logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 NAURA CEMBURU

Bab 7
Naura Cemburu
" Kak Bagas …!" panggil wanita itu seraya mencium pipi kanan dan kiri Bagas.
Bagas yang tak siap, tak sempat menghindar.
"Kamu …." ucapan Bagas terputus saking terkejutnya.
"Iya … ini aku. Kakak apa kabar?" ujar wanita itu.
"Aku … baik. Sama siapa?" tanya Bagas.
"Sendiri aja. Kak Ronald masih di Aussie, ngurusin bisnisnya. Kakak sama siapa?"
Bagas ingin menjawab, tapi didahului oleh Naura.
"Sayang … dia siapa?" tanya Naura sambil bergelayut manja di lengan Bagas.
"Ow … iya, Sayang! Kenalin! Ini Alice, adiknya Ronald, sahabat aku pas kuliah."
Naura mengulurkan tangannya.
"Naura, istrinya kak Bagas," ujar Naura mantap.
"Alice."
Mereka berjabat tangan. Alice memandangnya tak percaya.
"Istri?" tanya Alice kepada Bagas.
Bagas mengangguk.
"Trus, kak Ki—."
Ucapan Alice terputus oleh suara Naura.
"Sayang, aku lapar. Kita cari makan, yuk!". ajak Naura masih bergelayut manja.
"Ayo! Alice, aku duluan, ya! Salam buat Ronald!" ujar Bagas sambil melambaikan tangan kirinya. Tangan kanannya masih dipegang erat oleh Naura sambil menenteng belanjaan.
Alice memandang pasangan itu menjauh. Saat mereka sudah berjalan cukup jauh, Naura melepas pegangan tangannya.
"Kenapa dilepas? Tadi aja megangnya kenceng banget," ujar Bagas.
"Gak papa," jawab Naura singkat.
"Kamu cemburu, ya, sama Alice?" ujar Bagas sambil menaik turunkan alisnya.
"Ngapain cemburu? Gak level!" ujar Naura seraya mendahului Bagas.
Mereka berhenti di cafe terdekat. Naura memesan banyak makanan.
"Gak kebanyakan, nih?" tanya Bagas heran.
"Kenapa? Takut duitnya habis?" tanya Naura sewot.
Bagas diam saja. Semakin dia menjawab, akan semakin panjang urusannya.
Setelah semua pesanan datang, Naura makan dengan rakus. Bagas hanya memperhatikan saja.
"Kenapa gak makan?" tanya Naura.
"Lihat kamu makan saja sudah kenyang," jawab Bagas.
Naura meletakkan sendoknya.
"Nyindir, ya?"
"Kok nyindir, sih? Gak, kok! Lanjutin aja makannya! Aku memang belum lapar!" ujar Bagas merasa tak enak.
Naura tidak melanjutkan makannya.
"Kok gak dilanjut makannya?" tanya Bagas.
"Udah gak selera."
"Aku suapin, ya!" tawar Bagas.
Naura mendelik.
"Ya, udah! Biar aku yang habiskan!" ujar Bagas. Dia segera menikmati semua makanan di meja.
"Aduh … kenyang banget! Sumpah!" ujar Bagas sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Siapa suruh ngabisin semua?" tanya Naura sewot.
"Kan, sayang! Udah terlanjur dipesan!" jawab Bagas.
"Ra, kamu kenapa, sih? Kao ada apa-apa itu, ngomong! Jangan seperti ini!" lanjut Bagas.
Naura memalingkan mukanya.
"Ra, kita kan sudah berjanji untuk saling terbuka! Tolong, kalau aku kesalahan, kamu ngomong! Aku bukan dewa yang bisa membaca pikiran orang!"
"Sudahlah, ayo pulang!" Naura segera beranjak, tapi, Bagas menggenggam tangannya.
"Duduk!" perintah Bagas tegas.
Terpaksa Naura menuruti kemauan Bagas.
"Jangan membawa masalah pulang ke rumah! Kita selesaikan dulu disini! Sekarang katakan, ada apa?" tanya Bagas dengan tegas.
Naura menundukkan kepala.
"Aku … gak suka lihat …." ujar Naura menggantung.
"Lihat apa?" tanya Bagas penasaran.
"Lihat kak Bagas dekat dengan perempuan lain," jawab Naura masih menunduk.
Bagas tersenyum lega.
"Kok malah senyum, sih? Itu masalah serius," ujar Naura sewot.
"Kamu cemburu?"
"Gak. Cuma gak suka saja."
"Itu namanya cemburu."
"Udah di bilang aku gak cemburu."
"Padahal, aku seneng lho, dicemburuin."
"Ih … kak Bagas nyebelin!" ujar Naura sambil manyun.
Bagas tertawa tertahan.
"Maaf, deh! Kan, tadi kamu sudah aku kenalkan! Dia itu adiknya Ronald, teman kuliah aku."
"Tapi, dia main sosor aja! Kan, gak enak dilihatnya!"
Bagas mencibir dalam hati. Gitu, dibilang cemburu gak mau.
"Maaf, ya! Tadi itu mendadak banget! Jadi, aku gak sempat menghindar!" Bagas memberikan alasan.
"Tapi, kamu suka, kan?" sindir Naura.
Bagas mengacak rambutnya.
Sial, kenapa jadi gini, sih? Batin Bagas.
Sabar, Bagas! Kamu harus ekstra sabar menghadapi anak kecil.
"Kenapa diam saja? Bener, kan, kamu suka?"
"Gak, lah! Kalau aku tahu, pasti bakal menghindar!"
Naura mencibir tanda tak percaya.
"Habis ini mau kemana lagi?" Bagas mengalihkan pembicaraan.
"Pulang aja!" jawab Naura singkat.
"Ya, udah! Yuk!"
Mereka segera berdiri dan meninggalkan lokasi.
***********
"Hari ini kamu masuk kuliah, kan? Aku antar, ya?" tawar Bagas.
"Trus, ntar pulangnya bagaimana? Emangnya kakak gak kerja?"
"Kerja, lah! Ntar kamu tunggu di kampus! Jam makan siang aku jemput!"
"Gak usahlah, Kak! Ngrepotin! Biar aku bawa mobil sendiri saja!"
"Gak papa. Sekali-kali. Lagian, hari ini jadwalku longgar. Mungkin habis jemput kamu nanti aku gak balik ke kantor!"
"Okelah kalo begitu!"
Setelah selesai sarapan, mereka segera berangkat. Pagi ini, jalannya lancar. Mereka tiba di kampus tepat waktu.
"Kak, aku kuliah dulu,ya!" pamit Naura.
Bagas mengulurkan tangannya. Melihat itu, Naura bengong.
"Kakak mau ngapain?" tanya Naura cengo.
"Kalau mau kemana-mana, pamit dan cium tangan suaminya!" jawab Bagas.
Naura mulai paham. Dia meraih tangan suaminya dan menciumnya. Saat akan melepasnya, tiba-tiba Bagas menariknya dan mencium keningnya.
"Belajar yang rajin dan jangan ganjen! Udah, sana berangkat!"
Naura segera keluar dari mobil. Dia melambaikan tangan kepada suaminya, sebelum mobil itu meluncur dsn menghilang.
"Lo akhir-akhir ini sering diantar jemput sama tuh orang?" ucap Nico yang entah sejak kapan sudah ada di dekat Naura.
Naura terlonjak kaget.
"Nico! Ngagetin orang aja, deh!" omel Naura, lalu segera melangkah masuk ke kampus.
"Lo ada hubungan apa sama dia?" tanya Nico penasaran.
"Emangnya kenapa lo tanya-tanya? Itu privasi gue," jawab Naura sarkas.
Nico menarik lengan Naura kasar.
"Nico! Lo apaan sih? Lepasin gak?" teriak Naura.
"Gue tanya lo baik-baik. Ada hubungan apa lo sama dia? Kenapa lo sering banget diantar jemput sama dia?"
"Nico, lepasin! Sakit!"
"Gue gak akan lepasin sebelum lo ngejelasin!"
"Ngejelasin apa? Emangnya lo siapa? Lo itu cuma teman gue dan lo gak berhak ngatur-ngatur gue!" teriak Naura sambil menudingkan jarinya ke rah Nico.
"Ada apa, nih?" tanya Prilly yang tiba-tiba muncul.
Reflek Nico melepas cengkeraman tangannya.
"Gak ada apa-apa. Ayo, masuk!" ajak Naura kepada Prilly.
Mereka bergegas meninggalkan Nico.
Nico mengacak rambutnya frustasi.
Selepas kegiatan perkuliahan selesai, Naura menunggu Bagas di kantin kampus bersama Prilly.
"Lo tadi ngapain sama Nico?"
"Gak papa."
"Gak papa apanya? Orang gue lihat tadi suasananya tegang banget gitu," protes Prilly.
"Udahlah, gak usah dibahas. Males gue!" jawab Naura sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.
"Ra!" panggil Nico.
Naura hanya memandang sekilas, lalu menunduk lagi.
"Gue mau ngomong bentar, ya!" ujar Nico lalu duduk. Nico memandang Prilly.
Prilly yang paham akan situasinya, segera beranjak.
"Iya, gue tahu! Lo mau nyuruh gue pergi,kan? Ra, gue duluan, ya!" ujar Prilly sambil beranjak.
"Pril, gue bareng!" Naura pun ikut beranjak.
"Ra, gue mau ngomong bentar!" ujar Nico sambil memegang lengan Naura.
"Gak ada yang perlu diomongin!" jawab Naura sambil mengibaskan lengannya sehingga pegangan Nico terlepas.
"Ra, gue mohon! Sebentar saja!" rayu Nico.
"Kalo cewek gak mau, ya jangan dipaksa!" sela Bagas yang tiba-tiba sudah muncul.

Bình Luận Sách (232)

  • avatar
    angelinacitra

    okkkkkk

    18/08

      0
  • avatar
    ZulaikhaHanis

    Ceritanya menarik

    03/10

      0
  • avatar
    AngelSri

    mantep si ceritanya seru banget

    03/04/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất