desanya, dia benar-benar  tidak mempermasalahkan jika dirinya kehilangan pekerjaaan.
 
  “Yesssss...”
  Suna benar-benar bahagia hari itu.
 
**** Yes My Boss, Kupatuhi perintahmu*****
  
  Dian berjalan memasuki koridor lantai tempat ruangannya berada. Pandangannya aneh karena ia tidak lagi melihat Suna yang saat itu telah digantikan oleh Renata.
 
  Dian mengernyitkan dahi, tanda ia curiga akan sesuatu.
 
  “Dimana suna?”
  Dia bertanya sembari terus berjalan menghampiri Renata.
 
  “Mulai sekarang aku akan menjadi sekretarismu.”
 
  “Apa maksudmu?”
 
  " Asal kau tahu, Istrimu itu benar-benar murahan, hanya dengan uang 50juta saja, ia sudah berani meninggalkanmu.”
 
  “Astaga, brengsek kamu. Pergi dari sini!, Aku tidak ingin lagi melihat wajahmu di depanku."
  Dian yang marah memberikan ancaman yang
  mencengangkan bagi Renata, dia bahkan melihat amarah Dian saat itu sama seperti  Kemarahan  yang ia terima ketika dirinya menghina Yuna di masa lalu.
 
 
  Renata mulai mengira bahwa mungkin sekretaris baru Dian memiliki sisi khusus di dalam hati orang yang dia cintai tersebut.
 
  Dian telah pergi kembali keluar kantor, mencari Suna untuk memberi hukuman atas perbuatan tidak setianya.
 
  Terus berjalan dengan rasa kesal di dada, hingga tidak seorangpun dari karyawan kantor yang berani menyapa.
 
  Semua orang yang bekerja di kantor tersebut, mengenal atasan mereka itu ketika ia sedang marah. Maka dari itu, tidak ada seorangpun yang berani membuka suara bahkan untuk hal penting sekalipun.
 
**** Yes My Boss, Kupatuhi perintahmu*****
  
  Pemandangan indah dan menawan terlihat dari balik jendela kaca bus kota, lautan Asri di bawah jembatan Barelang kota Batam menenangkan suasana mata yang memandangnya.
 
  Suna memandang penuh kelegaaan, akhirnya ia bisa kembali ke rumahnya. Meskipun telah menikah dengan Dian bukan berarti ia tidak memikirkan alasan untuk membohongi kedua orang tuanya.
 
  Suna akan berpura-pura tidak bahagia menikah dengan orang kaya, dan berharap orang tuanya menerima dia kembali ke rumah.
 
  Senyum sumringah terlihat sangat jelas di wajah.
  Setelah bus berhenti, Suna turun menapakkan kaki di atas tanah.
 
  “Hehe akhirnya aku pulang dan membawa uang banyak juga bersamaku, aku akan melunasi hutang ayah dengan menggunakan uang ini dan sisanya akan kuhabiskan untuk bersenang-senang, ha ha ha."
 
  Suna terus berjalan menarik koper di tangan, memasuki jalanan setapak tanah kecil yang terhubung dengan rumahnya.
 
  Ia terlihat berjalan tanpa lelah karena dirinya telah terbiasa, ditambah lagi dengan sandal jepit yang memang sengaja dipakai karena ia menyukai untuk menggunakannya.
 
  Suna sesekali menghirup udara dengan banyaknya tumbuhan sayuran disekitarnya.
 
  “Huhuiiiii.. akhirnya aku pulang. Ayah ibu, i am coming.”
 
  Suna akhirnya melihat rumah papan kecil di pertengahan kebun singkong. Ia tidak sabar lagi mendekati rumah itu bahkan sampai mempercepat langkah kaki.
 
  “Iya bibi, Suna akhir-akhir ini memang lebih senang menumpangi bus dibandingkan dengan menumpangi mobil saya”
 
  Hati yang senang seketika berubah menjadi kesal. Suna memandang atasannya telah berada di depan pintu rumah orang tuanya. Laki-laki itu terlihat sedang menyapa kedua orang tua Suna bahkan sampai mengatakan kebohongan yang luar biasa.
 
  Suna membalikan tubuh, berharap bisa kabur dari pandangan mata atasannya.
 
  “Sayang, akhirnya kamu sampai juga.” lalu ketika Dian menyapa, Suna berpura-pura untuk tidak mendengar ucapan dari laki-laki itu. ia bahkan berusaha untuk berlari tetapi sayang kaos biru polos yang ia kenakam telah ditarik dari belakang oleh Dian dan dirinya dibawa paksa menuju ke rumah.
 
  Dian membalikan tubuh Suna. Dia menatap Suna marah namun masih mengembangkan senyuman.
 
  “Hehehe bos, apa kabar?" Sapa Suna berpura-pura tidak bersalah.
 
  “Cepet ayo ke rumah, kenapa kamu lama sekali sampainya?" Dian tak kalah ikut berpura-pura.
 
  “Suna, kenapa kamu  harus datang terpisah?” tanya ibu Suna yang telah berjalan menyambut kedatangan Suna saat itu.
 
  “Hehe iya ibu, itu karena aku tidak nyaman untuk duduk di kursi mobil mewah milik suamiku."
 
  “istriku memang belum terbiasa menjadi orang kaya, bibi. Aku juga tidak tahu harus berbuat apa untuk membiasakan dirinya." Dian juga turut melanjutkan kebohongannya karena ulah Suna.
 
  “Maafkan Suna ya, karena kami orang biasa maka dari itu kami malah menyulitkan kamu.”
 
  “Oh tidak masalah pak, Suna juga sudah sampai, bukan?"
  Suna memandang miris, dia tersenyum pahit melihat kepura-puraan atasannya.
 
  “Jadi malam ini mau tidur disini ya?”
 
  “Benar bu.”
 
  “Haaa.. bos, sudahlah tidak usah, ayo pulang saja!” Suna menarik tangan Dian namun laki-laki itu menolaknya.
 
  Sebagai balasannya, Dian menatap tajam ke arah Suna. Dan hal itu membuat Suna  menghentikan niatnya.
 
  “Walah, kenapa orang sepertimu mau libur di desa ya?”
 
  “ karena waktu Kecil  nenek saya juga sering mengajak saya jalan-jalan ke desa, dan saya menyukainya, ibu."
 
  “Oh begitu, ya sudah ayo masuk!"
  Suna Pasrah. Dia bahkan telah siap merelakan kehilangan uang 50 juta yang ada di tangannya.
 
  'Sialan My bos'
  Perkataan kesal tersebut, selalu berada di benak suna sedari tadi.
 
 
**** Yes My Boss, Kupatuhi perintahmu*****
 
  Malam akhirnya telah tiba, seperti biasa, memang setiap malam jum’at biasanya orang tua Suna pergi Berkumpul arisan di rumah-rumah tetangga yang agak jauh dari rumahnya.
 
  Mereka pergi meninggal Suna dan Dian berdua di dalam rumah.
 
  Saat itu jantung Suna mulai berdetak tidak karuan. Ia telah bersiap menerima kenyataan.
 
  “Berikan padaku!” Kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan uangnya. 
 
  “Ck, Astaga bos, bos.”
  Dengan hati sedih, Suna mengambil tasnya lalu memberikan uang di dalam amplop serta cek nominal yang ia terima dari Renata.
 
  Paaaak
  Dian memukulkan amplop berisi uang ke atas kepala Suna.
  “Kali ini, aku memaafkan kamu tetapi kalau besok kabur lagi. Bukan cuma kamu, orang tuamu juga akan aku bawa masuk ke penjara”
  Ancaman Dian membuat suna sontak terkejut.
 
  Benar.
  Suna lupa akan satu hal, bahwa di balik sisi baik dan tidak pelit dari Dian, terdapat sisi kejam lain yang sanggup menghancurkan hidup orang lain bahkan hidup saudara dari laki-laki tersebut sendiri.
 
  Tapi tetap saja, Suna benar-benar sangat ingin pergi meninggalkan atasannya tersebut.

Bình Luận Sách (39)

  • avatar
    KamsaniHirianzie

    uuu

    24/07

      0
  • avatar
    NurulFika

    Bagusss

    22/07

      0
  • avatar
    ZeniMuhamad

    bagus banget critanya...

    17/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất