logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Belanjaanya hilang lagi

SATU ATAP DUA DAPUR
BAB 4
Saat aku perhatikan lebih dekat lagi, ternyata Ibu sedang menuangkan minyak goreng ke dalam botol. Makanya selama ini minyak goreng cepat habis. Jadi ini penyebabnya. Kenapa Ibu harus diam-diam mengambilnya padahal kalaupun Ibu meminta langsung padaku pasti akan ku beri.
"Sedang apa, Bu?" ucapku mengejutkanya. Dengan tergesa-gesa Ibu langsung menyembunyikan botol minyak kedalam balik bajunya. Mungkin kaget mendengar suaraku.
"I--ini, tadi Ibu lihat ada tikus di atas kompor, jadi Ibu berniat mengusirnya," jawab ibu mertuaku gugup.
"Oh … tikus. Kirain Ibu sedang butuh apa gitu. Kok jam segini Ibu belum tidur?" Pertanyaanku  mampu membuat ibu salah tingkah. Aku pura-pura tidak tahu.
"Bukan urusanmu, sudah minggir ibu mau ke kamar," jawab ibu mertua. Dengan tergesa dia pergi sampai dia menabrak pundakku. Untung saja aku tidak jatuh.
Kulihat ibu berjalan sambil memegang baju daster bagian bawahnya. Mungkin takut minyak gorengnya tumpah. Aku sedikit tertawa membayangkan ekspresi ibu mertuaku tadi.
Kembali ke tujuan awalku yaitu mengisi air minum. Segera ku penuhi teko airku. 
Setelah penuh aku membawanya kembali ke kamar.
Karena sudah ngantuk aku putuskan untuk segera tidur. 
#############
Usai salat subuh aku menuju dapur, seperti biasa rutinitasku setiap pag, yaitu Memasak. kubuka kulkas ternyata stok bahan sudah mulai habis. Ya sudah aku masak seadanya saja. Nanti biar kuminta Mas Rudi mengantarku belanja bulanan mungkin stok sabun mandi, sampo juga yang lainya sudah hampir habis.
Kulihat ibu mertua keluar kamar seperti celingukan, wah aku punya ide. Aku bersembunyi di balik lemari besar dekat dapur yang juga digunakan sebagai pembatas antara dapur dan ruangan untuk nonton televisi.
Semakin dekat Ibu mengeluarkan botol minyak yang semalam digunakan untuk mengambil minyak goreng milikku. Berarti semalam ibu membawanya ke kamar.
Ehem … aku berdehem sehingga membuat ibu mertuaku terkejut. Dengan sigap dia langsung melempar botol minyak tadi ke balik kompor. Mungkin Ibu takut ketahuan olehku. 
"Kamu iti ngagetin aja."
"Lah, memangnya kenapa, Bu? Dari tadi saya sudah di sini kok," jawabku. Dalam hati aku tertawa melihat ibu salah tingkah.
Kulanjutkan kegiatanku, aku mau masak telur balado saja. Karena di kulkas hanya ada telur, jadi kuputuskan saja untuk membuat telur balado.
Seperti biasanya kulihat ibu mertua sangat kerepotan. Jangan ditanya di mana adik iparku, dia pasti sedang nyenyak tidur. Apalagi ini hari libur, dia pasti akan bangun siang. Ibu tak pernah mempermasalahkannya. 
Masakan sudah matang. Aku ke kamar hendak membangunkan Mas Rudi.
Loh dimana dia, kucari tak ada dimanapun. Di kamar mandi juga tidak ada. Saat aku hendak keluar kamar tiba-tiba Mas Rudi muncul dari balik pintu.
"Mas, dari mana?" tanyaku pada lelaki yang sekarang menjadi imamku ini.
"I--itu dari … dari, beli rokok, Dek!" jawab Mas Rudi. Tapi kenapa dia terlihat gugup.
"Oh, kapan kamu keluar, Mas? Kok, Adek tidak lihat." 
"Lah tadi adek kulihat sangat sibuk, jadi gak sadar, kan kalau mas keluar." 
"Ya, sudah ayo sarapan masakan sudah matang." Aku mengajak Mas Rudi sarapan.
"Mas, nanti anterin Adek belanja ya! Mumpung Mas libur,"ujarku pada Mas Rudi.
"Siap, Dek."
Segera kuselesaikan sarapanku, mumpung masih pagi jadi jalanan belum ramai.
"Sudah siap, Dek?" 
"Sebentar, Mas. Adek ganti baju dulu," jawabku. Setelah berganti pakaian, ku usapkan sedikit bedak serta kupakai lipstik tipis. Biar tidak kelihatan pucat.
"Wih, cantiknya istriku," ujar Maa Rudi saat aku mengahampirinya.
"Ah, gombal," tukasku.
"Beneran sayang."
"Sudah ayo berangkat. Mumpung masih pagi, ucapku menyudahi obrolan kami. 
"Mau kemana kalian?" tanya ibu mertuaku, saat kami hendak menaiki motor.
"Itu, kami mau ke pasar. Mau belanja bulanan." ujarku Mas Rudi.
"Barang kali, Ibu mau nitip nanti biar saya belikan." Tawarku pada Ibu.
"Tidak usah, biar nanti diantar Erna saja." Ibu menolak tawaranku.
"Ya, sudah kami berangkat dulu."
***********
Jalanan belum nampak ramai, mungkin karena ini masih agak pagi.
Sesampainya di pasar, aku segera berbelanja apa saja yang aku butuhkan. Sebelumnya aku sudah mencatat apa-apa saja yang perlu kubeli. Jadi bisa menghindari lapar mata.
Aku lebih suka belanja banyak sekalian karena menurutku lebih hemat, selain itu harganya pasti juga lebih murah."
Setelah semua belanjaan sudah ku beli. Kami memutuskan untuk pulang. 
"Dek, beli es dawet dulu, ya, Mas haus," ucap mas Rudi sambil mempraktekan mengelus lehernya. 
"Iya, terserah, Mas saja!"
Memang cuaca sedang terik. Dan minum es dawet ini rasanya segar sekali. Tak lupa kubungkuskan untuk Ibu juga Erna.
Tak terasa sudah sampai di rumah. Saat lewat depan ruang tv, kulihat ibu mertua sedang santai depan televisi. 
"ini, Bu, tadi kami membelikan Ibu es dawet." 
"Ya, taruh saja di meja." Kuletakkan bungkusan es di meja samping ibu mertuaku duduk.
Segera kuletakkan kantong belanjaanku. Lelah juga. Ku berlalu ke kamar, hendak berganti pakaian. Kuganti pakaianku tadi dengan baju kebesaran sebagian ibu-ibu yaitu daster.
Usai ganti baju kulihat Mas Rudi juga sedang bersantai di depan rumah. Kuhampiri dia. 
"Sedang apa, apa Mas?" tanyaku.
"Tidak ada, Dek. Hanya mau bersantai saja." Aku ikut duduk disamping suamiku. Aku hampir saja kelupaan. Aku belum menata belanjaanku.
"Mas, aku ke dalam dulu. Mau menata belanjaan tadi," pamitku pada Mas Rudi.
Segera aku buka satu per satu kantong belanjaan ku tata semuanya. Saat hendak menata perlengkapan mandi dan cuci aku terkejut, karena sampo dan pasta gigi kok tidak ada, sudah kucari tetap tidak ada. Tidak mungkin, kan kalau aku lupa. Padahal seingatku semua sudah kubeli. Kucari nota belanjaan mencoba mencocokannya. Disini ada semua, tapi nyatanya barangnya kok, tidak ada. Atau mungkin terlupa belum dimasukkan.
Lelah aku mencari, akhirnya kubiarkan saja. Mungkin terlupa belum dimasukkan. 
Setelah semua belanjaan sudah beres kutata. Aku memutuskan untuk memasak makan siang, karena tadi pagi aku hanya masak sedikit, jadi sudah habis buat sarapan tadi. Aku mengeluarkan ikan bandeng yang sudah ku marinasi sebelumnya. Aku berencana membuat sambal terasi sebagai pendamping ikan goreng. 
Tiba-tiba aku kebelet pipis. Kumatikan kompor kutinggal pipis sebentar. Aku putuskan untuk masuk kamar mandi yang ada di samping dapur. Kamar mandi ini yang dipakai ibu. Disini kebetulan ada dua kamar mandi, dan kamar mandi yang satunya adalah yang ada di kamarku.
Saat hendak mengambil gayung untuk menyiram. Mataku membulat, melihat sampo dan juga pasta gigi baru, ada di kamar mandi. Bukankah ini belanjaan yang tadi kubeli. Ibu biasanya tidak memakai sampo merek ini. Pasta giginnya pun sama persis dengan punyaku.
Apa jangan-jangan ibu yang nengambilnya.
bersambung ....

Bình Luận Sách (39)

  • avatar
    Slamet Budiono

    jadi ga sabaran kelajutanya suka banget ceritanya kehidupan rumah tangga bikin jengkel sm mertuanya bikin yng berani tu mantunya biar ga dizollmi terus biar mertuanya takut 👍👍👍👍jangan terlalu lama nunggu kelanjutanya sukses mantap sekaleeee

    21/01/2022

      4
  • avatar
    MirulBotak

    good

    14d

      0
  • avatar
    TriyanaRiska

    jadi ngga sabar cerita berikutnya

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất