logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 Tamu (Tak) Spesial

Kediaman Tuan Daud
Pukul. 19.30 WIB
Satu bulan sebelum pernikahan
••••••••
Malam itu, keluarga Garra berkunjung ke rumah Tuan Daud. Di dalam ruang tamu yang berukuran lumayan besar itu, sudah ada Mr. Deswan, Raline, Garra, dan juga Tuan Daud. Tapi, di mana Quenarra?
Beberapa menit berlalu, semua pandangan tertuju pada seorang wanita. Termasuk Garra.
"Hem ... kamu, pelihara bidadari?"
Mr. Deswan terpaku menatap seorang wanita yang berjalan mendekat ke arah mereka semua berkumpul. Aura kecantikan terpancar jelas pada wanita itu.
Tuan Daud terkekeh melihat reaksi Mr. Deswan saat pertama kali melihat Quen.
"Pencabut nyawa."
Seketika sirna cahaya yang menerangi jalan. Saat mendengar jawaban dari Garra tanpa berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara.
Di mata Garra, hanya terlihat aura kegelapan dalam mengiringi langkah kaki wanita yang akan segera ia lamar.
"Calon istri dibilang pencabut nyawa, nanti kalau sudah jadi istri bakal jadi pencabut apa?! Pencabut uban?!" celetuk Raline dengan pupil mata yang berkobar menatap Garra.
"Tidak apa kalau saya dianggap pencabut nyawa. Orang pertama yang akan saya cabut nyawanya, yaitu Anda!" seru Quen yang langsung ikut menatap Garra.
Bara api berkobar di area sekitar tempat Quen duduk, dengan sudut mulut yang terangkat.
Mr. Deswan dan Tuan Daud terkekeh menanggapi semua serangan balasan dari kedua anak mereka. Seolah tak ingin ambil pusing, dan menganggap itu hanyalah candaan.
Pemuda itu hanya membalas dengan senyum smirk, khas Garra.
"Tidak Quen sayang, wanita cantik seperti dirimu, tidak mungkin pencabut nyawa. Kalau pencabut uban, mungkin. Candaan Garra kadang terlalu garing." Raline mencoba mencairkan suasana. "Perkenalkan, saya Raline. Mama Garra."
Quen tersenyum kecil membalas uluran tangan Raline yang mengarah ke hadapannya.
"Saya Quenarra, Tante."
"Nama yang cantik," timpal Mr. Deswan, "Saya Deswan."
Tangan Quen beralih menyalami tangan Mr. Deswan.
"Dingin boleh, Gar. Kesopanan jangan hilang," sindir Mr. Deswan, ketika melihat Garra yang tak juga memperkenalkan diri kepada Tuan Daud.
"Orang kutub mana punya sopan santun," cibir Quen pelan. Tapi, masih bisa didengar oleh Garra yang berhadapan duduk dengan wanita itu.
Garra berdiri menatap Quen dengan mata menyala, dan langsung berjalan menghampiri Tuan Daud yang berada duduk di samping Quen. Tak lupa sekalian membawa paper bag yang sudah ia siapkan dari rumah. Untuk beberapa detik, semua mata tertuju pada Garra.
"Saya Garra, Om. Calon suami Quen." Garra menjulurkan tangan hendak menyalami Tuan Daud.
Pria paruh baya itu langsung membalas uluran tangan Garra sambil tersenyum menatap pemuda tersebut.
"Ini ada sesuatu untuk Om dari saya," lanjutnya.
Mereka semua penasaran dengan paper bag yang diberikan Garra kepada Tuan Daud. Termasuk Mr. Deswan dan Raline, juga tidak mengetahui apa isi kantong coklat tersebut.
Tuan Daud segera melihat ke dalam paper bag, dan langsung mengeluarkan sebuket bunga.
"Bunga?" Tuan Daud mengernyitkan dahi, merasa bingung.
"Kamu salah kasih ya, Gar?" Mr. Deswan terlihat ragu.
"Tidak, memang untuk Om Daud. Wanita tidak butuh bunga, hanya butuh seorang lelaki yang mengajak menuju akad nikah, bukan hanya sekedar menyematkan cincin permata. Sebelum dekat dengan anak, dekati dulu cinta pertamanya."
"Menurut Anda begitu?" Quen merasa tersindir.
"Kiri dan kanan. Sepasang kaki memang terlihat jalan beriringan, namun sadarkah Anda? Sepasang kaki jika berjalan tak pernah saling berpapasan. Bahkan, tak mampu untuk sekedar menyapa."
Quen terkekeh mendengarnya. "Tapi Anda melupakan sesuatu, sepasang kaki dialasi oleh sepasang sepatu. Saat berjalan memang tidak pernah kompak, tapi tujuannya selalu sama atau searah. Jadi, tak selamanya beda membawa petaka berujung pada perpisahan!"
Untuk sesaat, Quen teringat dengan cincin pemberian dari Eder, dan juga kondisi hubungannya. Ia merasa tertampar oleh ucapan Garra, meski pun ia merasa yakin dengan ucapannya barusan.
Tuan Daud tersenyum kecut, menyadari ucapan Garra yang mengarah pada Eder.
Tapi tidak dengan kedua orang tua Garra, Mr. Deswan terpana melihat aksi Garra. Meski ia mendengar juga perkataan Garra yang menyebut nama Eder, tetapi hal itu tak digubris. Ia bertepuk tangan dengan aksi Garra, seolah menjadi sesuatu yang sangat luar biasa dilakukan oleh seorang anaknya.
"Foto, Ma! Jadi bukti kalau Garra bisa juga puitis."
Quen mengira Raline tidak akan menanggapi serius ucapan Mr. Deswan yang meminta untuk mengambil foto Garra. Ternyata? Justru sebaliknya, Raline langsung mengeluarkan handphone dari dalam tas.
Sungguh Quen bingung melihat keadaan tersebut, dan anehnya lagi, Garra tidak masalah dengan kekonyolan yang dilakukan oleh dua orang paruh baya itu. Ia hanya bisa menghela napas panjang melihat kekonyolan calon mertua yang nanti akan menjadi mertua.
Setelah adegan sok romantis tersebut, Garra kembali duduk di hadapan Quen. Mereka berdua saling menatap tajam satu sama lain. Ibarat kata 'senggol sedikit, bacok'!
"Kalau orang kutub menyatakan cinta memang begitu, Quen. Bukan hanya keadaan geografis saja yang dingin. Ternyata kepribadian juga jadi ikut berpengaruh," jelas Mr. Deswan setelah melihat Garra memberi hadiah bunga kepada Tuan Daud.
"Sedikit berbeda dari yang biasa tampaknya," timpal Tuan Daud.
"Iya. Waktu Raline hamil Garra, mungkin pernah ngidam lemari pendingin Mr. Krabs. Jadi, yang keluar seperti sekarang," terang Mr. Deswan asal.
"Apa waktu zaman hamil Garame, sudah ada film Spongebob, Om?" Quen serius bertanya.
"Garame? Garra?" Raline tertawa, menyadari sesuatu. "Om Deswan bercanda, Quen. Tante dulu cuma ngidam masuk kulkas tetangga," jawab Raline tersipu malu.
"Untung ngidam masuk kulkas tetangga, dari pada masuk selimut tetangga, urusan bisa panjang," lanjut Tuan Daud terkekeh sendiri.
Mr. Deswan tersenyum, kemudian melirik Garra.
"Kamu cinta?"
"Garra."
"Siapa juga yang bilang kalau kamu itu Cinta Brian?"
"Papa yang bilang."
Seketika Mr. Deswan geleng-geleng kepala menerima jawaban dari Garra.
Quen meremehkan sikap Garra, dengan sudut mulut roarke terangkat ke atas, melihat wajah Garra yang masih saja datar menjawab pertanyaan dari Mr. Deswan.
"Ternyata otak dia sendiri yang cuma setengah ons."
"Bukan itu. Kamu cinta sama Quen?" Mr. Deswan kembali memperjelas maksud pertanyaannya.
"Cinta?" Garra terlihat berpikir sesaat. "Sangat!"
"Bohong!"
Quen menahan hati, merasa kesal dengan semua perilaku Garra. Mulai dari sikap dan perkataan.
Mr. Deswan tersenyum semringah mendengar jawaban Garra.
"Itu jawaban dari anakku." Pandangan Mr. Deswan melihat Tuan Daud. "Bagaimana denganmu si cantik jelita, Quen?" Mr. Deswan beralih bertanya kepada wanita yang fokus menatapnya.
"Saya tidak," jawab Quen singkat dan jelas.
"Tidak salah lagi. Itu jawaban dari anak saya juga." Tuan Daud langsung memanipulasi jawaban anaknya itu.
Untuk beberapa detik, Quen sempat memasang wajah anti-mainstream dengan mulut menganga, tak menyangka dengan jawaban Papanya.
"Apa-apaan dua keluarga ini!"
***

Bình Luận Sách (7)

  • avatar
    BiasaManusia

    😇😇😇😇😇

    06/02/2023

      0
  • avatar
    Taufik Renaldi

    lanjutannya mana lagi kak? udh lama ditunggu lanjutannya

    28/10/2022

      0
  • avatar
    FadhlanMuhamad

    bagus ko

    13/05/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất