logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 Dia menjadi seorang sekretaris

6 bulan kemudian.
 
  Suara sepatu hak tinggi terdengar menggema pada sebuah koridor yang sepi di lantai atas sebuah perusahaan Teknologi.
 
  Seorang wanita seksi dengan kemeja lengan pendek yang diselipkan ke dalam celana jeans hitam panjang terlihat sedang berjalan melewati tempat yang sunyi untuk bertemu dengan salah seorang pemimpin perusahaan tersebut.
 
  Wanita itu memakai kacamata coklat yang telah dilepas, lalu meletakan kacamata tersebut, bergabung dengan dompet besar yang ada di salah satu tangan.
 
  Sesaat dia berhenti tepat di depan pintu pemilik ruangan.
 
  “Selamat pagi, Bu, ada yang bisa saya bantu?” Wanita itu mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang berdiri di hadapannya.
 
  "Kamu?"
 
  "Hm, aku?"  Wanita yang berdiri dan menyapa tersebut, menyingkirkan jari telunjuk wanita yang baru saja tiba dari wajahnya karena itu sangat mengganggu kedua matanya.
 
  "Ya, kamu, bukankah kamu adalah wanita yang bekerja di laundry beberapa bulan yang lalu?"
 
  "Ya, bagaimana mungkin anda bisa tahu itu?"
 
  "Yuna, aku Yuna, apakah kamu ingat aku?, Orang yang datang ke tempatmu bekerja dan kamu pernah merusak pakaianku?"
 
  "Hm, Ahhhh Bu Yuna ya?,  maafkan aku, aku hampir melupakanmu."
 
  "Kenapa kamu bekerja di sini ?, sudah kubilang, 'datang ke perusahaanku setelah lulus kuliah', kenapa kamu tidak mendengarkanku?"
 
  "Ya, maaf bu, saya .."
 
  "Berapa penghasilanmu bekerja di sini?"  Wanita yang baru saja tiba dengan cepat menyela ucapan wanita di depannya.
 
  "10 juta,"
 
  "Ya ampun, aku bahkan bisa memberimu lebih dari itu."
 
  "Tapi bosku telah menanggung semua biaya kuliahkuu sampai akhir."
 
  "Waaah tidak bisa dibiarkan?"  wanita yang baru saja tiba, menggebrak meja, lalu membalikkan tubuhnya dan menendang pintu dari pemilik ruangan yang ingin ia kunjungi.  “Aku menyukainya, kenapa Dian selalu mengambil semua yang aku sukai?, Brengsek,” gumam wanita itu pelan sembari berjalan masuk ke ruangan di depan mereka lalu melepas salah satu sepatu hak tingginya dan melemparkan benda tersebut pada seorang laki-laki yang terlihat sedang duduk dan tersenyum senang melihat kekesalan dari wanita yang baru saja datang tersebut.
 
  Laki-laki itu menangkap sepatu itu.
 Dalam hatinya dia sangat bahagia akan kunjungan dari wanita di depannya.
 
  Wanita itu adalah cinta pertamanya yang telah memenuhi hati laki-laki tersebut sejak ia masih duduk di bangku SMP.
 
  Namun sayangnya, wanita di depannya telah menikah dengan sepupunya, mereka bahkan saling mencintai dan sulit untuk terpisahkan meskipun laki-laki itu telah berusaha keras untuk memisahkan mereka.
 
  "Kamu mengambil karyawanku dengan sengaja, bukan?"  Yuna membentak emosi sembari mengambil  sepatu yang tersisa dan melemparkannya kembali ke arah laki-laki yang bernama Dian tersebut.
 
  Kali ini Dian tidak menangkapnya, dia hanya menghindari dengan menggeserkan kepala sehingga sepatu itu menabrak dinding yang berada di belakang punggung laki-laki tersebut.
 
  "Sejak kapan dia menjadi karyawanmu?" tanya Dian dengan senyuman manisnya.
 
  "Dian!"
 
  "Ya, Yuna."
 
  "Kenapa kamu selalu mengambil semua yang menjadi targetku Dian?, aku benar-benar tidak habis pikir. Bahkan mobil yang aku siapkan untuk Bos Halun juga, kau yang mengambilnya. Kembalikan mobilnya!"
 
  "Tidak mau."
 
  "Dian!"
 
  "Aku tidak mau, kubilang. Aku mau mobil pilihan Yuna."
 
  "Sial, makan mobil itu untukmu."  Akhirnya, Yuna yang begitu emosi, melemparkan kacamatanya lalu pergi tanpa mengenakan alas kaki.
 
 Bakkk ..
  Yuna membanting pintu ruangan, mengejutkan Suna yang sedang duduk mengatur jadwal kerja atasannya.
 
  Suna merasa aneh melihat tinggi badan Yuna yang semakin menurun.
 
  "Bu, dimana sepatumu?" Dia bertanya karena penasaran.
 
  "Aku melemparkannya ke wajah bosmu."
 
  "Tunggu, Bu, tunggu beberapa menit saja."
 
  "Hey, apa yang kamu lakukan?"  Suna meraih lengan Yuna, membawa wanita itu untuk duduk di kursinya.
 
  "Sebentar."
 
  Wuuuuuuzzzzzzzz
  Kecepatan lari yang tidak diragukan lagi kehebatannya.
  Dalam hitungan detik, Yuna tidak lagi melihat sosok keberadaan Suna yang telah menuruni anak tangga.
 
  WUuuuuzzzzzz
  WuuUuuuzzzz
  Wuuuuuuuzzzz
 
  "Kenapa angin dari luar bisa masuk?"
 
  "Angin apa?, matamu tidak bisa lihat ya, Sunari, sekretaris bos yang baru itu lari ke luar kantor."
 
  "Astaga, benarkah?"
 
  "Hm, anak itu, ya ampun, kenapa dia masih bertahan dengan bos Dian ya?, padahal sebulan sudah berlalu."
 
  "Hahaha, iya iya, mungkin saja bos Dian tidak mau dengan wanita culun seperti dia."
 
  "Ah tidak juga, aku pikir, dia cukup cantik."
 
  "Tapi, bukankah biasanya para sekretaris bos Dian selalu menangis?, karena setelah bos puas, mereka langsung dibuang begitu saja."
 
  "Hahaha, Boss Dian adalah orang gila yang suka tidur dengan semua Sekretarisnya."
 
  "Untung saja aku bukan sekretarisnya, hm. Kalau begitu, aku pasti sudah dibuang olehnya, iya kan?"
 
  "Iya, tapi mana mungkin juga bos Dian mau tidur dengan wanita jelek seperti kamu ini?"
 
  "Hahaha kamu ini."
 
  "Hahahaha maaf maaf."
 
  Wuuuuzzzzzz
 
  "Aku pikir, angin benar-benar masuk ke dalam kantor."
 
  “Matamu, pasang matamu dengan baik !, itu dia !,” salah satu pekerja wanita menunjuk ke arah Suna.  "Kamu tidak melihat Suna sedang menaiki tangga, ya?"
 
  "Ya ampun, wanita itu."
 
  *****
 
  Yuna tercengang begitu juga dengan Dian yang baru saja meninggalkan ruangan ketika melihat kedatangan Suna, yang membawa sandal jepit biasa di tangannya.
 
  Pandangan Yuna dan Dian bertabrakan satu sama lain.
  Kemarahan Yuna secara spontan muncul karena ia merasa gagal mendapatkan karyawan terampil yang ia tuju, malah semakin kesal karena orang tersebut jatuh ke tangan rivalnya.
 
  "Ini untukmu bu, menurutku ukuran sepatu kita sama, karena kamu dan aku memiliki tinggi yang juga sama."
 
  "Benarkah?"
  Suna melepas beberapa sepatu hak tingginya, mendorong kaki Yuna untuk lebih mendekat.
  "Saya pakai sandal jepit itu saja." Yuna berusaha meraih sandal jepit yang baru saja di beli oleh Suna tetapi Suna telah menyembunyikan benda itu di belakang punggungnya.
 
  "Tidak, aku terbiasa memakai sandal seperti ini saat aku membantu ayahku mencangkul tanah."
 
  "Waah, mungkinkah kamu tidak memiliki saudara laki-laki untuk membantu ayahmu mencangkul?"
 
  "Saya punya bu, tapi dia sudah bekerja di Singapura"
 
  "Suna, memangnya kamu tinggal dimana?"
 
  "Pulau Galang, Jembatan Barelang lebih jauh ke sana."
 
  "Oh, kebun sayur itu ya?"
 
  "Iya"
  Yuna tersenyum, dia bangkit dan memakai sepatu Suna.
 
  "Tolong pinjam dulu ya!, Oh iya, Besok di pesta ulang tahun bosku, aku akan mengembalikannya, dan kamu juga harus datang, oke?"
  Yuna membuka dompetnya, lalu memberikan kartu nama untuk kedua kalinya kepada Suna.  "Ambil ini!"
 
  "Tapi kartu yang ibu berikan, masih aku simpan.
 
  "Oh ya?"
 
  "Iya,"
 
  "Iya tidak masalah, kalau bisa silahkan hubungi aku, aku akan datang menjemput kamu. Kamu menyewa rumah ya?"
 
  "Iya bu"
 
  "Tidak perlu," Dian menarik kartu nama dari tangan Suna.  "Aku akan menjemputnya sendirian."
 
  "Kemarin kamu bilang tidak mau datang, kenapa sekarang berubah pikiran, dasar laki-laki pembohong?"  Yuna menghina kesal, tanpa menunggu jawaban dari Dian, wanita tersebut berlalu pergi menjauhi dengan langkah cepat. Dia terlihat malas untuk melihat ke arah Dia lagi.
 
  Dian menyimpan kartu nama Yuna di balik jaketnya, dia mengalihkan pandangannya ke arah Suna ketika Yuna telah menghilang ke dalam lift.
 
  "Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, bukan?" Tanya Dian pada Sekretarisnya yang terlihat berdiri di sampingnya.
 
  "Ya Bos." Suna menganggukan kepala dua kali tanda ia mengerti atas perintah bosnya.
 
  "Hm, bagus sekali, jangan mempermalukan aku dengan penampilan jelekmu ini."
 
  "Ahh, tetapi saya tidak memiliki uang untuk membeli pakaian baru."
 
  "Gunakan kartu ATM ini, tapi jangan boros ya," Dian meraih sebuah kartu ATM berwarna hitam lalu memberikannya pada Suna.
 
  "Iya Bos." Dan suna meraihnya dengan cepat serta rasa bahagia yang tak terkira.
 
  "Aku ingin makan siang, belikan Waffles untukku!"
 
  "Oke bos"
 
  "Kamu tahu wafel, kan?"
 
  "Jangan khawatir bos, aku serba bisa dan aku juga serba tahu."
 
  "Hm, itu bagus, percuma menghabiskan uang untuk biaya kuliah jika kamu tidak bisa diandalkan."
 
  Dian kembali ke kamarnya, dia berencana untuk beristirahat sebentar sembari menunggu Suna kembali.
 
  Wuuuuuzzz
 
  'Astaga, bagaimana mungkin dia bisa begitu cepat berlari ?,'
   pikir Dian di dalam hati, melihat punggung Suna yang telah menghilang masuk ke dalam lift.
 
  Dian sudah terbaring di atas sofa, ia meraih sesuatu dalam dompetnya dan  memandangi foto Yuna dengan seksama. 
 
 Foto itu adalah foto yang secara diam-diam ia ambil tanpa sepengetahuan dari wanita itu.
 
  Tukk tukk, Suara ketukan pintu terdengar.
  "Bos, wafelnya sudah aku beli."
 
  Dian tiba-tiba kaget, dan berpikir bagaimana mungkin makanan yang Diinginkannya bisa datang begitu cepat padahal dia bahkan belum sempat memejamkan mata?
 
  "masuk!"
 
  Suara kresekan plastik terdengar menggema di ruangan,  "Ini wafelnya, bos"
 
  Dian melihat dengan jelas makanan yang ada di depan mata setelah Suna meletakkannya di atas meja.
 
  "Benarkah ini wafel, Suna?"
 
  "Benar, buka saja dan tulisan yang tertera di bungkus ini juga WAFFLE kan, boss?"
 
  "Ya, wafel, tapi kenapa kamu cepat mendapatkannya? Ini cemilan Suna, cemilan, ini bukan waffle yang aku maksud." "
 
  "Maaf bos, aku tidak tahu ternyata aku salah. Tetapi pegawai supermarket di depan kantor juga bilang kalau ini adalah Waffle."
 
  "Ah, Astaga, sudahlah lupakan saja!"  Dian membuka bungkus cemilan yang baru saja dibeli oleh Suna .  Kemudian ia mengigit potongan sebagian waffle tersebut.
  Meski tidak sesuai harapan, pria tersebut tidak cukup kecewa karena merasa Suna sudah berusaha keras untuk membelinya.
 
  Hanya saja, saat ini yang dia inginkan mungkin adalah waffle buatan tangan secara langsung, dan bukan waffle dari buatan pabrik.

Bình Luận Sách (39)

  • avatar
    KamsaniHirianzie

    uuu

    24/07

      0
  • avatar
    NurulFika

    Bagusss

    22/07

      0
  • avatar
    ZeniMuhamad

    bagus banget critanya...

    17/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất