logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Awal mula

Namanya Mira. Usianya 48 tahun. Ia seorang janda yang ditinggal wafat suaminya sepuluh tahun yang lalu. Sang suami wafat karena penyakit diabetes yang telah diidapnya sejak lama. Dari hasil pernikahannya dengan almarhum suaminya, ia dikaruniai dua orang putra, yakni, Feri—yang saat itu berusia 14 tahun, dan Fahri—putra keduanya yang lebih muda tiga tahun dari sang kakak.
Sang suami mewarisinya sebuah rumah sederhana yang dulu dibangunnya dengan tetesan keringat. Dari sisa uang tabungan mereka, ia membuka usaha warung kecil-kecilan yang menjual kebutuhan sehari-sehari, dengan stok yang tidak banyak. Penghasilan dari warung tersebut saat itu cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Beruntung, kedua putranya
bersekolah di sekolah negeri yang mana seluruh biaya pendidikannya gratis ditanggung pemerintah.
Lulus SMA, putra sulungnya memutuskan untuk langsung bekerja. Hasil penjualan warung tak kan cukup untuk membiayai kuliahnya. Tidak ada harta benda yang dapat dijual. Jika ingin menggadaikan rumah, dirinya bingung uang dari mana untuk membayar cicilannya. Ia mendukung keinginan Feri untuk bekerja dan berharap putranya itu bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus, di kantoran dengan gaji yang lumayan. Sehingga bisa membantu meningkatkan perekonomian dan status sosial keluarganya.
Mencari pekerjaan yang sesuai angannya dengan hanya bermodalkan ijazah SMA ternyata tidak mudah. Setelah lelah mencari kesana-kemari, akhirnya putranya berhasil juga diterima bekerja di kantoran. Feri diterima bekerja sebagai tenaga administrasi di pabrik makanan. Ia bersyukur, walau gaji Feri tidak terlalu besar sudah cukup untuk membantu dirinya membiayai hidup mereka bertiga sehari-hari.
Suatu hari, putra sulungnya itu datang bersama seorang gadis. Wajahnya manis, berkulit kuning langsat dengan tubuh yang sedikit berisi. Ia langsung menduga gadis itu adalah teman dekat putranya. Sejenak hatinya merasa kecewa melihat penampilan gadis itu yang terlihat sederhana. Ia hanya memakai atasan dan bawahan serta jilbab yang biasa saja. Gaya berpakaiannya sama sekali tidak terlihat modis. Pasti berasal dari keluarga biasa pula, pikirnya saat itu.
"Kenalkan, Bu. Ini Sari, teman Feri," ucap putranya waktu itu dengan malu-malu. Gadis itu tersenyum dan mencium tangannya.
"Teman?" Bu Mira memastikan.
"Mm ... pacarku, Bu," aku Feri akhirnya. Wanita itu hanya tersenyum datar.
"Kerja di mana?" tanyanya langsung pada gadis itu. Feri  terkejut mendengar pertanyaan ibunya. Ia kira ibunya akan menanyakan tempat tinggal atau asal pacarnya dahulu. Feri terlihat kikuk dan memandang pacarnya dengan perasaan tidak enak. Sedang gadis itu hanya menunduk.
"Saya ... kerja di rumah makan, Bu," jawabnya pelan.
Bu Mira menaikkan alisnya. "Pelayan?" tanyanya terdengar agak sinis. Wanita itu masih berharap tebakannya salah.
"Ibu!' Feri menegurnya, tapi sang ibu mengabaikannya.
"I-iya, Bu," jawab gadis itu semakin dalam menunduk.
Bu Mira mendadak merasa mood-nya menjadi rusak.Tanpa pamit, wanita berkulit sawo matang itu langsung bangkit dari kursi dan berlalu masuk kamar meninggalkan mereka. Ia tidak mempedulikan perasaan gadis itu. Dirinya berharap Feri dan pacarnya memahami, bahwa ia tidak menyetujui hubungan mereka, tanpa perlu mengatakannya terus terang.
Baru saja bu Mira merebahkan tubuh di kasur, pintu kamarnya dibuka dengan keras.
"Bu! Apa maksud Ibu bersikap begitu pada Sari!? Mengapa Ibu langsung meninggalkan kami begitu saja!?" seru Feri dengan wajahnya yang memerah menahan marah. Bu Mira terdiam.
"Di mana kamu mengenalnya?" tanyanya kemudian. Feri menarik napasnya dengan dalam, berusaha meredakan emosinya.
"Rumah makannya berada di samping kantorku, Bu," ucapnya. "Kenapa Ibu meninggalkan kami tadi? Aku kan jadi ga enak sama Sari, Bu," ucap putranya merasa kecewa. Bu Mira diam, tapi tetap tidak menyesali sikapnya tadi.
"Ibu ... Ibu tidak mau kamu berhubungan dengannya," ucapnya berterus terang.
"Tapi kenapa, Bu?" desak Feri.
Wanita itu menghela napas. "Ibu ingin kamu mendapatkan gadis yang mempunyai pekerjaan yang lebih baik."
"Lebih baik gimana maksud Ibu? Pelayan rumah makan kan, pekerjaan yang halal, Bu," ucapnya membantah omongan ibunya. "Lagi pula, Feri sangat mencintainya, Bu. Sari gadis yang baik dan sopan. Feri jamin, Sari akan menjadi menantu ibu yang baik dan selalu menghormati Ibu," ucapnya mencoba mempengaruhi dirinya. Ia mengusap rambutnya dengan kasar.
"Pokoknya Ibu mau punya mantu wanita karir! Yang kerja kantoran! Biar bisa bantu kamu mencari nafkah! Ngerti!? tegasnya pada putranya. Feri melongo. Sesaat ia terdiam, mungkin masih mencerna ucapan ibunya.
"Tapi Bu ... pelayan restoran kan, juga digaji, Bu. Lagipula yang wajib mencari nafkah itu aku, Bu. Bukan istriku nanti," ucapnya.
"Berapa sih, gaji pelayan rumah makan? Paling gak seberapa," ketus ibunya meremehkan.
"Tapi Bu—
"Sudah!" Bu Mira mengibaskan tangannya.
"Pokoknya Ibu gak mau tau! Sana, keluar! Ibu mau tidur!" ucapnya mengusir putranya. Feri terlihat sangat kecewa. Terpaksa Ia beranjak ke luar kamar. Wajahnya terlihat muram. Sebenarnya hal itu membuatku sedih.
Sejak kejadian bu Mira menolak pacarnya, Feri mendiami ibunya. Jika diajak bicara, Ia hanya menjawab seperlunya sana. Tiap berangkat kerja Ia hanya mencium tangan wanita itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pernah ibunya sengaja tidak memberikan tangannnya padanya, tapi akhirnya Ia malah langsung pergi begitu saja. Benar-benar membuat bu Mira jengkel sekaligus kecewa.
Ketika sedang berada di rumah, beberapa kali dipergokinya anak kesayangannya itu tengah melamun. Sungguh, membuatnya sedih melihatnya. Bu Mira merindukan sapaan dan pelukan putranya. Akhirnya wanita itu tidak tahan lagi. Ia pun memutuskan untuk mengalah.
Sore itu bu Mira mendekati putranya yang tengah duduk di teras sambil memainkan HP. Melihat kehadiran dirinya putranya itu langsung membetulkan posisi duduknya. Diam menunggu apa yang akan ia katakan. Aku duduk di sampingnya.
"Bagaimana kabar Sari?" tanya bu Mira berusaha menahan egonya. Sungguh ia merasa berät mau mengucapkan kalimat tersebut. Feri tampak terkejut. Ia memandang wajah ibunya lekat mencoba memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
"Ajak Ia kemari," ucap ibunya lagi.
"Ibu?' Hanya kata itu yang diucapkannya.
"Iya, Nak. Ibu merestui hubungan kalian.
Maafkan Ibu," ucap wanita yang melahirkannya itu sungguh-sungguh.
Bu Mira terpaksa mengalah untuk saat ini. Daripada ia kehilangan perhatian putra kesayangannya. Putranya langsung menjatuhkan tubuhnya dan memeluk kakinya.
"Terima kasih, Bu. Aku berjanji akan mendidik Sari agar menjadi menantu yang baik untuk Ibu," ucapnya berjanji sambil meneteskan air mata. Bu Mira hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
Tiga bulan kemudian, Feri akhirnya menikahi gadis pujaannya. Sebuah pernikahan yang sangat sederhana, dilaksanakan di rumah bibinya yang sederhana pula. Mereka hanya mengundang kerabat dekat. Tidak semua tetangga bu Mira undang. Hanya tetangga terdekat saja, itu pun cuma lima orang, termasuk Pak RT.
Waktu pertama kali kami mendatangi rumah bibinya ketika melamar, wanita itu sempat merasa frustasi. Sudah keluarganya berasal dari keluarga yang biasa saja, dapat besan yang sebelas dua belas. Gimana kehidupannya bisa naik derajat kalau begini, keluhnya waktu itu. Namun, ia berusaha menyembunyikan rasa kesalnya di depan Feri. Ia tidak mau merusak momen bahagia putranya waktu itu.
Menantu bu Mira adalah gadis yatim piatu. Orang tuanya sudah lama meninggal karna kecelakaan lalu lintas. Seorang wali hakim ditunjuk menjadi walinya. Dari kecil Sari sudah diasuh oleh bibinya yang juga seorang janda sama seperti dirinya. Sehari-hari bibinya berjualan nasi uduk demi memenuhi kebutuhan mereka. Bu Mira cuma bisa mengeluh dan menyesali nasibnya.

Bình Luận Sách (214)

  • avatar
    Jaka89

    mantap sudah sangat menghanyutkan kalau membaca jadi nagih pingin membaca terus

    04/04/2022

      0
  • avatar
    TarmiziIzzati

    cerita yang bagus dan menceritakan tentang seorng ibu yng mengiginkan menantu berkeja bagus supaya hidup senang,kalian harus baca novel ini

    28/01/2022

      1
  • avatar
    PatimahSiti

    good

    10d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất