logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

HATI YANG TERLUKA

BAB 3
HATI YANG TERLUKA
"Mas Abimanyu!" ujar Zha lirih. Dia tampak sangat terkejut. Untuk sesaat, dia tertegun. Pandangan mereka saling bersiborok. Hendra memandang mereka dengan trenyuh.
“Zha, jangan diam saja! Katakan sesuatu!” ujar Abimanyu sembari menatap Zha sendu. Zha menunduk. Dia tak berani menatap wajah Abimanyu. 
“Zha!” panggil Abimanyu lagi. 
“Zha, pergilah! Selesaikan masalahmu dengan Abimanyu!” ujar sang Paman sembari mengusap lengan Zha. Zha menatap pamannya sejenak. Setelah mendapat anggukan, dia pun baru berani melangkah.
“Zha!” panggil sang Paman saat Zha baru beberapa langkah.
“Iya, Paman! Ada apa?” tanya Zha.
“Ambil ini!” ujar Hendra sambil menyerahkan dua lembar uang berwarna merah ke dalam genggaman tangan Zha. Zha menerimanya dengan terharu.
“Terima kasih, Paman!” ujar Zha.
“Bim, Paman titip Zha, ya!” ujar Hendra. 
“Iya, Paman! Kami pergi dulu!” 
Dengan mengendarai sepeda motornya, Abimanyu membawa Zha ke taman di dekat pasar. Mereka duduk berdampingan di kursi panjang yang menghadap air mancur. Untuk beberapa lama, mereka sama-sama terdiam. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.
“Zha!” panggil Abimanyu akhirnya sembari menatap Zha. Zha menoleh. Untuk sesaat, mereka kembali saling bertatapan, namun sesaat kemudian, Zha segera menunduk. Dia tidak memandang mata sang kekasih yang sarat akan luka.
“Kenapa kamu melakukannya?” tanya Abimanyu lirih.
 “Maaf, Mas! Aku harus melakukannya!” sahut Zha lirih.
“Tapi kenapa?” tanya Abimanyu lagi.
“Ada hati yang harus aku jaga, Mas!”
“Dengan mengorbankan hatiku?” tanya Abimanyu lagi. Zha kembali menatap mata sang kekasih. Ralat, mantan kekasih. Hatinya bagaikan teriris sembilu kala menatap mata sang kekasih yang berkaca-kaca. Tanpa sadar, air matanya pun turut luruh membasahi pipi.
“Buatku, hati pamanlah yang terpenting!” sahut Zha dengan tegas seraya mengusap air matanya.
“Apa tidak ada cara lain?” Zha menggeleng.
“Lalu, bagaimana dengan hatimu?” tanya Abimanyu lagi.
Zha menghela napas panjang sejenak. Dibiarkannya semilir angin membelai wajahnya.
“Aku gak perduli dengan hatiku. Paman sudah banyak berkorban untuk aku. Jadi, sekarang waktunya aku membalas pengorbanannya,” sahut Zha sambil menerawang. Abimanyu terdiam. Dia mencoba mencerna ucapan Zha.
“Apa kamu bisa bahagia menikah dengan orang yang tidak kamu kenal?” tanya Abimanyu lagi.
Zha tersenyum miris. Bahkan, dia belum memikirkan sejauh itu.
“Kebahagiaan bisa hadir dimana saja! Aku pasrah dengan takdir Tuhan! Aku yakin, jika ini memang takdir yang Tuhan gariskan untuk aku.”
“Lalu, bagaimana dengan aku?” tanya Abimanyu lagi.
“Aku yakin, suatu saat nanti, Mas Abimanyu pasti akan bertemu dengan wanita yang benar-benar mencintai kamu,” sahut Zha.
“Tapi cintaku hanya untuk kamu, Zha!” 
“Lupakan aku, Mas! Aku sudah menjadi milik orang lain!” sahut Zha lirih.
“Belum. Selama janur kuning belum melengkung, aku akan memeperjuangkan kamu!” sahut Abimanyu mantap.
“Jangan, Mas! Aku tidak pantas untuk diperjuangkan!”
“Aku sedang berjuang untuk cintaku, Zha! Aku tidak bisa menyerah begitu saja!”
Zha memejamkan matanya. Untuk sejenak, dia menikmati semilirnya angin yang berhembus.
“Mas!” panggil Zha. Abimanyu menoleh dan menatap Zha dalam.
“Jika kamu benar-benar sayang sama aku, tolong, lepaskan aku! Ikhlaskan aku!” ujar Zha sambil berkaca-kaca.
“Apa kamu tidak mau diperjuangkan?” Zha menggelengkan kepalanya dengan tegas.
“Aku sudah membuat pilihan, Mas. Jadi, apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur!” sahut Zha mantap.
Abimanyu kembali menatap mata bening gadisnya. Gadis polos dan sederhana, gadis impiannya untuk menjadi ibu dari anak-anaknya kelak.
“Baiklah, jika memang itu pilihanmu. Tapi ingat, jika suatu saat kamu tidak sanggup menjalaninya, katakan padaku. Aku akan datang dan membawamu pergi!” ujar Abimanyu mantap.
Zha tak berani menanggapi ucapan Abimanyu. Semoga saat itu tak akan pernah datang, harapnya. Meskipun dia mencintai Abimanyu, namun Zha tetap berharap dia hanya menikah sekali saja. Sekali untuk seumur hidup.
*****
“selamat sore, Pak Hendra!”
“Selamat sore, Bu Danita! Tumben, Ibu kesini. Ada apa, ya?” tanya Hendra heran.
“Bagaimana tokonya? Lancar?” tanya Danita.
“Alhamdulillah, Bu! semua berkat kebaikan keluarga Ibu!” sahut Hendra.
Danita mengamati toko grosir tersebut. Barang-barang yang dijual semakin lengkap dan beragam.
“Mana Zha? Bukankah biasanya dia membantu di toko ini?”
“Iya, Bu,tapi tadi masih ke luar sebentar. Nah, itu dia datang!” ujar Hendra.  
Menyadari keberadaan sang calon mertua, Zha bergegas menghampiri wanita paruh baya tersebut, lalu mencium punggung tangannya takzim.
“Pak Hendra, saya pinjam Zhanya, ya! Nanti malam saya kembalikan!” ujar Danita.
“Iya, Bu! silahkan!” sahut Hendra.
“Ayo, Zha!” ujar Danita.
“Em ... apa tidak sebaiknya saya pulang dulu, Bu? seharian saya di toko ini. Izinkan saya mandi dan berganti pakaian dulu!” ujar Zha sopan. 
“Gak perlu, nanti mandi di rumah Mama saja! Ayo!” ajaknya, lalu melangkah meninggalkan toko tersebut. Zha pun segera mengikuti langkah sang calon mertua masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya.
“Kamu kenapa duduknya jauh gitu?” tanya Danita.
“Maaf, Bu! Saya bau keringat!” sahut Zha lirih. Danita terkekeh geli mendengar jawaban Zha.
“Pak Agus, kita langsung pulang ya!” ujar Danita kepada sopirnya.
“Iya, Bu!” sahut Agus, sang sopir pribadi. Selang tiga puluh menit kemudian, mereka sudah di kediaman Danita. Zha memandang rumah itu dengan takjub. Rumah yang sangat indah dan megah. Rumah itu pun juga sangat luas dan berlantai dua.
“Bi! Bibi!” panggil Danita saat memasuki rumah. Dengan tergopoh-gopoh, Bi Siti menghampiri snag majikan.
“Iya, Bu, ada apa?” sahut Bi Siti.
“Kenalkan, ini calon istri Revan, namanya Zha. Sekarang, antarkan dia ke kamar tamu dan berikan pakaian yang sudah kamu siapkan tadi!” perintah sang majikan.
“Baik, Bu! Mari, Non, ikut saya!” ujar Bi Siti. Zha menatap sang calon mertua. Setelah mendapat anggukan, Zha segera mengikuti langkah Bi Siti menuju kamar yang dimaksud.
“Silahkan masuk, Non!” ujar Bi Siti usai membuka pintu. Zha mengamati kamar tersebut. Kamar yang sangat luas, bahkan ukurannya dua kali dari ruang tamu di rumah pamannya. Desainnya pun cantik tapi elegan menunjukkan kelas sang pemilik.
Setelah Zha masuk ke dalam kamar tersebut dan puas mengamati, Bi Siti segera melangkah menuju almari.
“Non, ini pakaian ganti untuk Nona!” ujar Bi Siti sopan. Zha menghampiri almari tersebut dan menatapnya takjub. Disana, banyak tergantung pakaian yang sangat banyak. Perlahan, Zha menyentuh pakaian tersebut. Bahannya terasa sangat lembut di kulit. Pasti mahal, pikirnya.
“Ini punya siapa, Bi?” tanya Zha.
“Ya punya Non Zha, memangnya punya siapa lagi?” sahut Bi Siti.
“Apa? Jangan bercanda, Bi!” 
“Saya gak bercanda, Non! Ibu yang menyuruh saya menyiapkan ini semua! Kata Ibu, ini nanti akan dipakai non kalau sewaktu-waktu berkunjung kesini, seperti ini!” sahut Bi Siti.
“Semua ini?” tanya Zha tak percaya.
“Iya, Non! Lihat itu!” ujar Bi Siti sambil menunjuk meja rias.
“Itu paket make up lengkap juga sudag disiapkan! Non Zha tinggal pakai saja!” ujar Bi Siti.
Perlahan, Zha mendekati meja rias tersebut. Seumur-umur, Zha belum pernah memiliki peralatan make up selengkap ini.
“Non, Bibi tinggal dulu, ya! Silahkan bebersih badan dulu!” ujar Bi Siti, lalu meninggalkan Zha sendirian. Zha kembali mengamati kamar tersebut. Setelah puas mengamati, dia segera menuju almari dan memilih pakaian yang akan dia kenakan. Zha merasa bingung karena semua pakaian ini sangat bagus. Akhirnya, Zha memilih gaun polos berwarna biru dengan motif sederhana. Setelah itu, dia segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
Setelah menyelesaikan ritualnya, Zha segera keluar dari kamar tersebut. Zha tampak mengamati sekeliling. Suasana rumah terasa sangat sepi.
“Mama!” tiba-tiba, sebuah suara mengagetkannya.

Bình Luận Sách (80)

  • avatar
    MardianaDina

    cerita nya bagus saya suka baca nya

    29/07

      0
  • avatar
    kayukuiki

    aku mau diamond gratis soal nya diamond ku jadi nol karena diambil orang yang tidak dikenal karena dia mempu nyai diamond dia jadi sultan

    29/07

      0
  • avatar
    Alfaijin Ramadhan

    100

    28/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất