logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 32 BANGKU KEHIDUPAN

Keesokan harinya dikantor polisi, Tuan Sung bersama Kim Man Soo dan Ahn Se Jong. Kedatangan hari ini untuk memberikan keterangan lebih lanjut mengenai kasus kejadian kemarin perihal tempat pertarungan ilegal. Perkara lanjutan setelah olah tempat kejadian perkara yaitu seperti judi, narkoba dan penculikan. Detektif Choi masih mencoba untuk mengintrogasi Gordon yang ternyata beridentitas warga negara asing dari China. Sementara waktu dia ditahan atas penyalahgunaan narkoba dan kaki tangan dari tersangka utama.
Berhubung Gordon tidak buka mulut saat berada diruang introgasi. Kasus ini semakin panjang karena para tersangka utama yang belum tertangkap. Detektif Choi sudah berusaha menutup akses keluar penerbangan untuk mereka tapi ada kemungkinan para pemilik pertarungan itu kabur melalui jalur laut. Walaupun begitu, Detektif Choi sudah mendapatkan identitas orang-orang penting yang terlibat berkat keterangan Kim Man Soo.
Tuan Sung mendampingi Jung Jae Ha saat memberikan kesaksian mengenai keberadaan dirinya yang ikut pertarungan ilegal. Serta hubungan seperti apa yang dimilikinya dengan orang-orang itu.
"Jadi kau pernah bergabung dengan kelompok ini dan memutuskan untuk mengakhirinya?! Aku masih tidak paham maksud dari omonganmu." Ucap Detektif Choi dalam ketidakpahaman.
"Iya itu tujuanku. Aku sudah lama tidak datang ketempat itu. Tujuan taruhanku ditempat itu untuk mengakhiri semuanya. Termasuk melepas tatoo dihadapan mereka." Ucap Jung Jae Ha memberi penjelasan lagi.
"Kenapa harus didepan mereka? Bukankah kau bisa menghapusnya ditempat pembuatan tatoo?" Sindir Detektif Choi. Ia masih tidak mengerti latar belakang tujuan bocah ini.
"Tentu saja lebih mudah begitu bukan? Tapi kehidupanku jelas tidak akan berubah. Karena itu aku melakukannya tepat dihadapan mereka dengan aturan mereka.Termasuk orang itu! Hae Dan Su! Mungkin terdengar konyol bagimu Detektif Choi. Tapi diluar sana banyak aturan tidak mendasar yang bukan anda pelajari. Hukuman ini sudah jelas yaitu mati dengan cara yang paling menyakitkan." Jelas Jung Jae Ha dengan penekanan.
"Jadi mereka juga bersedia membunuh orang?! Kenapa kau tidak melaporkan hal ini pada kami?" Tegas Detektif Choi.
"Hmp! Bukan seperti itu! Apa anda tahu berapa anggota yang dimiliki oleh ESP? Bukan main, mereka bahkan punya kolega. Bisa saja salah satunya ada disini. Anda bahkan kehilangan mereka bukan? Apa Gordon masih tidak buka mulut dan mengambil semua tanggungannya? Detektif Choi, anda harus lebih berpikir seperti predator jika ingin menangkap pemangsa." Dengusnya. Jung Jae Ha memajukan badannya hingga menempel ke bagian sisi meja. Menaruh kedua tangannya diatas meja. Sekali lagi Ia memberikan penjelasan tegas, mengetuk-ngetukan jari telujuknya kemeja sembari menatap tajam kearah Detektif Choi.
"Detektif Choi! Jung Jae Ha bersedia memberikan keterangan tertulis yang lebih jelas. Jika itu memungkinkan anda bisa menunggunya. Selain itu, Saya akan memberikan berkas ini kepada anda." Tuan Sung langsung menyalip setelah penjelasan Jung Jae Ha selesai. Ia melihat Detektif Choi tertekan oleh bocah ini. Sedangkan bocah ini seperti bisa meledak kapan saja. Waktunya mengakhiri perbincangan langsung diantara mereka berdua.
"Ehem! Berkas apa ini?" Detektif Choi mengalihkan padangannya dari Jung Jae Ha. Dadanya merasa tertekan oleh sesuatu dan tenggorokan yang tiba-tiba kering. Ia-pun memilih menarik berkas yang diberikan Pengacara Sung.
"Keterangan dari Kim Man Soo. Mantan anggota kelompok. Anda mungkin harus menyelidikinya mulai dari berkas-berkas ini. Saya percayakan semuanya pada anda, Detektif Choi." Jawab Tuan Sung secara kognitif.
Mereka bertiga keluar dari ruang introgasi dan berjalan kelorong utama. Disana terlihat Ahn Se Jong sedang menandatangani pengambilan barang. Tertulis pengambilan barang ponsel dan mobil miliknya. Tuan Sung menghampiri Ahn Se Jong diikuti oleh Jung Jae Ha dengan raut wajah kusutnya.
"Sudah selesai? Dimana Kak Man Soo?" Tanya Tuan Sung berdiri disamping Ahn Se Jong.
"Ya! Dia mengangkat panggilan diluar." Jawab Ahn Se Jong datar dan melirik sinis kearah Jung Jae Ha.
"Pengacara Sung, mereka sudah boleh pulang. Tapi sepertinya, kita masih harus saling berhubungan sampai kasus ini selesai." Jelas Detektif Choi yang berjalan mendekat kearah Pengacara Sung
"Tentu saja. Anda bisa menghubungiku kapan saja." Ucap Tuan Sung hangat sambil mengulurukan tangannya.
"Hm! Terimakasih!" Detektif Choi menjabat tangan Pengacara Sung.
Setelah semua keterangan mereka terselesaikan dengan baik. Tuan Sung beserta kedua pria ini Ahn Se Jong, Jung Jae Ha berpamitan pulang dari kantor kepolisian. Diluar telihat Kim Man Soo masih menanggalkan ponselnya ditelinga. Dia tersenyum sambil berbincang ditelepon. "Ye Ina~ kamu ingin makan sesuatu? Biat Ayah belikan diperjalanan pulang. Ayam goreng pedas? Ok! Akan Ayah belikan. Bisa tanyakan kakakmu ingin makan apa? Ah~ kakakmu bilang begitu? Hahahaaa.. ok, Ayah ngerti. Hmm~ Ayah akan pulang sekarang. Saranghae anakku." Mengakhiri panggilannya.
Kim Man Soo melirik kearah belakang dan kedapatan Tuan Sung yang berdiri disana juga kedua bocah lainnya. Dia berjalan kearah Kak Man Soo dan memijat sebelah bahunya sambil tersenyum. Nampaknya permasalahan sudah selesai tertangani oleh Pengacara Sung. Tapi kenapa raut wajah kedua bocah ini malah bertolak belakang saling membuang muka satu sama lain. Apa ada hal yang terjadi diantara mereka? Pikir Kim Man Soo dengan tatapan mata yang terfokuskan kearah mereka berdua.
Tuan Sung menyadari suasana bersitegang diantara mereka dan berusaha mencari penyelesaiannya. Benar, sudah saatnya mereka saling berbicang perihal semua yang terjadi. Semoga saja berjalan sesuai harapan, pikir Tuan Sung. "Ehem! Jadi kalian berdua..." Dalam sekejap ditampar oleh realita. Jung Jae Ha melangkah pergi menuruni beberapa anak tangga dan meninggalkan mereka disana.
Lagi-lagi Ahn Se Jong bergerak sesuai emosinya. Dia berlari mengejar Jung Jae Ha lalu mencengkram kuat bahunya, membuat pria itu berbalik menghentikan langkahnya. "Pergi bicara denganku sekarang! Tenang saja, aku tidak berharap permintaan maaf darimu." Jelas Ahn Se Jong secara to the point.
*
Diperjalanan pulang menuju tempat tinggal Kim Man Soo. Tuan Sung meminggirkan mobilnya dan menunggu Kak Man Soo membeli ayam goreng pedas. Disebrang kanan, Tuan Sung melihat toko pizza dan memutuskan untuk membelinya. Kim Man Soo lebih dulu selesai membawa dua bungkus ayam goreng pedas ditangannya, berpapasan dari arah sebrang Ia melihat Pengacara Sung keluar dari toko Pizza sambil membawa satu bungkus pizza berukuran besar.
"Pengacara Sung, apa kau seorang penggemar pizza? Kenapa beli pizza sebesar itu?" Sindir Kim Man Soo yang melihat pria itu membuka pintu mobil sembari memegang pizza. Ia-pun ikut masuk kedalam mobil.
"Ah ini? Tentu saja aku beli sebagai hadiah kunjungan kerumahmu. Bagus bukan? Daripada bunga tidak bisa dimakan. Justru pizza lebih baik!" Tuan Sung menjawab dengan santai dan menaruh Pizza-nya dibagian kursi belakang. Begitu juga ayam goreng yang dibawa Kak Man Soo.
"Dasar bocah gila! Apa itu akan cepat basi?" Sindir Kim Man Soo sekali lagi.
"Tidak, Hyung (kakak) bisa menyimpannya sampai beberapa hari. Hanya perlu dipanaskan saja. Aku memilih hadiah dengan baik bukan?" Dengus Tuan Sung karena merasa lucu mendengar pertanyaan pria tua ini.
"Hahh..cepat majukan saja mobilnya! Ayam gorengku nanti dingin." Helaan napas panjang karena merasa bodoh dengan pertanyaannya sendiri. Ia-pun mengelak dan mengalihkan pembicaraan yang hanya akan mempermalukan diri sendiri.
Sesampai disamping halaman rumah Kim Man Soo. Anak-anak terlihat sedang sibuk mengerjakan sesuatu dibangku kayu berukuran besar didepan rumah. Kami berdua turun dari mobil dan berjalan menghampir mereka, membawa jinjingan makanan untuk Ye In - Ye An. Mereka berdua masih belum menyadari kehadiran Ayahnya juga Tuan Sung. Entah apa kesibukan mereka, dari jarak yang cukup dekat tetap nampak kedua punggung dan bukannya kedua wajah. Sampai akhirnya Kim Man Soo berteriak kencang memanggil kedua anaknya.
"Anak-anak~ Ayah pulang! Kalian berdua sedang ngapain hm?" Sapa Kim Man Soo sangat semeringah.
"Oh! Appa~ (Ayah). Dimana ayam goreng pedasku? Apa ini? Wahhhh....terlihat sangat enak." Teriak Ye In melompat dari atas bangku dan berlari menghampiri Ayahnya.
"Ye Ina~ Ayah baru saja pulang dan kamu lebih memilih menyapa ayam goreng daripada ayahmu?" Rengek pria tua ini, Kim Man Soo.
"Artinya Ye In sudah tumbuh besar, Hyung!" Sindir Tuan Sung.
"Ye In masih terlihat bayi dimataku. Kim Ye In, apa kamu tumbuh besar tanpa sepengetahuan Ayah?" Mengelus kepala putrinya.
"Ayah ini ngelantur apaan sih...Berikan ayam gorengnya." Kim Ye In mengerutkan dahinya dan merebut kedua bungkus ayam goreng yang ada ditangan ayahnya.
"Apa kau Ye An, bisa bantu paman meletakkan ini?" Tuan Sung tersenyum kecil melihat tingkah ke kanak-kanakan Kak Man Soo. Ia-pun memanggil pria kecil yang duduk sambil menyipitkan matanya kearah mereka berdua (Kak Man Soo- Ye In).
"Ah, Iya! Biarku bantu. Kenapa bungkusnya besar sekali?" Ye An terkejut karena seseorang memanggil namanya dan merespon cepat dengan membantu paman ini.
"Oh, ini pizza. Paman beli untukmu dan Ye In. Apa terlalu berlebihan?" Ucap Tuan Sung atas pertanyaan Ye An dan membuka bungkusan Pizza didepan mereka berdua.
"Oh! Pizza? Wahhh....apa paman benar-benar membelinya untuk kami?" Respon Ye In merasa senang saat melihat jajaran potongan pizza didepan matanya.
"Tidak-tidak. Terimakasih paman! Akan ku makan dengan baik. Kim Ye In, cepat ucapkan terimakasih pada paman!" Ye An bersikap sopan sebagai seorang kakak.
"Terimakasih paman! Akan ku makan dengan baik juga." Jawab Ye In menuruti ucapan Kakaknya.
Mereka berdua sangat lahap memakan semua makanan ini. Tuan Sung tersenyum layaknya seorang paman yang melihat keponakannya tumbuh besar dengan baik. Kim Man Soo masuk kedalam rumah mengganti pakaiannya sembari mencari seseorang. Benar juga, dari tadi Tuan Sung tidak melihat istrinya Kak Man Soo. Kemana dia?
"Ye Ana~ Ibumu pergi kemana? Paman tidak melihatnya." Tanya Tuan Sung ikut memakan pizza bersama mereka.
"Ibu pergi kerumah Bibi Sun Jong. Katanya Ibu ingin membantu Bibi untuk menggali kerang." Jawab Ye An bersikap sopan sambil menghalangi mulutnya karena sibuk mengunyah pizza.
"Oh~ Ye Ana, cara pelafalanmu bagus. Pelan-pelan saja makannya. Kau kelas berapa sekarang?" Mendengar dengan seksama perkataan pria kecil ini. Ia-pun mencoba mengajukan pertanyaan lagi karena merasa penasaran.
"Kelas 3 SMP tahun akhir. Sedangkan Ye In beda dua tahun dariku." Jawab Ye An.
Tuan Sung menikmati perbincangan ringan bersama Ye An - Ye In. Disela-sela berbincangan, Ia jadi teringat seseorang karena Ye An menyebutkan nama belakang Bibinya yang mirip seperti bocah itu. Bagaimana kabar Ahn Se Jong dengan Jung Jae Ha? Apa mereka berdua berhasil melakukan pembicaraan satu sama lain? Tuan Sung sedikit khawatir jika cara mereka melakukan pembicaraan menjadi kasar.

Bình Luận Sách (66)

  • avatar
    03Sumarsi

    kak gem kak gem kata kata nya dong

    7d

      0
  • avatar
    AmiraNoor

    best

    17d

      0
  • avatar
    JumiatiJumiati

    keren

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất