logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Part 7

Air hujan nampaknya mencoba bekerja keras. Entah untuk menyatukan antara air dan tanah. Ataukah justru menyatukan antara aku dan kamu.
***
Rumah
21.33
Hujan yang belum berhenti hingga membuat teman-temanku terpaksa harus menginap di rumah, tanpa terkecuali Devano. Bukan aku tidak mau mereka menginap, namun karena aku merasa malu pada Devano saat bermalam di rumahku. Ada rasa yang tidak bisa aku lukiskan dengan jelas, mengenai ini. Entahlah kenapa.
Aku membersihkan kamar tidurku dengan segera. Saat dimana mereka berdua akan menggunakan kamar miliku ini. Sementara aku akan tidur di kamar bunda. Aku, Icha dan tentu bersama bunda sekamar, bertiga.
Bagi Icha ini bukanlah kali pertama dia menginap di rumah. Biasanya dia tidur di kamarku, kami berdua bersama-sama menikmati malam sewaktu Icha menginap. Banyak hal yang kami bahas, dari mulai gebetan, mantan dan seputar hal yang berkaitan dengan itu. Aku merasa hal di atas adalah obrolan asik dan seru, karena aku belum pernah berpacaran, satu kalipun.
Mencintai itu pernah, tapi pacaran belum.
Saat tadi membersihkan, aku baru sadar jika aku tadi belum menyembunyikan kado pemberian Devano. Mungkin dia telah menyadari sekarang. Dia mungkin sudah melihat kado pemberiannya, yang telah terpampang jelas di atas meja belajarku.
Meja dengan warna plitur cokelat terbuat dari kayu jati. Sebuah tempat duduk yang sejak sekolah dasar sudah aku gunakan berada melengkapi meja itu. Di atas meja ini terdapat tumpukan buku-buku favorit milikku. Aku menyukai novel horor dan romance. Karena itulah dinatas meja isinya seputar hal itu. Aku juga suka mengumpulkan novel dari karya penulis favoritku, seperti Bang Rey.
"Ah..sial. Devano jadi tahu semua itu kan." Gumamku dan aku menjadi merasa kesal sendiri.
Bunda membuka pintu kamarnya, saat aku dan Icha berada di dalam kamar miliknya. Lalu menyodorkan sebungkus kantong plastik kecil, berisi benda yang sudah bunda beli dari warung tetangga kami. Obat pengusir nyamuk dengan bentuk lempengan persegi panjang berwarna biru muda.
"Din, coba ini kasihkan ke mereka."
"Apa ini Bunda?" tanyaku.
"Obat nyamuk elektrik, takutnya disana nanti ada nyamuknya." Bunda kali ini sedikit khawatir, mungkin juga merasa kasihan.
"Oh..iya Bunda." Kepalaku mengangguk.
Aku mengambil sebungkus plastik itu, lalu berjalan menuju ke kamarku. Sebenarnya aku bisa saja menyuruh Icha, namun aku juga penasaran. Cowok tampan dan manis itu sudah tidur ataukah belum, sedang apa kira-kira, dan dia betah atau tidak di kamarku. Semua itu memenuhi isi kepalaku.
"Van, bukain pintunya." Aku di depan kamar.
"Iya bentar." Suara keras Devano menjawab. Dia kini di dalam kamarku.
"Eh, Din. Gimana? Mau tidur di sini juga?" Berkata itu tanpa dosa, malah dengan ekspresi nyengir.
"Enggaklah. Gila lo, sembarangan kalau ngomong ya." Aku sedikit kesal. Dia malah tertawa kecil dengan jawabanku.
"Ini loh..pakai aja...!!!" Aku menyodorkan bungkusan itu sembari sedikit kesal dengan apa yang barusan dia ucapkan.
"Masuk Din.." suruhnya.
Aku belum menjawab apapun. Devano sudah mengambil bungkusan itu dengan tangan kananya. Setelah itu lalu menarik tanganku dengan tangan kirinya. Aku pasrah. Kami berdua masuk ke dalam kamarku. Duduk berdua di atas tempat tidur.
Aku melihat sekeliling kamar milikku. Ruangan minimalis bertema klasik, luasnya sekitar 3x4 meter dengan satu dipan yang hanya cukup untuk dua orang. Catnya berwarna abu-abu pada dindingnya. Beberapa foto keluarga, aku dan bunda juga ada di pasang di sana.
Mataku memandangi patung kecil sepasang Mickey dan Mini Mouse yang sudah berpindah posisi. Itu artinya dia sudah tahu bila kado yang dia berikan sudah aku letakan di situ. Mungkinkah dia menjadi salah paham dengan sikapku.
"Mana si Ghandi?" Aku tidak melihat dia.
"Tuh di dalem." Sembari menunjuk kamar mandi.
"Katanya pengen BAB dari tadi. Lama itu anak di dalam situ." Penjelasan Devan lebih lanjut.
Devan menunjukan kamar mandi kecil berukuran 1x2 meter yang sebenarnya hanya layak disebut wc. Kamar mandi di dalam kamar tidur. Ruangan itu sangat tertutup, ventilasi dibuat langsung menuju keluar rumah. Jika ada suara di kamar dan aku dikamar mandi. Pasti suara itu tidak akan terdengar dengan jelas.
"Din, sebenarnya udah lama. Aku mau bilang sama kamu." Serius ekspresinya ku lihat, tadinya kalau tidak dingin pasti bercanda.
"Iyaa, ada apa Van?" Aku bertanya padanya.
"Sejak kali pertama ketemu di kelas. Enam bulan lalu Din. Tepat hari pertama aku pindah dari Jakarta ke Malang. Aku mulai suka sama kamu," ucapnya sembari memegang tanganku.
Aku terdiam sejenak, dan badanku sedikit kaku. Mungkin aku merasa aneh. Kali pertama aku ditembak oleh cowok. Terlebih cowok idaman, pangeran impianku. Terlebih di depan kedua mataku.
Devano melanjutkan pembicaraanya.
"Tadinya kita sering berantem, akrab sebagai teman. Lalu dekat biasa seperti ini. Dan aku mulai menyadari, kalau ternyata aku suka sama kamu." Dia melanjutkan berbicara.
Wajah tampan, putih, hidung mancung dan alis tebal itu kini sangat jelas sekali terlihat ada di depanku. Berada di kamarku. Ah, indahnya pemandangan yang Tuhan ciptakan. Namun jarak yang dekat ini membuat dadaku berdegup kencang. Mungkinkah aku benar-benar menyukai cowok tengil ini?.
"Aku sayang sama kamu, Din. Apa kamu mau jadi pacar aku?" tanyan dia dengan serius.
Matanya membulat dengan kedua tangan memegangi kedua tanganku. Aku melihat ekspresi keseriusan terpancar di wajah tampannya. Caranya menatapku, membuat perasaanku seketika runtuh hilang tanpa kendali. Namun aku tetap berusaha fokus dan berpikir sejenak. Meski itu sulit.
"Hmm...?" Aku belum selesai menjawab.
"Din, gak harus dijawab sekarang nggak apa-apa kok. Aku bakal tunggu sampai kamu siap jawabnya." Devano memberi pengertian padaku.
"Besok bakal aku jawab Van, pasti. Makasih buat pengertianmu." Aku meyakinkan dirinya.

Bình Luận Sách (405)

  • avatar
    NuriElmi

    gadis penyuka hujan emang novel roman terbaik menurutku, dari penyajian kata dan alurnya emang gak bikin bingung dan konfliknya gak itu2 aja. aku suka sekali sama cerita ini, karya terbaik roman terbaik dari bang rey ini. semoga terus dilanjutin secepatnya bang, aku penggemarmu dari sejak Abang dari aplikasi sebelah. download novelah gara2 bang rey ini, hehe

    30/01/2022

      12
  • avatar
    FitriyaniYunita

    ceritanya itu bikin kita penasaran, apalagi karakter devano si cowok badboy, tampam dan kaya itu ngegemesin banget kalo jadi adina. pengen tahu, nggak sabar banget sama kelanjutan ceritanya. semoga bang rey secepatnya bikin cerita ini tamat. aku suka banget bang, ini karyamu yang terbaik

    29/01/2022

      23
  • avatar
    AmixImix

    gadis penyuka hujan, sama2 penyuka hujan. hujan itu hening dan saat kita hening, hal sulit pun jadi terasa gampang

    27/01/2022

      17
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất