logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 5 Pesan Masuk

Happy reading ❤
"Ini sudah malam. Kenapa baru pulang?" Suara bariton Bagas mengagetkan Seruni, yang baru saja memfokuskan matanya terhadap cahaya lampu yang tiba-tiba menyala.
"Belanja," ucap Seruni datar. Memperlihatkan kedua tangannya yang terdapat dua kantong kresek belanjaan.
"Sampai semalam ini?" protes Bagas.
"Makan di luar juga." Melenggangkan kaki-kakinya meninggalkan Bagas, Seruni menuju dapur. Lalu, meletakkan barang bawaannya di atas meja makan dekat kulkas.
"Bersama pria, maksudmu?" Merasa ditinggalkan, Bagas pun menyusul Seruni ke dapur.
"Dia tetangga kita, Mas. Pun nggak sengaja ketemu. Lagi pula ia hanya mengantarku pulang, tidak lebih. Jadi, jangan bawa-bawa orang lain dalam pembicaraan ini." Seruni mengeluarkan barang belanjaannya satu persatu dari kantong plastik.
"Sepulang dari rumah Ibu, aku nggak langsung ke rumah ini." Seruni berbicara teramat pelan sambil memasukan bahan makanan ke dalam kulkas. "Aku mampir dulu ke taman kota ... untuk menghilangkan penat."
Mendengar ucapan Seruni membuat Bagas yang tadinya hampir tersulut emosi jadi tak jadi. Ia malah merasa bersalah.
"Maaf." Bagas menyentuh pipi Seruni lembut dan hati-hati. "Sepertinya kamu benar-benar terlihat penat ...." lanjut Bagas dengan suara serak, sambil memindahkan jari-jarinya ke dahi sang istri. Lalu, memijatnya kecil-kecil.
Seruni menatap Bagas dengan hati yang sedih. Sudah lama suaminya tak bersikap seperti ini. Hatinya tersentuh.
"Mas terlalu acuh, ya?"
Air mata Seruni hampir saja meluncur, jika ia tidak segera menatap langit-langit rumah.
"Sepertinya dugaan, Mas memang benar ...." lirih Bagas hampir tercekat. Ia menarik tubuh rapuh sang istri. Membenamkan wajah cantik itu kedalam dekapan dadanya. Tangis yang sedari tadi Seruni tahan pun luruh sudah. Rasa sesak di dada, kekecewaan serta gundah gulana yang menderanya hampir setiap hari bersatu dengan tangisnya yang memilukan.
"Maafkan, Mas ya, Run. Maaf ...." Bagas mengeratkan pelukannya. Mereka berpelukan hingga tengah malam buta.
####
Seruni ingin beranjak dari kasurnya, ia ingin melaksanakan ibadah salat subuh. Wanita itu harus bersiap-siap sebelum masjid terdekat dari rumahnya menyerukan azan. Namun, tangan kekar Bagas masih betah membelit pinggangnya. Alhasil, ia kesulitan untuk bangun.
Menepuk-nepuk tangan Bagas agar sang empunya bangun. Namun, tak berhasil. Sang suami malah mengeratkan belitannya.
"Mas bangun, udah mau subuh," ucap Seruni yang kini beralih menepuk-nepuk pipi Bagas agar suaminya membuka mata.
"Sebentar lagi, ya .... "
Bagas malah menyerukkan kepalanya pada leher Seruni. Hingga napas Bagas pun dirasakan oleh wanita itu.
"Nanti keburu telat, Mas. Nggak baik menunda-nunda salat," bujuk wanita itu pada Bagas.
"Lima menit lagi," tawar Bagas masih dengan memejamkan mata.
"Nggak ada tawar menawar. Mas harus siap-siap ke masjid."
"Iya. Iya. Mas bangun," gerutu Bagas memonyong-monyongkan bibirnya, seperti anak kecil yang sedang merajuk karena tidak mau dibangunkan untuk pergi sekolah pagi-pagi sekali.
Seruni yang melihat pun hanya tersenyum lucu melihat tingkah suaminya yang ajaib.
"Jangan lupa dapatkan saf pertama, ya, Mas!" tegas Seruni pada Bagas yang kini sudah siap akan pergi ke masjid.
"Iya. Assalamualaikum," pamit Bagas pada Seruni masih di dalam kamar.
Seruni tidak mengantar sampai depan pintu, karena ia juga akan bersiap menunaikan salat subuh.
"Waalaikumsalam."
####
Setelah salat subuh berjamaah di masjid, Bagas tidak langsung pulang. Pria itu akan melanjutkan untuk mengikuti kajian subuh. Jadi, Seruni masih punya waktu untuk membereskan kamar.
"Assalamualaikum."
Bagas baru sampai rumah jam tujuh pagi. Ia terlambat karena saat di perjalanan ia bertemu dengan Pak RT, beliau menyuruh pria itu untuk mampir ke rumahnya hanya untuk berbincang-bincang ringan.
"Waalaikumsalam, Mas," jawab Seruni. Wanita itu membawa secangkir teh melati hangat untuk disuguhkan kepada suami. Sejak dulu, Bagas sangat menyukai teh melati, karena khasiatnya yang sangat bagus bagi kesehatan, seperti kesehatan hati, membantu turunkan risiko diabetes dan masih banyak khasiat baik lainnya. Jadi, sudah rutinitas Seruni untuk selalu menyajikannya.
"Udah bikin sarapan belum?" ucap Bagas sambil sesekali menyeruput tehnya.
"Belum. Seruni lupa tanya tadi subuh pada, Mas mau di bikinin apa."
"Ya udah Nggak perlu bikin, Run. Kita cari makan di luar saja, yuk? Sekalian olah raga pagi," ajak Bagas pada Seruni.
"Ayo, Mas. Sebentar ya, Seruni ganti baju dulu."
"Ok. Mas juga mau ganti baju, tapi habisin teh ini dulu."
Seruni dan Bagas berjalan kaki menuju ujung gang rumahya sebelah kiri. Di sana terdapat lapang yang luas, juga banyak pedagang yang menjual sarapan, seperti penjual ketoprak, nasi uduk, bubur dan masih banyak makanan lainnya.
Lumayan banyak juga orang yang datang ke tempat ini. Ada yang berolahraga pun ada yang hanya sarapan saja. Bagas memutuskan untuk lari mengelilingi lapangan terlebih dahulu. Sebanyak dua putaran. Seruni tak ikut lari karena ia sedang hamil, jadi wanita itu hanya berjalan kaki saja.
Setelah selesai dengan olahraga. Mereka berjalan menghampiri sekumpulan pedagang. Seruni memilih bubur dan Bagas memilih nasi uduk untuk sarapannya.
Mereka memakan sarapannya di pinggir lapangan sambil sesekali memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.
"Mau nambah?"
"Mau," ucap Seruni menunjukan cengiran yang membuat gigi-giginya terlihat.
"Bubur lagi?"
"Ketoprak saja, Mas, tapi jangan pake timun."
"Siap. Kalau begitu, Mas pesan dulu, sekalian mau bayar juga. Kamu duduk di sini saja."
Sebagai jawaban Seruni hanya menganggukan kepala.
####
Sampai rumah Seruni dan Bagas membagi tugas pekerjaan. Seruni bertugas mencuci pakaian, menyapu lantai dan menyetrika. Sedangkan Bagas menjemur, mengepel dan mengurus halaman rumah. Hingga jam dinding menujukan pukul sebelas mereka selesai mengerjakannya. Rumah sudah rapih dan bersih.
Mereka beristirahat sebentar sambil menunggu azan berkumandang.
Dret! Dret! Dret!
Getaran ponsel di nakas samping tempat tidur menghentikan langkah Seruni yang akan berniat naik ke ranjang. Wanita itu melirik ke nakas. Di sana ada ponsel Bagas dan ponselnya.
Mendekati nakas, ia lihat ternyata ponsel Bagas yang bergetar dan muncul satu buah notifikasi pesan masuk dengan nama Melati serta isi pesan yang dapat terlihat di layar utama ponsel pria itu.
[Aku rindu]
Jantung Seruni seakan berhenti berdetak, seolah-olah direnggut oleh tangan tak kasat mata. Hatinya mencelos. Perih.
Siapa wanita bernama Melati? Ada huhungan apa mereka berdua? Mengapa bisa berkata rindu pada suaminya?
Seruni pusing. Kepalanya berdenyut sakit. Ia hampir saja kehilangan kesadaraanya saat ada tangan yang sigap memegang bahunya dan suara sang suami yang mampir di telinga.
"Kamu kenapa? Kamu sakit, Run?"
"Run. Hei. Jawab!"
Tubuh Seruni ambruk, untung saja Bagas cepat menahannya. Pria itu membopong dan membaringkan istrinya di kasur. Sedikit mengguncang bahu sang istri.
"Run, bangun."
Seruni mendengar suara Bagas tapi ia tak mampu tuk sekedar membuka mata. Tubuhnya benar-benar tak berdaya.
Bersambung ....

Bình Luận Sách (215)

  • avatar
    Jupe New

    seru sekali

    12d

      0
  • avatar
    Dwi Erna

    bgus bgt

    15d

      0
  • avatar
    FebriyawanFeri

    good

    21d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất