logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Terkena batunya

Suna dan Dian saling memandang, "kenapa kita harus menikah?" Dian menoleh kepala merasa sangat kesal karena dirinya dipaksa menikah dengan Sekretarisnya sendiri.
Suna mengalihkan pandangan ke depan, ia tersenyum menyambut kedatangan para pengunjung tamu yang sedang memberikan ucapan selamat serta hadiah pernikahan untuknya, " Aku juga tidak tahu, bos."
Wanita menoleh ke arah Dian yang masih memandanginya kemudian ia melihat kepala Dian perlahan-lahan bergerak menuju ke satu arah.
Benar,
Ke arah Yuna yang sedang tersenyum penuh kebahagiaan karena telah berhasil menjebaknya.
"Tidak," Dian menggerutu, ia membalas senyuman Yuna dengan senyuman keremehan, "kita tidak sedang menikah saat ini, tetapi kita sedang membentuk aliansi, hehe."
'Bosku benar-benar sudah gila.'
Gumam Sunari dalam hati, wanita itu menggelengkan kepala sembari meraih sebuah kotak kecil dari tangan seorang pengunjung tamu.
**** Yes My Boss, Kupatuhi perintahmu*****
Suna 4
Suna membuka matanya, dia merasa aneh karena sekelilingnya tiba-tiba berubah.
 
  Suna yakin, setelah pernikahan usai yang menimbulkan isak tangis dari kedua orang tua Suna dan kakaknya yang terpaksa harus pulang dari negara lain, ia masih berada di ruang rias, membersihkan wajahnya dan melepas perlengkapan pernikahan.
 
  Tapi tanpa disadari, dia tiba-tiba merasa lelah dan dia tertidur untuk beberapa saat lalu ketika dia bangun, dia sudah menemukan dirinya berada di tempat tidur.
 
  Sebuah tangan tiba-tiba jatuh ke atas tubuhnya yang terbaring telentang.
 
  Suna segera melihat tubuhnya di dalam selimut.
  'Huh, syukurlah, aku masih memakai baju.'
  Dia melepaskan tangan yang ada di atas tubuhnya, lalu berbalik ke arah pemilik tangan itu.
 
  "Bos bangun!"
  Suna mengguncang tubuh atasannya terus menerus, sehingga laki-laki  yang telah terbangun tersebut segera membuka mata.
 
  "Aahh apa yang kamu lakukan di sini, Suna?"  teriak Dian kaget, dia terjatuh dari atas kasur, "sialan, ini pasti ulah Yuna."
 
  "Mungkin bos."
  Suna bangkit dengan santai untuk mengambil handuk.
 
  "Kamu tidak kaget?, bukankah ini pertama kalinya kamu tidur dengan seorang laki-laki?"
 
  "Haaa, kenapa aku harus kaget, bos?, kamu bahkan tidak berani melakukan apapun terhadapku."
 
  "Oooh, jadi kamu menantangku, ya?"
 
  "Huh."  suna tidak peduli dengan bosnya yang telah bangkit.
 
Karena ketidak peduliannya tersebut, Dian merasa kesal dan dengan langkah sigap, Dian menarik tangan Suna untuk menjatuhkan wanita itu duduk di pangkuannya.
 
  "Cepat mandi bos, hari ini ada jadwal meeting dengan direktur grup Yusalin."
 
  "Tapi kamu menantang aku, Suna?"  Dian memegang pipi Suna, mendekatkan wajah wanita itu ke wajahnya.
 
  Paaaaaak, 
pukulan telapak tangan penuh mendarat tepat di tengah wajah Dian.
  "Hentikan bos!, tindakan porno memutuskan kontrak."
 
  "Ya, tapi sekarang kita sudah menikah, bukan?"
 
  "Kita sudah berjanji, meskipun kita sudah menikah, kita tetap tidak bisa melakukan hal tidak senonoh seperti ini. Atau kamu ingin aku melaporkan semua perilakumu pada nenek, begitu?, mau?"
 
  "Kenapa kamu hanya bisa mengancam Suna? Astaga lama kelamaan kamu jadi semakin mirip dengan Yuna."
 
  "Ya ya ya, oke sekarang Biarkan aku pergi ..... et..eummm,"
  Dian menjatuhkan tubuh Suna di tempat tidur lalu menempelkan bibir mereka sebentar.
  Sial.
 
"Hahaha rasakan."
Dian segera berdiri setelah melakukan hal tersebut lalu berjalan mendekati sofa dan duduk santai di sana sembari melipat kaki dan memandang senang ke arah Suna yang terlihat kesal.
  
  "Kontrak dibatalkan."
 
  "Bukti?"
 
  "Apa maksudmu bos ?, sudahlah, sekarang aku bukan karyawanmu lagi."
 
  "Bukti pembatalan kontraknya mana?, baiklah kalau begitu, ayo kita ke pengadilan!"
 
  "Bos, bukankah kau sudah menciumku?."
 
  "Hahaha aku bisa saja membohongi semua orang dan bilang kalau kita tidak pernah berciuman. Bukankah tidak ada buktinya?"
 
  'Waaaah, otak laki-laki ini benar-benar licik.'
  Suna bangkit dari tempat tidur lalu meninggalkan Dian yang masih tersenyum senang menata punggungnya.
 
 
**** Yes My Boss, Kupatuhi perintahmu****
 
 
  Suna mengikuti langkah Dian keluar dari kantor menuju ke arah mobil yang telah dipersiapkan oleh supir di depan pintu utama gedung perusahaan SK. Karya.
 
  Dia membawa beberapa dokumen dan jadwal pekerjaan atasannya serta buku keuangan di tangannya.
 
  Mereka berjalan melewati para karyawan yang memberi hormat kepada Dian.
  "Pukul 1 siang nanti, ada jadwal pertemuan makan siang dengan Direktur Diana dari grup Luongsang."
 
  "Jadwal kosong?"
 
  "Jam 3 sore, mengecek produk yang siap diluncurkan."
 
  "Suna, beri tahu aku jadwal kosongku!"
 
  "Jam 4 sore, ketemu dengan pemilik hotel N.I Batam."
 
  "Suna!"
 
  "Jam 5 nenek minta bertemu di resto AT4"
  Suna terus berjalan sampai dia membukakan pintu mobil bagian belakang untuk atasanya, lalu beralih ke pintu depan tempat dimana ia biasanya duduk.
 
  Sementara itu, seorang supir tampak sedang menunggu mereka di dalam mobil.
 
  Dian menarik tangan Suna hingga jatuh ke pangkuannya di dalam mobil.  Dia melirik ke arah supir untuk memberikan syarat agar dia segera menyingkir dari sana.
 
  "Jam 7 malam datang ke pesta ..." Suna melirik bosnya yang telah memeluk pinggang  dan mencoba untuk menciumnya tapi Suna berhasil menutup mulut bosnya sekuat tenaga.  "Pesta ulang tahun Direktur Grup Train Los Teech."
 
  Dian mencoba melepaskan tangan Suna, tetapi Suna berhasil menutupi mulut Dian kembali yang telah melingkarkan telapak tangannya di leher Suna.
 
  Buuuukkk
  "Sunaaaa!"
  Suna membenturkan buku di tangannya ke kepala Dian.
 
  Wanita itu dengan cepat membuka kaca jendela, "Pak, cepat masuk! Kalau tidak bos akan telat menemui kliennya," perintah Suna kepada supir yang tampak berdiri, menunggu di luar.
 
  "Lepas bos!"
 
  "tidak mau."
  Buuukkkk Suna Memukul buku di tangannya secara berulang-ulang ke kepala bosnya.
 
  "Suna, aku ini bosmu."
 
  "Kalau tahu begitu, maka lepaslah bos!"
 
  "Hmm,  tentu saja aku tidak mau, ini semua salahmu karena sudah berani menantangku."
 
  "Lepas atau tidak?"
  Suna berulang kali memukul kepala Dian hingga mereka berdua tampak sibuk dengan urusan tersebut.  Bahkan supir yang telah masuk lalu mengemudikan mobil hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku bosnya.
  "Tolong, bertingkahlah seperti seorang pemimpin bos!"  teriak Suna, dengan pukulan terakhir ke kepala Dian yang terlihat sangat senang mengganggunya." Bos!"
 
 
**** Yes My Boss, Kupatuhi perintahmu*****
 
  "Catat perlengkapan yang dibutuhkan!"
 
  "Iya Bos."
 
  "Kau sudah melakukannya?"
 
  "Sudah."
 
  "kenapa kamu menulisnya begitu cepat, suna?"
 
  "Karena aku ini serba bisa."
  Dian masuk ke pabrik mesin cucinya, diikuti Suna dan disambut oleh banyak karyawan pabrik di sana.
 
  Walaubagaiamanapun, dia yang merupakan cucu pemilik perusahaan selalu ditugaskan untuk memeriksa produk-produk perusahaan tersebut meskipun dia bukanlah Presiden utama dari perusahaan itu karena tingkah dan perilakunya yang tidak memungkinkan ia untuk dipilih oleh para dewan Eksekutif sebagai pemimpin perusahaan dari Grup besar dan ternama, Grup Pradayuga.
 
  Meski suka bermain, tapi jika hal tersebut terkait dengan pekerjaan, dia akan berubah menjadi serius.  Bahkan dia tidak bisa tidur berhari-hari jika terdapat masalah di perusahaan kakeknya yang ia awasi.
 
  Dian terus berjalan, memeriksa satu persatu produk di ruangan tersebut, begitupula dengan produk-produk yang akan segera diluncurkan.
 
  "Panggil pak Saino!"
 
  "Iya Bos"
 
  Suna berjalan cepat, langkahnya tampak begitu gesit karena dia memang sudah terbiasa bekerja keras selama kuliah.  Baginya, tidak ada waktu untuk bergerak lambat atau uang akan segera sirna.
 
  Yang dipanggil kini telah datang, mereka tampak sedang berdiskusi di dalam sebuah ruangan.
 
  "Dian!"
  Lemparan tas hampir mengenai kepala jika saja Suna tidak menangkapnya.
 
  "Renata."
  Dian melirik sekilas, lalu melanjutkan pandang kepada Saino, seorang manajer pabrik, dengan begitu santai di dalam ruangan.
 
Mereka semua terlihat masih berdiri di sana.
 
  Renata berjalan dengan marah ke arah Dian yang terlihat tidak bergeming atau peduli padanya.
 
  Tiba-tiba tangannya ditarik paksa ke luar ruangan.
 
  "Kamu?"
 
  "Bosku sedang sibuk hari ini, jadwalnya juga sangat padat. Kalau kau ingin bertemu dengannya, maka kembalilah besok saja!"
 
  "Kamu?"  Renata tiba-tiba tersadar saat melihat seorang wanita cantik di hadapannya.  Ternyata, yang dilihatnya adalah wanita yang menikah dengan Dian beberapa hari yang lalu.  "Bukankah kamu istri Dian?"
 
  "Tidak."
  Suna tidak ingin mencari masalah, sebaiknya dia tidak mengaku sebagai istri atasannya karena dia sudah sering mendapati amarah dari para wanita maka dari itu dia segera berhati-hati.
 
  "Aku sangat yakin bahwa kau adalah istrinya."
 
  "Dibilang tidak ya tidak,"
 
  "Jangan berbohong?"
 
  "Tidak. Aku tidak berbohong, Ini tasmu, besok jam 4 sore jadwal bosku kosong, kamu bisa datang menemuinya. Oke?"
  Suna berbalik, berniat untuk kembali ke kamar.
 
  Tapi langkahnya dipaksa terhenti, "kamu istrinya, akui saja!" Karena tangannya ditarik, dan dia terpaksa menghadap kembali ke wanita yang bernama Renata.
 
  "Ya, dia adalah istriku."  Dian yang telah meninggalkan ruangan mulai memeluk bahu Suna, melingkarkan tangan di leher wanita itu.
 
  'Sialan bosku.'
  Suna melepaskan tangan Dian, dia tahu bahwa dia pasti akan berada dalam masalah.
  "Ayo sayang, kita pulang."  Dian kembali untuk meletakkan tangannya di bahu Suna, dan membawa Suna meninggalkan Renata.
 
  "Dia bosku, Dia bosku, dia bukan suamiku, percayalah padaku!" Teriak Suna dari kejauhan dan terpaksa mengikuti langkah Dian, meninggalkan Renata dengan amukan kebencian yang luar biasa.

Bình Luận Sách (39)

  • avatar
    KamsaniHirianzie

    uuu

    24/07

      0
  • avatar
    NurulFika

    Bagusss

    22/07

      0
  • avatar
    ZeniMuhamad

    bagus banget critanya...

    17/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất