logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

episode 4

Sepuluh tahun berselang..
Seorang gadis berseragam pitih abu-abu mengendarai sepeda keranjang polygon warna hijau dengan santai. Rambut panjangnya yang dibiarkan terurai sedikit berterbangan ke belakang karena tiupan angin.
Agatha B. Shanina
Begitulah nama yang tertera di bajunya sebelah kanan atas. Dan aura cantik yang hanya berpoles make up tipis itu benar-benar terpancar sampai membuat Agatha terlihat berseri-seri menikmati perjalanan ke sekolah.
Menyusuri jalan raya dimana kanan dan kiri pada trotoarnya berjejeran ditumbuhi pohon. Jalan yang selalu Agatha lewati, dan tidak banyak dilalui kendaraan bermuatan besar. Mungkin hanya motor satu-dua.
"Aku bermimpi.. tentang hari ini.. disaat kita dekat selalu bersama.."
Agatha asik bersenandung selama menggoes sepedanya yang fleksible. Memang, dia memilih kendaraan itu sebagai alat transportasinya karena ramah lingkungan dan hobi lama.
Agatha suka bersepeda. Karena bisa sambil olahraga. Meski jarak tempuh sampai sekolah memakan waktu 30 menit, tapi dia selalu bersuka hati menjalani itu. Jadi, tidak pernah ada kata capek dalam kamus hidupnya.
"Dan bila nanti.. kau ingat kembali.. masa-masa inilah yang akan kita kenang selalu.."
Bahkan senyum dari bibir pink itu masih tidak luntur dari wajahnya.
Dan secara tidak langsung juga ini yang menjadikan Agatha masuk kategori cewek rajin. Karena selalu bangun pagi, supaya tidak terlambat sekolah. Karena bersepeda memakan waktu lebih lama dari kendaraan lain seperti; mobil, yang pastinya akan selalu difasilitasi oleh papinya.
Hanya saja Agatha yang keras kepala tidak mau, katanya sih gak minat.
"Pagi, Tha!"
Ketika memasuki area sekolah yang ramai akan murid-murid lain yang berdatangan, seseorang menyeletuk dari tempat pos satpam. Agatha langsung melambaikan tangan kearahnya dengan senyum kecil.
"Yoman, Stev.. ngapain lo disitu?!"
"Lagi wifi-an ni mumpung belum bel!"
"Huuu.. gak modal lu dasar!"
"Biarin, wle~ hahahaa.."
Namanya Stevana Andriani, atau kerap dipanggil Steva. Teman satu angkatan Agatha, kenal sejak MOS, namun sekarang berbeda jurusan. Cewek sosialita yang selalu update perkembangan dunia sosmednya, dan banyak digandrungi cowok-cowok. Tapi, anehnya dia masih jomblo sampai tahun ini.
Katanya sih Steva lagi suka sama cowok, tapi cowok itu kurang peka.
"Kau tak sendiri.. ku selalu bersama mu.. temani aku sampai habisnya waktu.."
Bibir Agatha masih bersenandung kecil sembari meluncur ke parkiran dan melirik sebentar jam tangannya. Pukul 6:55. Pantas saja semua sudah penuh, lima menit lagi bel masuk.
"Ah, di situ ada tempat tuh."
Setelah menyisir pandangannya ke sekitar, akhirnya Agatha menemukan satu tempat yang masih kosong dan letaknya berada di paling ujung diantara jajaran sepeda motor. Dia segera mempercepat kayuhannya.
"Yup," gumam Agatha sembari menarik remnya. "Sampe,"
Namun tak lama, sesuatu tiba-tiba menabrak bagian belakang sepeda itu, sehingga menyebabkan Agatha yang hendak turun langsung terjatuh. Sudah jatuh tertimpa sepeda pula.
"Aduh!"
"Eh eh eh.. sori sori sori.."
Tempurung lutut Agatha rasanya sedikit panas setelah mencium lantai parkiran yang beralaskan paving block. Tapi cowok di atas motor sport itu buru-buru turun lalu membantu mengangkat sepedanya kembali.
"Sori sori, lo gak papa kan?" dia berjongkok di samping Agatha nyungsep sembari melepas helm merah KYT full facenya dari kepala.
Persis, Agatha yang sedang meringis kesakitan kini langsung bertemu dengan matanya. Dan muka tampan itu tepat berada di depan Agatha. Alis tebal ala-ala keturunan Arab yang biasanya jadi idola para cewek, rahang yang terpahat sempurna, tulang hidung yang berdiri tegak, tatapan mata yang tajam, bibir merah yang tipis dan kumis kecil di atasnya.
Semua itu terlihat fresh, seperti baru memakai sabun pencuci muka. Aroma maskulin pun perlahan merambat masuk ke indra penciuman Agatha.
"Ehm, hai! Lo, baik-baik aja kan?" dia melambaikan tangan di depan muka Agatha. Lalu terkekeh geli. "segitunya banget ngeliatin gue,"
Lima detik rasanya sudah lewat, tapi Agatha masih berada di posisinya. Dan suara bariton itu membuatnya segera tersadar, sungguh memalukan.
"A..ga..tha.." cowok itu menyipit saat mengeja name tag di baju Agatha.
"Hah! Eh, gak gak gak, gue gak papa."
Buru-buru Agatha bangkit berdiri, cowok itu juga langsung berinisiativ membantunya. Dengan salah tingkah Agatha menepuk-nepuk rok bagian belakangnya dan menyelipkan anak rambut di balik telinga sambil berusaha menetralkan diri dengan menarik napas lewat mulut.
"Sori ya, gue udah nabrak elo. Tadi gue juga niatnya mau parkir disini tapi malah udah keduluan sama lo."
"Iya iya gak papa santai," sudut bibir Agatha tertarik ke samping dengan tidak ikhlas. Karena dalam hatinya masih deg-deg-an gara-gara ketahuan terbengong melihat wajah tampan itu.
Dia membalas senyum Agatha. Antara hangat tapi juga cool di saat yang sama, dan bikin meleleh. Sepertinya cowok itu menyukai iris coklat di depannya sekarang, sampai-sampai tatapan lima detiknya terasa 5 menit untuk Agatha, menjadikannya risih. Persis cacing kepanasan.
Apa banget sih dia!
Awalnya menggigit bibir, lalu nunduk. Dan ada-ada saja hal-hal lain seperti; meremas ujung rok abu-abunya lah, menggembungkan pipi lah, mengeratkan pegangannya pada tali tas selempangnya lah, mengusap jidat lah, tengkuk lah, sampai dia kembali mengangkat kepala lagi, cowok itu masih fokus menatapnya dengan senyum yang sama.
"Kenalin nama gue Saga," ujarnya sembari mengulurkan tangan.
Agatha mengerjap memperhatikan itu. Pake acara sedikit ragu-ragu sebentar sebelum akhirnya menerima jabat tangannya dengan hati-hati. Dan, tangan Saga yang dingin sangat terasa di tangan Agatha.
"Gue.. Agatha. Atau, panggil aja Atha."
"Oke, Atha." Saga manggut-manggut. "Agatha, nama yang cantik."
Lagi, cewek itu tersenyum seadanya. "Yaudah, kalo gitu gue.. gue cabut duluan ya. Bentar lagi bel."
"Eh—"
Saga belum sempat menjawab tapi Agatha sudah terburu-buru pergi dari hadapannya. Dan dia sempat mengusap-usap tempurung lututnya sambil berjalan di koridor.
Kenapa dia tidak seperti kebanyakan cewek? Satu kata umpatan dia marah saja tidak ada padahal lututnya sakit. Ini kah karakter seorang Agatha?
"Kenapa dia bikin penasaran ya?"
Saga lalu memarkirkan motornya di dekat sepeda Agatha dan segera mencari ruang kepala sekolah untuk tau dimana kelas barunya. Koridor demi koridor SMA Taruna Bangsa yang luas dan besar dia telusuri sendiri.
Kesana-kemari mengikuti petunjuk yang sebelumnya diberikan oleh salah seorang murid yang sempat ditanyai oleh Saga, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat sesuatu.
"Tha, gue punya ini buat lo."
Di sana, seorang cowok berpostur jangkung baru saja memberikan kotak berbentuk love untuk Agatha. Namanya Farelazka Nicholas, atau biasa dipanggil Farel. Teman satu kelas Steva, yang gencar dan pantang menyerah mendekatinya walaupun Agatha sendiri slow respon.
"Ini apa, Rel?" cewek itu melihat setiap sudut benda di tangannya. "kok dipakein pita segala."
"Isinya coklat, gapapa biar manis aja."
Memang, cara apa saja Farel lakukan untuk meluluhkan Agatha. Usaha ini dilakulannya sejak menginjak kelas sebelas, terhitung ini sudah bulan yang ketiga. Sayangnya Agatha tidak segampang yang dipikirkan Farel.
"Tapi gue lagi diet gimana dong?" cewek itu nyengir kuda. "mending lo kasih sama yang lain aja ya, nih.."
Dan, kotak itu sudah berpindah tangan lagi ke semula si pemiliknya. Terdiam sejenak memperhatikan kotak itu, tak lama lidah Farel tampak menonjol di sebelah pipinya. Dia baru saja merasa seperti...
"Agatha, lo kok gapernah ngehargain pemberian gue sih? Barang sekaliiii aja," Farel terkekeh miris meratapi nasibnya.
"kenapa lo gapernah menerima niat baik gue? Sekalipun ntar mau lo kasih ke orang lain atau bahkan lo buang gue gak tau, ya seenggaknya lo ngehargain gue lah, sedikit aja. Biar gue seneng. Gitu doang emang susah banget, ya?"
Agatha selalu menolak pemberian Farel. Itu fakta. Dan sekarang cewek itu merasa tertohok hatinya akibat ucapan Farel yang terlalu menusuk. Tapi sebisa mungkin Agatha mengabaikan perasaan itu.
"Gue emang lagi diet, Rel, apa perlu gue kasih liat sama lo list makanan pagi-siang-sore, gue?"
Agatha memang niat berbohong, karena berat badannya memang sudah cukup ideal untuk ukuran tinggi badannya yang 165 sentimeter. Apa boleh buat, ia tidak suka Farel.
Cowok itu berdecak sinis. "Cewek apaan sih lo, hah?!! Gak pernah diajarin ya, emang, cara ngehargain orang?!!"
Volume suaranya naik sambil berkacak pinggang, seketika membuat keduanya menjadi pusat perhatian murid-murid lain di koridor itu. Agatha juga sempat terkejut mendengarnya. Ini salah satu alasan kenapa dirinya tidak menyukai Farel. Persis seperti yang dikatakan Steva dulu.
Saga yang kepo juga langsung melangkah mendekat.
"Omongan gue salah ya, Rel?" Agatha bergumam pelan, lalu berdecak sinis.
"Apa?!! Gue udah cukup sabar ya, Tha, sama lo tapi balesan lo apa sama gua?!!" Farel menaikkan dagunya begitu kesal dengan kilatan mata yang tajam menatap Agatha, entah urat malunya sudah putus atau bagaimana yang pasti dia tidak lebih dari seorang cowok yang cemen.
Cemen, karena secara tidak langsung Farel sudah mengajak berantem Agatha. Apalagi dengan nada suara yang terkesan membentak, Farel sangat tidak ingat tempat. Tapi Agatha sama sekali tidak ada rasa takut terhadapnya. Sungguh.
"Farel, denger ya.." cewek itu mengangkat telunjuk. "gue kaya gini, cuma karena gue gamau, lo berharap terus sama gue. Itu aja, gue gaada maksud apa-apa selain karena gue gamau nyakitin orang. Gue yakin lo tau perasaan gue sama lo kaya gimana, jadi gue mohon mulai sekarang mending elo berhenti."
"Tapi lo gak nyadar, Tha, dengan sikap lo yang kaya gini aja udah bikin gue sakit." Farel menunjuk dadanya. "sakitnya tuh disini!"
Sakitnya mengejar cewek yang tidak ingin dikejar. Mungkin ini yang dirasakan Farel sekarang. Namun tak lama bel masuk langsung berbunyi dan menginterupsi pembicaraan mereka. Agatha sangat bersyukur ini.
"Udahlah Rel, gausah diperpanjang. Kalo lo gasuka sama gue udah, jangan deketin gue lagi. Ngerti?"
Baru saja ingin angkat kaki, Farel menahan sebelah lengan Agatha dan berbisik di dekat telinganya.
"Gua. Gak. Akan. Nyerah. Buat. Dapetin. Elo. Sampe. Kapanpun. Dan. Jangan. Pernah. Lo. Berpikir. Buat. Ngehindar. Dari. Gua. Inget! Lima. Puluh. Persen. Saham. Bokap. Lo. Itu. Punya. Bokap. Gua. Dan. Bokap. Lo. Gak. Bisa. Apa-apa. Kalo. Gak. Ada. Bokap. Gua."
Tepat. Saga berada tidak jauh di belakang Agatha dan tentu ia mendengar ucapan Farel.
"Sekali lagi, lo inget kata-kata gue baik-baik, Tha!"
Agatha mematung, rasanya seperti habis di skakmat. Lalu, Farel berlalu pergi sambil mendorong pundaknya. Hampir saja cewek itu terjatuh kalau Saga tidak dengan sigap langsung melangkah maju dan menangkapnya.
Dan, mata mereka bertemu lagi.

Bình Luận Sách (32)

  • avatar
    FahriZul

    saya sangat suka

    05/07

      0
  • avatar
    NgarsoDenbagus

    ceritanya bagus

    14/06

      0
  • avatar
    SiapaGa tau

    bucin sekali

    11/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất