logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

bag 3. Masalah Mbak Nina

Bag 3. Masalah Mbak Nina
"Iya, Mbak Nina, ada apa, Mbak?" tanya Mas Anung panik.
"Nung, tolong Mbak, Mas Rudi ditangkap warga, dan harus membayar denda, mbak tidak memiliki uang untuk membayarnya." Terdengar Mbak Nina berkata sambil menangis.
"Sekarang, Mbak ada dimana, saya kesana sekarang!" ucap Mas Anung cemas.
"Di Polsek Gondangrejo, Mbak tunggu ya, Nung?" Mbak Nina sangat berharap Mas Anung bisa membantunya.
Setelah berpamitan, Mas Anung segera memacu kuda besinya menuju tempat Mas Rudi diamankan. Mas Anung melihat Mas Rudi bersama dengan seorang perempuan yang dia kenal.
"Mbak, sebenarnya ada masalah apa ini?" tanya Mas Anung penasaran.
"Mas Rudi sedang berbisnis dengan temannya, ternyata teman bisnisnya itu pengedar, dan perempuan itu salah satu anak buah pengedar itu. Kelihatannya aku kenal dengan perempuan itu, Nung?" Mbak Nina mengamati perempuan yang bersama dengan suaminya.
"Itu Mbak Lastri, Mbak, saudara sepupunya Dias," jawab Mas Anung.
"Mbak Lastri yang janda itu, anaknya satu? Nung, Mas Rudi bisa keluar dengan jaminan tujuh puluh juta, kamu ada uang tidak?" Mbak Nina bertanya dengan tatapan penuh pengharapan.
"Saat ini, aku tidak ada uang, Mbak! Coba tanya ibu atau Musa!" Usul Mas Anung.
"Ibu dan Musa tidak ada uang untuk Mas Rudi, katanya uangnya untuk persiapan pernikahan Musa," jawab Mbak Nina dengan muka cemberut.
"Tujuh puluh juta itu banyak lho, Mbak. Coba besok aku usahakan cari uangnya, Mbak ada uang berapa?" tanya Mas Musa kembali.
"Uang apa Nung, Masmu aja tidak kerja, makan juga dari ibu." Jawab Mbak Nina sambil memainkan tangannya.
"Mbak, mobil sama motornya, surat-suratnya komplit kan? Tak jual untuk membayar jaminan Mas Rudi," Mas Anung berbicara sambil menunjuk kunci yang dibawa Mbak Nina.
"Itu mobil dan motor punya ibu, Nung, mau perang kalau sampai dijual? Tolong kamu usahakan uangnya, Nung?" Jawab Mbak Nina memohon.
"Insyaallah, Mbak?" Jawab Mas Anung.
"Ini semua pasti gara-gara pengaruh saudara sepupu istrimu itu, gara-gara dia Mas Rudi ditangkap. Dasar janda gatel, istrimu harus ikut bertanggung jawab, istrimu itu kotoran di keluarga kita," ucap Mbak Nina emosi.
"Mbak jangan memperpanjang masalah, semua ini tidak ada hubungannya dengan Dias. Mbak, aku sudah menikah hampir sepuluh tahun, Dias selalu menemaniku dari susah sampai seperti sekarang. Mbak, jangan pojokkan dia terus, bagaimanapun dia adalah istriku," jawab Mas Anung.
"Sudah di kasih racun apa sama istrimu, sampai kau lebih membela istri daripada saudaramu," Mbak Nina tidak terima dengan pembelaan Mas Anung.
Ibu dan Musa tiba-tiba datang dan langsung bersitegang dengan Mas Anung.
"Dasar keluarga dengan bobot dan bibit yang tidak jelas, beginilah hasilnya, hanya menjadi debu bagi keluarga. Gara-gara dia suami kakakmu ditangkap, Diaz dan keluarganya sama saja, sama tidak jelasnya," ibu berkata dengan geram.
"Sudah ibu, sudah. Punya salah apa istriku dengan kalian? Selalu saja disalahkan! Besok akan aku siapkan uangnya," Mas Anung berkata sambil berlalu meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba ada wa masuk dari Dias istrinya.
[Mas, ada rencana pulang tidak? Sekarang sudah melewati tengah malam lho!] Tanya Dias istriku.
[Sebentar lagi, Mas, pulang] jawab Mas Anung.
[Hati-hati, Mas] pesanku.
"Ibu, Musa, Mbak Nina, sebaiknya sekarang kita pulang dulu, untuk uang jaminan besok kita bicarakan lagi. Mbak Nina sebaiknya menginap di rumah ibu dulu saja, aku pamit dulu," ucap Mas Anung sambil mencium tangan ibu dan Mbak Nina.
***
"Mas, sebenarnya ada apa dengan Mas Rudi? Kok sepertinya ada hubungannya dengan Mbak Lastri? Semalam ibu menelponku dan marah-marah kepadaku," tanyaku penasaran.
"Mbak Lastri dan Mas Rudi tertangkap polisi sewaktu mereka sedang melakukan transaksi narkoba, Mah. Mbak Nina kekeh mengeluarkan Mas Rudi dengan jaminan yang tidak sedikit, tujuh puluh juta dengan syarat sebagai tahanan kota. Dan Mas yang harus membayarnya, ibu dan Musa tidak bersedia membantu. Bagaimana, Mah, ada solusi tidak?" Jawab Mas Anung.
"Kira-kira butuh berapa lama waktu kita untuk mendapatkan uangnya, Mas? Aku sudah tidak bisa membayangkan. Sebaiknya nanti siang kita jual logam mulia yang 100 gram itu dulu, Mas. Biaya untuk pernikahan Musa kita pikirkan setelah masalah Mbak Nina selesai," ucapku sambil melanjutkan memasak pagi ini.
"Bisa-bisanya kalian duduk santai sementara saudara kalian di penjara! Ingat uangnya harus siap hari ini, Anung, ajari istrimu bisa berbakti sama keluarga! Jangan menghalangi suamimu berbagi rejeki dengan saudaranya." Ibu berkata dengan bersungut-sungut, langsung masuk ke dalam rumah tanpa permisi.
"Insyaallah kami siapkan hari ini, Ibu," jawabku
"Begitu jadi istri yang baik, ingatlah statusmu di sini, jangan lupa uang untuk keperluan Musa juga harus siap minggu ini. Masak apa, ibu lapar?" Ucap ibu mertuaku sambil duduk.
Aku hanya bisa mengelus dada, dan segera menyiapkan sarapan untuk kami. Sedangkan Mas Anung dan anak-anak masih mencuci mobil di luar.
"Sayur asem, ayam goreng dan sambal terasi, enak nih, panggil suami dan anak-anakmu, jangan lupa Musa juga dipanggil!" Ibu berkata sambil menikmati teh manis yang baru saja ku hidangkan.
Langit mendung menemani sarapan pagi ini, canda tawa anak-anak sebagai pengobat sakit hati atas ucapan-ucapan ibu. Setelah sarapan ibu segera meninggalkan rumah kami, entah pergi kemana.
"Mas, kita ke pasar sekarang ya, lebih baik segera kita selesaikan urusannya, aku tidak enak dengan ibu,"ucapku.
"Baik, ayo, anak-anak diajak semua ya," jawab Mas Anung singkat.
"Anak-anak kita siap-siap dulu, setelah ini kita bermain yuk." Aku mendekati anak-anak dan mengajaknya berganti baju.
"Alhamdulillah, lumayan Mas, uangnya sudah ditransfer ke rekening. Sebaiknya kita segera ke kantor polisi dan menyelesaikan masalah Mbak Nina." Ucapku pelan.
"Ayo, segera berangkat, Mah! Mumpung anak-anak tertidur. Mah, apa kamu tahu keadaan Mbak Lastri selama ini? Kok dia bisa jadi pengedar narkoba," tanya Mas Anung pelan.
"Aku sendiri kurang tahu, Mas, coba nanti kita temui di kantor polisi." Aku berkata pelan.
"Akhirnya datang juga yang ditunggu, cepat bayarkan jaminan Mas Rudi!" Perintah Mbak Nina dengan tidak sopan.
"Mbak, jaga sopan santunmu, Dias istriku, bukan pegawaimu," Mas Anung menjawab dengan tidak menahan amarah.
"Sudah selesai, Mbak, tiga jam lagi Mas Rudi bisa dibawa pulang, dan ingat status Mas Rudi sebagai tahanan kota." Aku berkata sambil menyimpan berkas yang sudah ditandatangani.
"Banyak juga uangmu, pasti semua uang adikku, bagi uang dua juta untuk biaya hidup kami," ucap Mbak Nina tanpa rasa bersalah.
"Mbak, itu uang Dias, bukan uangku, sisanya untuk biaya pernikahan Musa, itu pun masih kurang," Mas Anung berusaha menjelaskan.
"Tidak mungkin, Dias memiliki uang sebanyak itu, pasti semua uangmu. Aku tidak mau tahu, aku butuh uang untuk hidup selama Mas Rudi belum mendapatkan pekerjaan," Mbak Nina berkata tanpa rasa malu.
"Sudah berikan saja uang untuk biaya hidup kakakmu, ayo cepat," ibu mertua tiba-tiba menyahut. Ternyata ibu mertua bersama Mbak Nina dari tadi sudah menunggu kami.
"Ini dua juta ya, Mbak, maaf aku sudah tidak bisa memberikan lagi." Ucapku pasrah.
"Mah,...," Mas Anung menggeleng-gelengkan kepala.
"Akhirnya sadar juga ya kamu, tugasmu itu hanya menyimpan uang anakku, bukan ikut menggunakannya. Gunakanlah gajimu untuk mencukupi hidupmu sendiri, uang suami untuk keluarganya, ingat itu!" Ibu mertua berkata sambil menunjukkan tangan padaku.
"Saya pamit, Bu," Aku berkata sambil mencium tangan ibu mertuaku. Hanya air mataku yang bisa membantu mengurangi sesak di dada.
"Mah, maafkan keluargaku, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi," Mas Anung memelukku erat.
"Mas, walaupun aku hanya dianggap debu oleh keluargamu, tapi aku harus bisa menjaga surgaku. Kamu adalah hidupku dan kamu adalah surgaku," Aku berkata sambil menggenggam erat tangan suamiku.
Terdengar suara orang berlari dan brugh ….ada yang jatuh.

Bình Luận Sách (10)

  • avatar
    VitorPaulo

    tá B tá tá tá tá tá tá

    1d

      0
  • avatar
    rmdhni_16aulia

    bagussss

    07/03/2023

      0
  • avatar
    a******8@gmail.com

    semangat kak ♥️ Bila berkenan, silahkan mampir ke Phoenix King Resurrection 🤗🙏🏼 kisah Kaisar Dunia yang bangkit setelah dibuli dan akan balas dendam pada Klan yang telah membuangnya ✨

    02/07/2022

      1
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất