logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 Wenni

Sampailah kami berdua di kediaman Wenni, tampak Wenni tengah duduk berdua dengan seorang pemuda.
"Ih, siapa lagi itu ...." cibir ku dalam hati
Sudah tak aneh bagiku melihat Wenni yang selalu Gonta ganti pacar dari sejak sekolah dulu. Tidak seperti diriku, sebenarnya banyak sih yang mau sama aku, tapi aku males meladeninya, karena dari semua teman sekolahku tak ada satupun lelaki yang menyentuh hatiku.
"Hai, Sini Cha! Aduh udah lama, aku gak ketemu kamu Cha, gimana kabarmu sekarang?" sambut Wenni seraya cipika cipiki memelukku.
Kami berdua pun langsung diajak Wenni untuk berkenalan dengan pacar barunya.
"Kenalin, Nih. Namanya Sigit, dia itu calon Dokter Cha," katanya bangga.
Ku hela nafas panjang mendengar perkataan Wenni, seperti biasa sifat pamer nya selalu membuat kupingku jadi panas. Kalau saja bukan Nani yang ngajak. Ogah saya ketemu mahluk menyebalkan ini.
"Oh, ya? Kapan kamu kenalin aku sama pacarmu?" sahut Wenni.
Itu saja yang Wenni tanyakan padaku setiap ketemu. Bikin gemas aku menjawabnya. Karena aku kesal aku sengaja berbohong pada Wenni bahwa pacarku orang Korea yang berada di samping rumahku.
Tentu saja Nani merasa terkejut dengan pengakuanku. Mata Nani langsung menoleh padaku.
"Apa? Jadi pacar kamu orang Korea?" tanya Wenni kaget. Matanya membulat seperti mau menerkam ku.
"Iya, pacarku orang Korea, tanpam lagi!" jawabku angkuh. Sengaja aku membohonginya
"Hebat Kamu Cha, kapan-kapan kenalin ya, sama aku," seloroh Wenni bersemangat.
Nani hanya tersenyum mendengar percakapan kami, terserah Nani mau bilang apa dengan sikapku, yang pasti aku sudah puas memberi pelajaran pada si Wenni yang selalu pamer dan sombong.
Kami pun larut dengan percakapan yang tak berujung. Hingga menjelang tengah hari, aku dan Nani beranjak pulang. Aku mulai bosan dengan sikap Wenni yang selalu pamer kemesraan di depan kami.
Rasanya ingin ku sumpel saja mulut si Wenni yang sedari tadi membanggakan pacar barunya. Seolah meledek keadaanku yang masih sendiri. Itulah kenapa aku males ketemu sama si Wenni ini. Dari kami datang sampai kami pulang, hampir setiap menit yang dibicarakan hanya titel pacarnya yang katanya calon Dokter.
Nafasku mulai lega setelah pergi meninggalkan rumah Wenni, lain hal dengan Nani. Entah mengapa Nani mengagumi sosok si Wenni ini. Yang katanya pintar mencari cowok.
"Cha, ayo kita ke tempat si Zorro," ajak Nani.
Zorro adalah sebutan si Mamang bakso langganan kami. Selain baksonya enak dan gurih. Bakso Zorro terkenal dengan keramahannya. Sebenarnya nama si Mamang bakso bukan Zorro, tapi Mas Wahyu.
Kenapa kami menamai Zorro. Karena mas Wahyu selalu berdandan layaknya pahlawan Zorro. Mungkin untuk menarik para pelanggan. Sah-sah aja, sih. Yang penting halal.
Kalau siang hari bakso Zorro memang agak sepi membuat aku dan Nani lebih leluasa menikmati bakso si Zorro. Tapi kalau menjelang sore pembeli bisa membludak sampai keluar. Karena jika sore jam karyawan pabrik pada pulang.
Aku dan Nani memesan bakso urat yang super enak siang itu.
Baru saja satu suapan aku melahap bakso.
Tiba-tiba seorang pria duduk di depan meja yang berhadapan dengan meja kami.
Yang lebih mengejutkan ternyata Pria itu adalah pria yang sama yang tadi pagi kulihat.
Bukan saja Nani yang terkejut tapi aku tak kalah kaget dengan Nani. Pria tanpam nan rupawan itu kini berhadapan dengan meja yang kami duduki.
Wajahnya kini terlihat jelas, seperti wajah pemeran Drakor abis. Bibirnya yang mungil dan rambut sedikit cepak membuat penampilannya begitu cool.
Kuperhatikan dengan seksama garis wajahnya yang begitu sempurna. Jemarinya asyik memainkan ponsel.
"Cha, bukankah itu pria yang tadi ...." bisik Nani menoleh teratur ke arahku.
"Iya Nan.... itu cowok Drakor kok suka bakso sih .... " jawabku pelan. Mataku lurus memperhatikan Pria yang sedari tadi memainkan ponselnya.
Pria itu tetap masih sama, kami berdua yang berada di depannya tak pernah diperhatikan. "Menoleh kek dikit ke arahku, biar lihat wajahku dikit aja," ucapku dalam hati.
"Ehem!"
Nani berusaha memberi isyarat agar si Pria angkuh itu terganggu dengan suara Nani.
Tapi tetap saja si Pria yang entah siapa namanya. Sepertinya tak perduli dengan keadaan sekitar. Matanya begitu serius menatap ponsel.
Aku ini sedikit heran sih, sama Babang Korea ini. Dia kan bukan orang Indonesia tapi kok suka baks, ya? Aku jadi tambah penasaran sebenarnya ini Pria orang Korea apa orang pribumi. Tapi kalau dilihat dari wajahnya sih dia itu memang kaya orang Korea.
Aku menebak-nebak tentang jati dirinya yang bikin penasaran.
Hilang selera makan baksoku karena keberadaan pria yang membuat aku penasaran setengah mati.
"Pria sombong, siapa sih, nama kamu ...." cibirku. Ingin rasanya aku kenalan sama dia. Nanti kan dia bakalan tetanggaan sama aku.
"Hai, kalian disini? Kebetulan!" teriak Wenni.
Manusia menyebalkan itu. Tiba-tiba mengagetkan kami berdua.
"Duh .... cewek gatel .... " gumanku.
Berbeda dengan Nani. Ia langsung senang melihat si Wenni yang genit. Nani langsung mengajak Wenni untuk gabung satu meja dengan kami berdua.
"Wen, kebetulan. Ayo duduk sama kami, rupanya kamu suka juga, ya? Beli bakso disini?" sela Nani langsung menyeret kursi yang lainnya untuk Wenni duduk
"Iya lah, secara ini kan Mamang bakso langganan saya," kata Wenni.
Aku hanya tersenyum ketus melihat tingkah Wenni.
"Oh, ya? Mana Sigit pacarmu? Kok nggak diajak," tanya Nani.
"Dia udah pulang Nan, maklum calon Dokter kan selalu sibuk," jawab Wenni melebarkan senyuman genitnya.
"Oh, ya? Ngomong-ngomong, aku tadi belum selesai Cha, aku ingin kenalan dong, sama pacar baru kamu, yang orang Korea itu, dia kan tetangga sebelah rumahmu, ya? Aku kok gak pernah tahu Cha, kamu punya tetangga orang Korea," tegur Wenni berceloteh mengenai Pria yang tadi ku bicarakan sewaktu dirumahnya.
Ya ampun. Bibirku langsung menganga mendengar perkataan Wenni. Bagaimana tidak. Pria yang dimaksud Wenni kini berada di hadapanku. Malu sudah aku. Ya tuhan tolong hilangkan wujud ku hari itu juga.
Bukan saja aku yang kaget tapi Pria yang duduk di depanku langsung mengangkat sedikit wajahnya padaku. Mungkin dia mulai merasa bahwa Wenni tengah membicarakan dirinya.
"Kenapa, Cha? Kok kamu kaya lihat setan," tegur Wenni yang heran melihat perubahan wajahku yang merah padam.
Aku tak menyangka ternyata Wenni masih mengingat perkataan ku mengenai pacar yang sebenarnya tak ada, padahal aku hanya membohongi Wenni agar ia berhenti bertanya tentang pacar yang belum juga ku dapati.
Lebih menjengkelkan lagi. Kini mata Wenni langsung mengarah pada Pria yang sedari tadi menatap tajam ke arahku. Apalagi Pria itu memang berwajah asli orang Korea membuat Wenni tambah yakin, kalau Pria itu adalah pacarku.
"Wow! Jadi itu Cha, pacarmu?" seru Wenni seraya mendekat pada pria yang duduk diam di meja yang berbeda.
"Wen! Itu bukan!" aku berteriak lantang menghentikan langkah Wenni.
Terlambat!
"Jadi ini pacarmu, Cha? Tapi kenapa kalian duduk berjauhan," tegur Wenni menoleh ke arahku.
Habis sudah hari itu, aku tak berdaya bagaimana mungkin Wenni menyangka bahwa Pria Korea itu pacarku. Tapi ini memang salahku, karena kebohonganku kini aku merasakan akibatnya. Duh, apa jadinya jika Wenni mengetahui bahwa aku telah berbohong mengenai sosok pacar yang sebenarnya tak ada.
"Kenalin Mas, saya .... eh, Oppa, aku harus bilang apa, ya?" ujar Wenni sambil mengulurkan tangannya.
Pria itu hanya diam. Wajahnya kecut menatap Wenni yang genit. Matanya malah terus menatap ke arahku. Aku langsung menutup wajahku dengan kedua tangan. Aduh malu nya aku. Rasanya aku ingin menghilang saja dari muka bumi ini
Benar kata pepatah. Mulutmu Harimau mu. ini yang tengah terjadi pada hidupku. Berniat membohongi Wenni malah menjadi petaka yang memalukan hari itu.
Nani malah diam melihat tingkah Wenni. Sedangkan aku butuh pertolongan Nani yang dari tadi tak bersuara.
"Ayo Oppa, gabung sama kami, jangan malu-malu, Cha- Cha teman saya, ayo sini," ajak Wenni seraya menarik tangan Pria itu dan membawanya duduk di meja kami.
Masih tetap sama, Pria itu tampak diam tak bersuara ketika Wenni mendudukkannya di kursi, tepat berhadapan denganku. Ia masih heran dengan tindakan Wenni yang menyangka bahwa dirinya adalah pacarku.
Aku langsung menundukkan kepalaku di depannya. Tak tahu harus berbuat apa. Malu nya aku.
Pria asing itu tak berhenti menatapku seolah meminta penjelasan padaku, apa sebenarnya yang terjadi.
Aku merasa kikuk. Harus menjelaskan apa padanya, aku sendiri tak mengenalnya. Ya tuhan. Tolong. Si Wenni ini memang keterlaluan. Mengapa ia mengira pria itu adalah pacarku. Aku menyesal telah berbohong pada Wenni. Sekarang aku binggung harus berbuat apa. sementara Pria itu semakin tajam menatapku.

Bình Luận Sách (105)

  • avatar
    Shusan Cino

    ceritanya sangat menarik, dan buat saya jadi penasaran deng kelajutannya

    24/01/2022

      0
  • avatar
    PutriNita

    awalnya saya mencoba membacanya dgn rasa ingin tau..lebih dalam...ternyata asyik dn seru juga...

    11/01/2022

      0
  • avatar
    AlfarisiSubhan

    cerita yang sangat seru,😯 dan asik

    1d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất