logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

47

PAKAI UANGMU DULU
BAB 47
*******
“Saat menjalani kehidupan, suatu hari nanti kau akan sadar bahwa alasan dibalik semua hal yang kau lalui”
Doom at Your Service
*******
“Hahahaha, iya dek. Betul dugaan kamu. Nenek memang mengelabui mertua dan suamimu yang gila harta itu. Mereka boleh licik, tapi kita harus lebih licik lagi dalam mempertahankan hak kita. Mana mungkin nenek menjual rumah peninggalan Kakek kamu ini, terlalu banyak kenangan yang tertinggal disini. Nenek tidak sanggup menghapus semuanya dari hati Nenek. Mulai sekarang kamu jangan takut atau ragu, urusan perceraian kamu pasti akan kami dukung,” kata Bu Ratih kepada cucunya.
*******
“Alhamdulillah, Lana kira Nenek benar-benar menjual rumah ini. Sayang sekali kalau rumah dengan sejuta kenangan ini sampai di jual. Kalaupun mau di jual, biar Lana saja yang beli,” kata Lana.
“Memangnya kamu punya uang, dek?” tanya Bundanya.
“Kalau dikit ada koq, bun. Hehehe ….” Jawabnya terkekeh.
“Sudah-sudah, uangnya lebih baik untuk mengembangkan toko baju kamu saja. Rumah ini tidak akan di jual selama nenek masih hidup,” tegas Neneknya.
“Eh iya,Lan. Sebelum Mbak lupa, ini ada rekaman kejadian huru-hara tadi. Bang Yusup sengaja merekamnnya. Siapa tau berguna dalam proses perceraian kamu nanti,” kata Mbak Nur menyela obrolan keluarga itu.
“Ya Allah … terima kasih banyak ya, Mbak. Aku saja tidak kepikiran, buat rekam semua kejadian ini. Kirimkan via chat aja ya mbak, ke aku. Terima kasih banyak ya, bang. Setidaknya ini bisa menjadi bukti, ketika nanti di perlukan di pengadilan, walaupun aku tidak tau bisa atau tidaknya. Yang penting sudah ada dulu,” kata Lana sumringah, ketika mengetahui ternyata Bang Yusup menyimpan bukti ketika terjadi pertikaian antara dia dan keluarga Randa.
“Siap … ini aku sudah kirimkan, periksa dulu, Lan,”
Akhirnya setelah berbincang-bincang sebentar dengan keluarga Lana, Mbak Nur dan suaminya izin untuk pulang.
“Kami permisi dulu ya, Lan. Kesian anak-anak sendirian di rumah,” kata Mbak Nur dan Bang Yusup.
“Makasih banyak, atas bantuan kalian. Sekalian kami pamit besok bakal pulang, titip rumah ya, Nur … Yusup,” kata Nenek Lana.
“Baik, bi. Insya Allah nanti di bantu untuk menjaga dan merawat rumah ini,” kata Yusup.
********
Tidak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah perpisahan, yang di akibatkan oleh pengkhianatan. Itu yang sekarang di rasakan oleh Lana, rasa sakit di hati membuat dia merasa ada yang salah dari pengabdiannya kepada suaminya. Rasa percaya dirinya perlahan memudar dan terkikis, akibat pengkhianatan yang di lakukan oleh Randa. Dalam hatinya bertanya-tanya apa yang menjadi kekurangan dia, sehingga Randa tega mengkhianatinya selama pernikahan mereka berlangsung. Untuk dapat menyenangkan suaminya, dia sengaja untuk melakukan perawatan diri setiap satu bulan sekali. Untuk menyenangkan perut suaminya, dia rela kursus memasak. Agar suaminya betah di rumah, dia selalu merapikan dan menata rumahnya dengan baik. Tapi ternyata semua usaha yang dia lakukan hanya sia-sia belaka. Tetap saja Randa mengkhianati perkawinan mereka. Setelah semua pengorbanan yang dia lakukan untuk keluarga itu. sesal menggelayuti hati dan pikirannya.
Wanita cantik dan pandai tersemat pada Lana, tapi keberhasilan di pekerjaan dan studinya tidak berbanding lurus dengan kehidupan percintaannya. Dua kali dia mengalami kegagalan dalam kehidupan bercinta. Tapi kali ini terasa lebih menyakitkan, karena Randa adalah suaminya dan dia di khianati oleh laki-laki itu.
“Kenapa kamu jadi melamun, dek?” tanya Bundanya, melihat Lana hanya diam menatap ke-arah pintu rumahnya dengan tatapan kosong.
“Tidak ada apa-apa, bun. Lana hanya ingin semua permasalahan ini cepat selesai. Lana lelah menghadapinya,” keluhnya pada sang Bunda.
“Jangan takut, dek. Semua masalah ini pasti akan selesai dengan cepat, sesampainya kita di rumah. Bunda akan minta abangmu mencarikan pengacara, yang dapat membantu kamu melakukan gugatan perceraian kepada Randa,” kata Bundanya.
“Iya dek, kamu jangan cemas. Kalau perlu kita cari pengacara yang terbaik untuk menghadapi keluarga gila itu,” kata Neneknya menghibur Lana.
“Astaga, iya Bun. Lana lupa, mau cerita soal teman Bang Ettan yang tadi sore menelfon Lana itu adalah pengacara yang di minta Abang untuk mengurus perceraian Lana,” jelas Lana.
“Owh yang bikin Bunda kamu penasaran itu? Yang di kiranya, laki-laki yang mau abang kamu jodohkan buat kamu itu,” sambung Ayahnya.
“Eh siapa? Koq nenek ga di kasih tau sih?” protes Neneknya.
“Aku kan baru mau cerita sambil makan malam kalau ayah pulang dari masjid, tapi yang ada kita di serang bala-bala Lambe. Jadi lupa deh buat cerita masalah itu,” jawab Lana sambil nyengir lebar.
“Iya tuh, lambetorah level kampung pedes banget kalau sudah ngomong, bikin Bunda pengen nyakar-nyakar wajahnya. Untung Bunda orangnya sabar, bukan cara bunda membalas mereka dengan cara begitu. Tidak elegan,” kata Bundanya sewot mengingat kejadian yang mereka alami gara-gara kedatangan keluarga Randa.
“Sudah-sudah tidak usah di ingat, bikin darah tinggi kalau di ingat. Jadi gimana dengan teman abangmu yang kamu bicarakana tadi?” tanya Ayahnya penasaran.
“Dia telpon, karena Abang meminta bantuan dia, untuk mengurus perceraianku. Secara garis besar, Abang sudah menceritakan semua masalah yang terjadi di rumah tanggaku. Cuma untuk detilnya nanti akan aku ceritakan pas kami ketemuan,” jelas Lana kepada keluarganya.
“Baguslah kalau begitu, kita tidak susah-susah untuk mencari pengacara lagi,” jawab Ayahnya.
“Iya, Alhamdulillah. Kalau memang sudah di carikan oleh abangmu, semoga masalah ini cepat selesai tanpa berlarut-larut,” kata Bunda Lana.
“Iya, Bun. Lana beneran capek dengan masalah ini. Rasanya seperti buruk yang datang menghampiri,” keluhnya sedih.
“Sudah malam sebaiknya kita semua beristirahat, karena besok sehabis sarapan kita harus berangkat,” kata Neneknya.
Pernyataan neneknya di iyakan oleh Lana sekeluarga, mereka masuk ke dalam kamarnya masing-masing.
*********
Walaupun sudah larut malam, mata Lana masih saja enggan terpejam. Beribu bayangan masa lalu yang dia alami selama dua tahun ini bersama suaminya berkelibat di matanya.
“Tidur … tidurlah, dia terus mensugesti dirinya untuk bisa tidur. Tetapi tetap saja matanya masih enggan terpejam. Membuatnya kesal, andai saja dia tidak putus cinta dengan Lais, andai saja tidak ada perjodohan itu mungkin saja dia sudah menikah dengan laki-laki yang selalu ada ketika dia butuhkan, bukannya terlibat pernikahan dengan laki-laki yang hanya menganggapnya sebagai asset untuk dapat kaya dengan mudah, yang hanya ingin memanfaatkannya.
“Bodoh … kenapa aku bisa sampai terlibat dengan keluarga benalu seperti mereka,” rutuknya dalam hati.
Akhirnya karena kesal tetap bisa tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sedangkan besok pagi-pagi sekali mereka harus pulang. Ada banyak yang harus dia lakukan sesampainya di rumah, dari menemui pengacara yang telah abangnya cari untuk melancarkan proses perceraiannya. Lana lantas membuka video yang di kirimkan Mbak Nur kepadanya.
Praaaaang!
Duar!
Brummmmmm ….
Terdengar suara pecahan kaca di iringi seperti suara ledakan dari ruang tamu rumah neneknya, serta di iringi dengan suara motor yang menjauh dari rumah, membuat dia terkejut setengah mati. Tanpa menunggu lebih lama dia langsung berlari membuka pintu kamarnya dan menuju ruang tamu. Ruang tamu berantakan dan di penuhi asap yang berasal dari gorden terbakar.
“Ayah …!” Pekiknya ketakutan melihat api yang mulai menyala semakin besar, membuat tubuhnya terpaku gemetar dan tidak tau harus berbuat apapun juga.
********

Bình Luận Sách (115)

  • avatar
    Yudi Soraya

    Saya mau Diamond

    1h

      0
  • avatar
    LawatiSusi

    serruuuu

    1d

      0
  • avatar
    Dicky Black

    cakep

    15d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất