logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

BAB 3

******
Harusnya, semua kebutuhan rumah tangga menjadi tanggung jawab suami, tapi kalau memang suami tidak dapat memenuhi semuanya, tidak ada salahnya istri turut membantu.
Hanya saja kadang-kadang suami-suami seperti sudah nyaman melihat istrinya kerja membantu ekonomi keluarga.
Mereka kadang seakan lupa untuk memberikan hak istri yang menjadi tanggung jawab mereka.
****
“Ini bu, ku hidangkan di atas meja ini, inilah uang anak ibu,” sahut Lana kesal.
Sambil meninggalkan ruang makan.
Membuat mata Bu Asih mertuanya melotot. Setelah beberes meja makan, Lana langsung pamitan untuk pulang.
“Bu, Pak, Kak, aku permisi,” kata Lana.
“Lho, Lana itu piring-piring belum selesai di cuci. Jangan di geletakkin gitu aja donk!” Ujar Tami sewot ketika Lana berpamitan untuk pulang.
“Kan ada Kak Tami, aku sudah masak lho kak, masak hanya untuk mencuci piring saja kakak ga mau?” jawab Lana santai.
“Aku tuh harus jaga anak-anakku,” katanya lagi.
“Terserah deh kak, aku mau pulang dulu. Bang … mau ikut barengan kan?” Tanya Lana ke suaminya.
Muka Tami merah padam menahan kesal kepada Lana, sejak ada Lana menjadi menantu di keluarga itu Tami tidak pernah ikut membantu dengan alasan harus menjaga anak-anaknya yang masih kecil.
Padahal dia memang malas harus ikut bantu-bantu urusan rumah tangga.
Selama ini sebelum ada Lana, kalau ada acara di rumah mertuanya ataupun mereka sekeluarga ada acara kumpul-kumpul, Tami memang tidak pernah membantu mertuanya.
Dia lebih senang untuk ngobrol dengan Mayang atau pun tiduran dikamar sambil bermaen hape.
Begitu pula dengan Mayang dari masih remaja dia memang tidak pernah ikut membantu ibunya untuk urusan rumah tangga.
Selain dulu memang ada yang ikut bantu-bantu di rumah.
Bisa di katakan, sebagai anak perempuan satu-satunya mayang sangat di manja oleh ibunya.
Semenjak Mbok Jem pembantu yang ada di rumah itu di boyong anaknya ke luar kota, semenjak itu pula di rumah itu pekerjaan rumah menjadi tanggung jawab Bu Asih sendiri.
Kadang Lana yang di panggil untuk membantu beberes pekerjaan rumah yang ada di situ.
“Ga usah dek, kamu duluan saja, aku mau liat mobil baru yang Kak Mayang beli,” sahut Randa.
“Terserah saja Bang, Aku pulang duluan, motor aku bawa,” jawab Lana.
“Lho, nanti aku pulang gimana dek?”
“Naek ojek saja bang, cuma bawa diri ini. Sedangkan tadi aku bawa banyak belanjaan juga bisa pake ojek,” kata Lana bergegas ke depan dan membawa motornya.
“Ka-kamu … Kurang ajar sekali, suami pake di tinggal, uangnya mana dek!” teriak Randa.
“Pake uangmu dulu, bang!” kata Lana.
*****
Lana yang sudah naek motor, langsung dengan santai meninggalkan rumah mertuanya.
Badannya capek sekali makanya dia memutuskan pulang kerumah untuk beristirahat.
Kalau tetap berda di rumah mertuanya mungkin semua pekerjaan di rumah itu dia yang akan mengerjakannya.
Sedangkan rumahnya masih berantakan, karena tadi pagi dia harus bergegas kerumah mertuanya untuk masak.
Sesampai di rumah, Lana bermaksud untuk tiduran dulu sebentar karena tubuhnya terasa sangat lelah.
Tadi malam dia begadang untuk menyelesaikan tesisnya. Selama ini Randa tidak tahu kalau Lana melanjutkan kuliahnya kembali.
Dia hanya tau kalau sebulan sekali Lana ke kota untuk menemui keluarganya di kota.
*****
Sementara Lana sedang istirahat di rumahnya, terjadi kehebohan di rumah orang tuanya Randa.
Piring-piring yang Lana tinggal di tempat cuci piring ternyata pecah karena ulah empat orang keponakannya.
Karena orang tua mereka ternyata sibuk ngobrol dan tidak memperhatikan anak-anaknya lagi.
Tangan Aldo terluka setelah menjatuhkan piring dari tempat cuci piring. Sehingga melukai tangannya.
“Kenapa piring-piring ini belum di cuci, terus mana Lana?” Tanya Bu Asih.
“Sudah pulang bu, padahal kerjaannya belum beres. Tadi tami sudah mencegahnya untuk pulang sebelum pekerjaan di sini selesai, tapi Lana tidak peduli bu,” hasut Tami sambil memasang wajah lesu.
“Huuuaaaa! Teriakan dan tangisan Aldo semakin kencang. Bu Asih jadi panik.
“Awas saja Lana, kalau Aldo kenapa-napa. Randa telpon Istrimu suruh selesaikan pekerjaan di rumah ini!” Perintahnya kepada Randa.
“Bu gimana ini, Aldo kita bawa ke Rumah Sakit saja, darahnya ga mau berhenti. Ini semua gara-gara Lana yang ga mau mencuci piring,” kata Mayang panik.
“Bener May, Lana memang kebangetan. Lihat akibatnya Aldo jadi terluka karena dia,” hasut Tami lagi kepada adek iparnya.
“Iya bawa saja, ajak suami mu atau Randa yang bawa mobilnya,” jawab ibunya.
“Sudah Ma, ini hanya luka sedikit tidak perlu panik,ini hanya tergores. Ambilkan saja kotak P3K, papa bersihkan lukanya,” kata Deon Suaminya Mayang.
“Papa ga liat darah sebanyak ini, jangan-jangan ini kena urat nadinya,” kata Mayang.
“Betul kata Deon ini hanya tergores, kamu dan ibumu tidak usah terlalu panik, sampai menyalahkan Lana,” kata Pak Budi, ayah mereka.
“Aldo, sini sama Papa,” panggil Deon sambil menarik Aldo dan membersih tangan Aldo.
Setelah di bersihkan ternyata luka di tangan Aldo tidak besar hanya tergores, bahkan dengan menggunakan plester luka, luka Aldo telah tertutup.
“Tuh kan Ma, liat hanya tergores dikit. Jangan panik sampai teriak-teriak bikin heboh orang satu rumah.” Kata Deon, sambil menunjuk tangan Aldo yang sudah di tutupi plester.
“Tetap saja semua ini salah Lana Pa, andai dia tidak meninggalkan piring-piring tanpa di cuci, tangan Aldo tidak akan terluka,” kata Mayang menunjukkan kekesalannya pada Lana.
“Mama juga salah, anak-anak tidak di perhatikan malah sibuk menghibah adek sendiri. Sekarang cepat mama bereskan piring-piring ini. Anak-anak biar papa yang jaga,” kata Deon.
“Tapi Pa ….” Protes Mayang pada suaminya.
“Tidak ada tapi-tapian, bereskan segera. Mama mau nanti bukan hanya Aldo yang terluka bisa saja Tata atau Reno yang terluka,” jawab Deon.
“Hhhhhh,” dengus Mayang sebal mendengar perintah suaminya.
Tami yang mendengar hal itu segera menyingkir membawa anak-anaknya ke luar rumah. Daripada nanti dia juga ikut di suruh membantu Mayang mencuci piring.
Sambil membereskan piring-piring yang pecah, Mayang tetap menggerutu.
Maksud hati kalau dia pulang kerumah orang tuanya dia bisa bersantai karena tidak akan mengerjakan pekerjaan rumah. Dia masih saja memendam kekesalannya pada Lana.
Bu Asih ikut membantu Mayang, tapi tidak berani untuk ngomel-ngomel karena ada Pak Budi di rumah.
“Bu, kalau besok Lana datang ibu marahi saja. Jadi orang koq ga becus kerja, kalau dia malas-malasan suruh saja Randa untuk menceraikannya,” kata Mayang pada ibunya.
“Iya, ibu saja heran apa sih yang bagus dari dia sehingga adekmu ngebet banget nikahi anak kota itu,” kata bu Asih pelan karena takut dimarahi pak Budi.
Sejak awal memang Bu Asih kurang setuju Randa menikah dengan Lana, karena menurutnya Lana dapat menjauhkannya dari Randa.
Dia takut Lana akan membawa Randa pergi meninggalkannya untuk tinggal di kota.
*****

Bình Luận Sách (117)

  • avatar
    LaeBambang

    manatapA

    11h

      0
  • avatar
    SukijanSuki

    saya baru coba semoga berhasil

    1d

      0
  • avatar
    Yudi Soraya

    Saya mau Diamond

    4d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất