logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 0.6

Mampus. Hardik Velia dalam hati. Susah payah Velia menelan ludah dengan hidung kembang kempis melihat senyum misterius Zendi sebelum menginteruksi Satya dan Akbar dengan mengibaskan satu tangannya. "Cabut,"
"Eh Kendil kenapa jadi gue sih! Gue tuh gak salah ya! Busuk lo!"
Sungguh menyebalkan. Velia sampai tidak habis pikir apa isi otak Zendi sebenarnya, kenapa dia bisa sebegitu dendamnya kepada Velia padahal masalah ini terjadi karena ulah Zendi sendiri. Seakan Zendi menjadikan Velia adalah kambing hitamnya, atau mungkin hanya Velia yang lagi apes.
Intinya Velia salah karena sudah mencampuri urusan Zendi.
"Sebelum kita memasuki bab baru, silahkan dikumpulkan tugas yang saya berikan minggu lalu, tentang Perekonomian Terbuka." titah bu Maryam setelah menyelesaikan sedikit evaluasi materinya.
Murid-murid bergegas membongkar isi tas dan kolong meja, termasuk Velia yang semalaman suntuk rela begadang untuk mengerjakan itu. Tapi nasib naas menimpanya, buku yang dicari tidak ditemukan di tas, Velia kalang kabut sendiri ketika murid-murid lain berbondong-bondong maju ke depan.
Termasuk Zendi, dengan senyum lebarnya dan tingkat kepedean yang tinggi membawa buku itu ke hadapan bu Maryam hingga mengundang rasa heran beliau. Pasalnya Zendi jarang sekali mengumpulkan tugas.
"Tumben kamu Zen? Biasanya selalu ngaret?" tanya bu Maryam.
"Saya tuh sebenarnya murid rajin bu, tapi gak ada yang tau termasuk ibu. Sebelum deadline yang ibu kasih sebenarnya tugas-tugas saya udah kelar cuma saya gak mau dikira sombong aja sama yang lain karena ngumpulin paling duluan. Yaudah saya ngumpulin paling belakangan aja." kata Zendi, sok cari muka.
Bu Maryam yang sudah sangat hafal dengan tabiat Zendi tentu tidak terbuai dengan itu. "Alasan saja kamu, Zen. Kalo kamu rajin mana mungkin kamu tinggal kelas."
"Itu sih wali kelasnya aja yang terlalu sayang sama saya bu." Zendi nyengir kuda. "Ngomong-ngomong, tugas kali ini saya dikasih nilai A ya bu, jangan C terus nanti suami ibu cemburu."
"Maksud kamu Zen?" heran bu Maryam dengan kerutan di dahi.
"Iya, kan C huruf depannya cinta. Kalo ibu kasih C berarti ibu cinta sama saya, hehe. Kan gak boleh dong bu?" kata Zendi dengan muka tembok.
Murid gila. Mentang-mentang bu Maryam masih terlihat awet muda. Beliau geleng-geleng kepala dengan helaan napas jengah sambil menerima buku tugas Zendi.
"Ada-ada saja kamu, Zen. Udah sana kembali."
"Siap bu."
Penasaran, bu Maryam mengecek halaman demi halaman buku itu. Beliau dibuat berdecak kagum karena tulisan di dalamnya begitu rapih tidak seperti ceker ayam khas seorang Zendi si tukang mangkir.
"Ada yang belum mengumpulkan?" tanya bu Maryam selesai menata tumpukan buku murid-muridnya. Dipandanginya seluruh penjuru kelas, tak lama Velia mengangkat tangannya dengan ragu-ragu.
"Velia, kamu tidak mengerjakan?"
"Buku saya ilang bu."
"Ilang apa ilang?"
"Ilang beneran bu, saya inget tadi pagi saya masukin tas kok."
Sejenak bu Maryam terdiam. "Saya sebenarnya paling malas mengajar murid yang tidak disiplin. Apalagi cari-cari alasan bukunya ilang lah, keselip, ketinggalan, padahal murid itu tidak mau belajar dan hanya sibuk main, keluyuran gak jelas."
Sial. Batin Velia mengumpat.
"Tapi, berhubung kamu lagi sakit, hari ini kamu gak saya usir dari kelas seperti yang sering saya lakukan kepada Zendi. Walau nanti pekerjaan kamu benar semua, saya hanya akan kasih nilai C, ini konsekuensi yang harus kamu terima. Besok pagi kumpulkan tugasmu ke meja saya."
"Baik bu." Velia mengangguk lesu meski tuduhan bu Maryam itu tidak benar. Velia bukan tipe gadis yang akan menelantarkan urusan sekolah demi kesenangan pribadi a.k.a main.
Selama pelajaran berlangsung Velia masih kebingungan mencari buku itu. Mona sempat berpendapat mungkin ketinggalan tapi Velia menolak keras. Sampai akhirnya pandangan Velia jatuh pada buku di tumpukan teratas meja guru, yang tadinya dibawa oleh Zendi.
Velia mendelik melihat buku bersampul coklat dengan sticker kupu-kupu di pojok kanan atas itu. Seketika Velia menengok ke belakang dan menatap sengit ke arah Zendi yang asik bersiul sambil melipat sebelah kakinya dan menyandarkan kedua siku di sandaran kursi.
"Dasar maling!"
Masa bodoh, Zendi dengan wajah tanpa dosa hanya menjulurkan lidah, menjadikan Velia memukul meja dengan segenap kekesalannya. Sudah pasti dan tak salah lagi Zendi adalah biang keroknya.
Sampai bel pulang sekolah tiba. Velia masih gedek setengah mampus pada Zendi. Apalagi sudah sekian menit Velia menunggu Jefri di parkiran, cowok itu tak kunjung keluar kelas. Hingga ponsel Velia bergetar, dan sebuah pesan baru saja masuk.
Jefry: dek, gw ada jam tambahan sampe sore nih, gw pesenin lo gojek aja ya?
Takdirnya kelas duabelas semester terakhir, sepertinya waktu Jefri akan banyak tersita untuk fokus belajar.
Velia: oh yaudah
Velia: gausah bang tar gw cari ojek depan sekolah aja
Jefry: lo yakin? sori ya
Velia: iya gampang
Jefry: oke, ati-ati ya, ada duit kan? kalo engga gw samperin gw kasih
Velia: masih bang, sans. nanti abis kelas langsung balik kan?
Jefry: iya, jam 4 udah bubar kok
Velia: yaudah ntar ati-ati pulangnya
Jefry: iya adek(:
Hanya dibaca, Velia mengantongi kembali ponselnya dan berjalan keluar sekolah dengan kaki tertatih.
"Sat, lo blokir jalan dari pertigaan, awasin aja angkot-bis-gojek jangan ada yang boleh lewat. Dan elo Bar, booking semua tukang ojek depan."
"Berangkaat,"

Bình Luận Sách (220)

  • avatar
    mulyaniNenk

    aku suka ceritanya thor......lanjut baca nich...💪💪

    02/05/2022

      0
  • avatar
    Claudiya

    eyakkkk bagusss bangettt, ga kebayang sampe klk velia sama zendi nikah kirain velia sama rifai yang nikah. tp gaapa bagus bangett crtanya plot twist nya gaada seng tak sangka", kak fai dah ada gebtannya nihh yeee. semangat buat cerita yang lainnya ya kak ❤️

    06/01/2022

      2
  • avatar
    Yesi

    KAK MASIH ADA LANJUTAN NYA LAGI GA?😭😭😭😭 PENASARAN BANGET JADI KE INGET" PLISS,SEMOGA KAKAK BACA KOMENTAR AKU YAYAYA😭 MOGA HAPPY END JGA WKWKW😁😍🥰

    05/01/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất