logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Kencan

Hayu sudah bersiap sejak tadi dengan debaran di dada menunggu sang pengeran impian datang. Dia melirik jam tangan berkali-kali. Lalu kembali mematut diri di depan cermin, memastikan penampilannya sudah maksimal saat akan berkencan malam ini.
Saat terdengar suara mesin mobil memasuki halaman, gadis itu turun ke bawah dan mengintip dari balik pintu penghubung antara tangga dengan ruang tamu. Mamanya terdengar sedang bercakap-cakap di teras depan. Tak terlihat siapa karena terlindung partisi ruangan.
"Eh, kamu kok ada disini? Bikin kaget mama aja," kata Sarah terkejut saat mendapati putrinya sedang berdiri sambil mengintip.
"I-tu, nunggu jemputan," jawab Hayu malu-malu dan salah tingkah. Tangannya berkeringat dingin. Ini kencan pertama dengan Bayu, hingga membuatnya berdoa dalam hati semoga semua berjalan lancar.
"Yaudah pergi sana. Itu Aksa udah nungguin."
Hayu tersentak saat mendengar nama bocah itu disebut. Kenapa malah dia yang datang? Wanita itu masih mematung dengan ekspresi enggan. Bukan Aksa yang dia tunggu, tetapi orang lain.
"Sana. Kasian kalau lama nunggu!" Sarah mendorong tubuh putrinya agar segera menuju pintu.
Aksa sendiri memilih duduk di teras, sekadar berjaga jika Hayu menolak dan dia diusir dari rumah itu.
"Aku bukam mau jalan sama dia, Ma," kata gadis itu cemberut.
"Loh, terus sama siapa? Itu yang datang Aksa, kok. Sudah pergi saja, Sayang. Kamu, kan, udah dandan cantik begini," bujuknya agar putrinya mau.
Mereka sudah sepakat untuk menjodohkan Hayu dengan Aksa. Tinggal bagaimana usaha anak itu untuk meluluhkan hati putri mereka.
"Sama yang lain," rajuk Hayu.
"Pacar kamu?"
"Bukan. Baru pendekatan."
"Oh, itu xowok yang kata Aksa kamu ngambek pas jemput dia kemarin? Katanya mau dianter pulang sama pacar. Siapa?" tanya Sarah penuh selidik.
Selama ini Hayu selalu berterus terang mengenai kisah percintaannya. Mengapa sekarang malah sembunyi-sembunyi?
"Nanti aku ceritain. Sekarang mama suruh Aksa pulang. Aku gak mau jalan sama dia," pintanya dengan nada suara memelas. Biarlah dia gagal malam mingguan asal jangan pergi dengan bocah tengil itu.
"Jangan gitu. Hargai kedatangan orang lain. Kamu ini!"
Sarah menolak permintaan Hayu, lalu mendorong putrinya ke depan untuk menemui Aksa. Setelah itu, dia masuk ke dalam dan meninggalkam mereka berdua di depan.
Suaminya sedang pergi karena ada urusan sejak pagi. Maklumlah pejabat, banyak acara ini dan itu. Entah apa, Sarah tak mau terlalu mencampuri. Dia hanya mengikuti beberapa komunitas amal dan juga arisan demi menjaga pergaulan.
"Malam, Mbak," sapa Aksa ramah. Laki-laki itu berdiri dengan gagah dan menatap sang pujaan hati yang terlihat cantik malam ini.
"Ngapain kamu datang?" ketus Hayu sembari melipat tangan di depan dada dan sengaja memasang wajah galak.
"Mau ajak dinner," jawab Aksa santai sembari senyuman manis.
Menghadapi gadis yang satu ini, dia memang harus ekstra sabar. Laki-laki itu bahkan berpenampilan khusus agar terlihat dewasa seperti Bayu. Dia tahu menyukai Hayu menyukai rekan kerjanya itu.
"Tapi aku ada janji sama orang lain. Bentar lagi dia datang," tolaknya. Bersamaan dengan itu, ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk.
"Sorry, ban mobil aku bocor. Kita batal dinner."
Chat dari Bayu membuat wajah Hayu semakin cemberut karena kesal. Melihat gadisnya tampak kecewa, Aksa tahu bahwa malam ini keberuntungan sedang bepihak kepadanya.
"Ngobrol di sini aja. Gak usah jalan." Akhirnya Hayu menyerah dan duduk di kursi teras. Ponsel sudah dimasukkan ke dalam tas.
"Ya gak apa-apa, deh. Daripada aku gigit jari. Udah ganteng gini dikacangin."
Aksa sejak tadi mencuri pandang ke arah sang pujaan hati. Tanggannya gatal ingin mengusap wajah halus itu sembari bergumam kapan hubungan mereka bisa segera dihalalkan.
"Katanya mau ngobrol, tapi aku malah dianggurin. Nasib." Aksa mengusap wajah dan berpura-pura sedih. Dia berharap Hayu jadi berempati dan berubah pikiran.
"Males."
"Jual mahal banget. Awas nanti kalau kita udah sah, aku bakalan--"
"Kamu ngomong apa?" tanya Hayu tak suka. Bocah itu memang membuatnya kesal sejak awal bertemu hingga sekarang.
"Gak apa-apa. Ada cecak," jawab Aksa menunjuk ke atas. Ke arah bintang-bintang yang sedang bertaburan di langit. Jadi di mana cecaknya?
Mereka masih terdiam saat sebuah mobil memasuki pekarangan rumah. Seorang security bergegas membukakan pagar. Danu yang baru datang tersenyum ramah, disusul oleh seorang supir, yang langsung masuk lewat pintu samping.
"Loh. Aksa kok di luar? Ayo, masuk!" kata lelaki paruh baya yang masih gagah itu. Usianya sudah lewat setengah abad, tetapi masih memancarkan ketampanan. Pantas saja Hayu cantik. Itu diwarisi dari kedua orang tuanya.
"Kata Hayu mau ngobrol aja, Om. Padahal tadinya saya mau ajak jalan," jawab lelaki itu santai.
Hayu mendelik tak senang, tapi apa yang dikatakan Aksa memang benar sehingga dia tak bisa mengelak.
"Ya kalian jalan saja. Muter-muter kota. Bisa ngobrol juga di mobil. Daripada duduk disini diem-dieman," lanjut Danu.
"Papa sok tau."
Kata-kata putrinya itu membuat Danu terbahak. Ini persis dulu saat dia akan mendekati Sarah. Istrinya dulu juga menolak karena masih kuliah dan ingin fokus menyelesaikan pendidikan. Namun, berkat kegigihannya, akhirnya wanita itu luluh juga.
Sarah memang lebih lembut dari Hayu. Jadi sekalipun dulu menolak, sikapnya masih sopan. Putrinya ini berbeda, mungkin karena sempat tinggal di luar negeri, karena itu lebih terbuka dan bicara lepas.
"Ayo!"
Aksa berdiri dan mengulurkan tangan kepada Hayu. Dia sudah mendapatkan lampu hijau dari calon mertua, jadi ini tidak boleh disia-siakan. Dengan setengah hati, akhirnya Hayu menyambut uluran tangannya.
Sepanjang perjalanan mereka terdiam. Untuk menutupi kecanggungan, Aksa memutar sebuah lagu. Lelaki itu dengan percaya diri bernyanyi untuk menghibur diri. Hayu mengambil ponsel dan headset, lalu memutar lagu di play list agar tak mendengar suara Aksa yang sumbang.
"Sama calon suami kok gitu?" tanya Aksa kecewa ketika dilihatnya sang pujaan hati malah memalingkan wajah.
Merasa diabaikan, akhirnya Aksa memilih diam dan membelokkan mobilnya ke sebuah jalan. Tadinya ingin mengajak Hayu ke restoran Jepang yang diunggahnya di Instagram kemarin, tetapi batal melihat sikapnya.
Jika dipaksakan, nanti malah membuat Hayu semakin kesal. Dia bukanlah orang yang diharapkan wanita itu untuk menemani makan malam ini.
"Makan di sini?" tanya Hayu saat mereka berhenti di sebuah tenda seafood pinggir jalan.
Sekalipun begitu, tempat cukup terkenal karena rasanya memang enak. Pengunjungnya juga ramai, dan tempatnya luas.
"Kepiting saus mentega sama telur asinnya yahud," jawab Aksa sembari mencoba meraih lengan wanita itu. Dia ingin seperti pasangan yang lain, saling bergandengan tangan. Sayangnya, itu gagal.
Mereka memilih kursi yang terletak di tengah, posisi yang cukup nyaman untuk berduaan. Ada juga bagian lain yang kosong di dekat koki, tetapi tentu saja Hayu tak mau.
Hayu mulai memilih beberapa menu, dari ikan bakar, cumi goreng tepung, kerang saos dan cah kangkung. Itu belum ditambah dua porsi kepiting saus padang dan saus mentega. Malam ini dia berencana akan menguras isi dompet Aksa.
Biasanya kaum mahasiswa keuangannya terbatas. Jadi ini kesempatan Hayu untuk membalas dendam. Lagian siapa juga yang minta dia datang?
Mata Aksa terbelalak melihat pesanan itu. Dalam hati dia menghitung berapa jumlah uang di dompetnya, apakah cukup atau tidak.
"Udah?" tanya lelaki itu.
"Segitu aja cukup," jawab Hayu menahan tawa.
"Habis?"
"Liat entar."
Aksa menyerahkan daftar menu ke pelayan dan menyebutkan ulang pesanan mereka. Setelah menunggu beberapa saat, semua hidangan tersaji di meja. Mereka mulai makan, sibuk dengan piring masing-masing karena Hayu tak mau berbicara sama sekali.
Kencan macam apa ini? rutuk Aksa dalam hati.
Hayu mengambil potongan kepiting dan mencoba membukanya. Sekalipun sebagian cangkangnya sudah retak, tetap saja dia kesulitan.
"Aduh." Hayu meringis saat salah satu bagian tajam dari kulit kepiting merobek kulitnya, menyebabnya luka dengan cukup banyak darah. .
Aksa terlihat panik kemudian mengambil tissue dan membantu membersihkannya.
"Gak usah. Gak apa-apa. Kamu makan aja," tolak Hayu.
Aksa tak memerdulikan ucapan wanita itu dan tetap membalut luka itu dengan tissue, walaupun tak banyak menolong menghentikan darahnya. Lelaki itu menatap wajah sang pujaan hati dengan lekat, lalu menarik napas panjang sebelum mengucapkan sesuatu.
"Kamu inget, gak? Dulu waktu masih kecil kita main lari-larian, terus aku jatuh. Dan kamu ... nolongin."
Seketika Hayu terbelalak.

Bình Luận Sách (165)

  • avatar
    RayyanKharis

    ceritanya menarik 👍

    21/08/2022

      0
  • avatar
    DITAPUSPAADYTIA

    eleh authour akhirnya tamat terharu sama perjuangan aksa dia lelaki idaman untung akhir nya bersama dan gak ada pelakor kirain sed ending gara2 muncul si tama itu ternyata gak.lega bahagia. permasalah dapat di selesaikan bersama best 😭 cuman gak da adegan dewasa yg lebih wah doang nih kaya cerita lain 😍

    15/08/2022

      4
  • avatar
    uj4N6nY4_ikon

    sumpah bacaannya ringan dan gak bikin bosen,konfliknya juga gak berat-berat amat,bikin baper pembaca,gregetan pokoknya.Untung gak ada pelakor yang bisa memisahkan Hayu&Aksa.Mungkin karena mereka bisa memegang teguh komitmen mereka dan memupuk rasa cinta diantara mereka. POKOKNYA WAJIB BACA!!

    14/02/2022

      1
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất