logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

The Power of Love

The Power of Love

Vina Rosse


Chương 1 Prolog

Jalan takdir itu terkadang mengejutkan. Ada saja caranya untuk mempertemukan dua insan yang sekian lama tak jumpa dengan cara tak terduga dan seolah kebetulan. Siapa sangka, seseorang yang dulu pergi dan tidak pernah tahu kehidupan selanjutnya, kini dipertemukan kembali di Universitas yang sama. Seseorang yang menjadi catatan hatinya, Allah dekatkan lagi dengan cara-Nya.
****
"Akhirnya, aku dan dia di sini. Menghirup udara yang sama, memandang kerlip bintang dan kembang api yang menjulang tinggi ke angkasa. Di malam pergantian tahun kali ini aku tak lagi sendiri. Dia yang saat ini duduk tepat di depan mataku, adalah seseorang yang sekian lama aku tunggu dan aku rindu. Tak ada lagi batas ruang dan waktu yang menghalangi. Meski dengan kondisi yang berbeda, hatiku masih tetap sama. Bahkan, setiap kali aku memandang wajahnya, rasa ini semakin tumbuh dan semakin dalam." Shanum bergumam sambil mematung memandang Haz.
Yohanz Berend, Shanum memanggilnya Pak Haz. Dosen muda yang terkenal ramah dan tegas ini adalah pria keturunan Belanda-Indonesia. Dia yang sedang menempuh pendidikan S3 saat ini harus menghentikannya untuk sementara waktu. Penglihatannya mengalami gangguan semenjak kecelakan yang menimpanya beberapa waktu lalu. Sejak lama Shanum menyimpan hati kepadanya. Namun, Haz tidak mengetahui hal itu. Shanum pun hanya menyimpan perasaan tersebut dalam-dalam. Di balik diamnya, rupanya Shanum merencanakan sesuatu untuk menarik perhatian dosennya. Sesuatu yang sepertinya tidak mungkin terjadi karena Shanum hanyalah seorang mahasiswa tingkat dua. Meski begitu, ada keyakinan dalam dirinya bahwa dia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya kelak.
Di bangku persegi panjang yang hanya terbuat dari kayu, Shanum dan Haz duduk berhadapan. Menikmati sejuknya Malioboro di malam yang mungkin tak akan terulang kembali. Sesekali angin menjatuhkan daun pohon akasia yang berdiri kokoh di samping kursi tempat mereka duduk.
Meski malam semakin larut, tapi keramaian di kawasan Malioboro masih terlihat. Warung angkringan berjejer dipenuhi orang-orang yang asik menyantap makanannya. Kendaraan roda dua dan roda empat masih lalu lalang meski tidak seramai siang hari. Tampak segelintir muda-mudi sedang berpose dengan kameranya masing-masing. Mengabadikan tiap momen dan tempat yang mereka pijaki. Beberapa dari mereka sedang menunggu serunya pergantian malam tahun baru.
"Dinginnya angin malam tak aku rasakan, hanya ada kehangatan yang hadir pada momen spesial ini. Aku menatapnya tak lagi jauh. Senyum simpul pada bibir tipisnya membuat suasana kian bercahaya. Hatiku kini bak puzzle yang dulu bercecer tak beraturan dan mencoba menatanya lagi dengan rapi hingga membentuk gambar yang indah. Tak akan aku lepaskan lagi dan tak akan aku biarkan orang lain menghancurkan puzzle ku lagi," gumam Shanun dalam hati.
Terdengar para musisi jalanan ikut meramaikan suasana. Ada yang hanya sekedar menghibur dengan senandung lagu yang mereka nyanyikan. Namun, ada juga yang memanfaatkan kemampuan mereka untuk mencari rizki. Senyum simpul yang terpampang dari wajah Shanum, menandakan betapa dia sangat menikmati suasana hari itu dan sesaat mengusir lelah dan letihnya lika-liku kehidupan yang dia jalani. Begitupun dengan seorang laki-laki berlesung pipi di hadapannya. Dengan santai dia memakai headset. Sesekali memejamkan mata dan terhanyut oleh alunan simfoni yang dia dengarkan dari gawainya.
"Shan!!!" Dari kejauhan suara Gio mengagetkannya.
Sontak Haz menoleh ke ke arah suara yang memanggil. Sementara itu, Gio berjalan cepat menghampiri tempat mereka duduk.
"Shan? Shanum?" tanya Haz dengan heran.
"I—iya, Pak...," jawab Shanum dengan gagap.
"Kamu ngapain di sini? yang lain nyariin tuh, kiriain kamu ilang tau gak," sambung Gio.
"Gio?" Pak Haz merasa heran lagi dengan suara Gio yang seakan khawatir pada Shanum.
"Loh, Pak Haz? Saya pikir siapa. Maaf, Pak. Maaf." Gio memelankan nada bicaranya.
"Jadi ... daritadi Shanum di sini?" Pak Haz menoleh ke arah suara yang berada di hadapannya. Memastikan jawaban dari rasa penasarannya.
"E—enggak, Pak. A—aku baru aja duduk di sini kok, Pak," jawab Shanum dengan gugup.
Shanum menarik telinga Gio dan berbisik dengan omelan kekesalan. "Lagian kamu ngapain sih pake teriak segala? Ngancurin momen manisku aja! Lain kali ....
"Ya mana aku tau kalau ada Pak Haz di sini, kamu juga sih pergi gak ngomong-ngomong." Belum selesai Shanum bicara, Gio sudah memotongnya dengan nada jengkel.
"Kenapa gak bilang daritadi kalau kamu di sini, Shanum?" tanya Haz.
"Ih beneran, Pak. Aku baru aja nyampe terus duduk di sini." Shanum menjelaskan sambil menggaruk kepalanya dan mengerutkan kening. Dia merasa malu dan berbohong kepada Haz kalau sebenarnya dia memang sejak lama berada di sana.
"Pak Haz sendiri ngapain di sini? Udah larut lo Pak," sambung Gio.
"Cuma cari angin segar," balas Haz sambil tersenyum.
Melihat dosennya tersenyum simpul, Shanum mulai salah tingkah dan terpesona. "MasyaAllah, kok, cakep banget sih, Pak," batinnya.
"Hus ... kamu mikirin apaan? Curiga, jangan-jangan .... " Gio menegur Shanum.
"Jangan-jangan apa? ga mikirin apa-apa kok." Shanum menampik kecurigaan sahabatnya itu.
Mendengar gurauan mereka, Haz tersenyum, lalu tertawa. Sementara itu Shanum terlihat menyimpan kesal yang teramat sangat kepada Gio —sahabatnya— karena dia telah mengganggu kesyahduan malamnya dengan seseorang yang dia idolakan sejak lama. Namun, dia juga merasa malu dengan keberadaannya yang memang sedari tadi berada di depan Haz.
"Sudah, kalian mau pesen minum gak? Saya yang bayar." Haz memotong pembicaraan mereka.
"Wah, mau banget dong, Pak. Kebetulan aku haus tadi muter-muter nyari Shanum." Gio menyeringai dan merasa senang dengan tawaran dosennya.
"Enggak usah, Pak. Kita kembali aja ke penginapan. Gimana?" Seketika Shanum mematahkan kebahagiaan Gio dengan menolak tawaran Haz.
"What? Shan?" Gio terkejut dengan penolakan itu.
"Minumnya nanti aja di penginapan. Ok?" Tegas Shanum.
"Kalian lucu. Cocok emang," ungkap Haz.
"Maksudnya, Pak?" Shanum dan Gio bertanya bersamaan.
"Tuh, kan. Cocok. Fix no debat. Yuk, kita balik ke penginapan." Haz tertawa lepas. Shanum dan Gio masih saja sibuk adu mulut.
Tak lama kemudian, Haz beranjak mengambil tongkatnya, lalu pergi. Bulan mengapung bersama para bintang yang mengiringinya. Di bawah kilauan kembang api yang turut serta mengindahkan langit malam, mereka bertiga berjalan beriringan menuju tempat penginapan. Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul 00.01 WIB. Pergantian tahun yang menyenangkan untuk Shanum. Namun, menyedihkan dan meninggalkan duka mendalam bagi Haz. Dia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.
"Eh, Surti. Lain kali kalo mau ngehalu tau tempat kali." Gio menyenggol pundak Shanum dan berbisik menggodanya. "Sayang sekali, kali ini Anda gagal mimpi indah. Hahaha." Betapa puasnya Gio meledek Shanum.
"Brisik, nama gua Shanum. Dasar parasit lu." Shanum masih terlihat kesal.

Bình Luận Sách (404)

  • avatar
    Xaviera

    Bagus banget nget... ceritanya😍😍

    18/05/2022

      0
  • avatar
    Damaya_29

    Senangnya Shanum bisa ketemu si anu🙈

    17/05/2022

      0
  • avatar
    ishaqlaila

    secangkir teh, secangkir harapan. selalu ada jalan utk rekonsiliasi. mantap

    04/05/2022

      1
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất