logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Sad Wedding Bagian 3

Suasana di tempat ini sangat berisik, musik dihidupkan begitu derasnya sehingga membuat tempat ini seakan-akan bergetar saja. Sudah jelas tempat ini sangat tidak cocok untuk orang yang ingin menenangkan diri.
Banyak sekali wanita-wanita penggoda yang mengenakan pakaian yang sangat-sangat minim, bahkan ada juga di antara mereka yang tidak mengenakan pakaian sama sekali, atau biasa dikatakan bugil.
Wanita-wanita penjual tubuh itu akan datang kepada pria yang sedang kesepian dan akan berakhir di ranjang. Wanita-wanita itu tidak hanya menggoda kaum pria saja namun mereka juga menggoda sesama wanita demi mendapatkan keinginan mereka.
Disini tidak hanya wanita penghibur yang ada, pria penghibur pun ada yang biasanya akan melayani para tante-tante girang yang datang ke tempat ini.
Di sudut ruangan tersebut terlihat dua pria tampan yang dikelilingi oleh beberapa wanita pengibur. Tetapi satu di antara kedua pria tampan itu, ada yang sedang memangku salah satu wanita, lebih tepatnya diantara wanita yang ada di sana, ada Devy –yang tak lain adalah pacar Radit- yang ikut menikmati gemerlapnya malam.
Devy mengenakan dress yang hanya menutupi sebagian atas dan bawah tubuhnya sedangkan bagian dalam mereka tidak mengenakan apa - apa. Tangan-tangan genit itu pun mulai menelusuri setiap lekuk tubuhnya, membuatnya mendesah akan kenikmatan yang dia dapatkan.
"Kau sungguh gila. Istri di kamar malah ditinggalin dan memilih lari ke mari!" Teriak sahabatnya yang bernama Rizal. Di tempat seperti ini, tidak akan bisa berbicara dengan pelan karena tidak akan terdengar mengingat di sini musik dihidupkan dengan volume yang sangat besar.
Rizal sendiri adalah teman Radit dari kecil. Rizal tau betul Radit bagaimana dan begitu pun sebaliknya.
Rizal sendiri menjabat sebagai GM di perusahaan Radit sedangkan Radit menjabat sebagai CEO di perusahannya sendiri. Mereka berdua sama-sama orang terpenting di sana. Tak hanya itu, mereka juga memiliki wajah bak malaikat dan juga kepintaran dan kejeniusan yang sangat luar biasa maka tidak heran jika mereka banyak dikagumi oleh kaum hawa.
"Apa kau tidak ingat dengan yang sudah dia lakukan di masa laluku, hah? Hampir hancur masa laluku gara-gara dia." Ucap Radit dengan muka yang berubah menjadi tidak menyenangkan.
"Iya aku ingat sih. Tapi, mana tau dia sudah berubah, bagaimana? Aku lihat sih dia berubah, tidak berani melawanmu. Aku lihat juga dia tak berani menatapmu setiap kali kau memberikan tatapan tajammu itu padanya.
Jika dibandingkan dengan yang dulu, sudah jelas berbeda dia." Ucap Rizal lagi dan membuat Radit semakin muak, kenapa sih topik pembicaraannya wanita sialan itu?
"Nah, ingat. Mau gimana pun, aku tidak peduli dia sudah berubah atau tidaknya. Yang terpenting dia harus merasakannya, yah, setidaknya aku yang akan menyakitinya perlahan-lahan." Ucap Radit dan tanpa sadar dia meremas sesuatu yang ada di genggamannya.
"Ah!" Desah Devy yang ada di pangkuannya. Yah, Radit baru sadar apa yang dia remas tadi.
Rizal ingat betul bagaimana kelakuan Vina pada Radit di masa dulu. Jadi wajar saja jika Radit tidak bisa memaafkannya. Rizal sendiri terkejut ketika mengetahui Radit akan menikah dengan Vina, setelah dia bertanya, ternyata Radit punya rencana untuk membalas Vina. Rizal juga tahu jika Radit bukanlah orang yang mudah memberi maaf kepada orang dengan percuma.
"Ada baiknya kalian damai. Lupakan masa lalu itu. Anggaplah itu sebuah kejadian yang harus kamu lupakan. Mungkin tidak bisa secepat itu melupakannya, namun perlahanlah. Tidak ada untungnya jika kau ingin membalasnya, dia tetap tidak akan kembali lagi. Vina kini sudah menjadi istrimu dan otomatis setiap hari kalian akan berjumpa. Saat pagi hari di mulai dengan bangun tidur, yang kau lihat wajahnya karena kalian bakal tidur satu ranjang." Jelas Rizal yang membuat Radit seperti memikirkan sesuatu dan tak lama raut wajahnya pun berubah menjadi semakin geram dan tidak senang.
"Berdamai? Sampai kapanpun itu tidak akan. Dia harus merasakan apa yang aku rasakan!" Balas Radit.
"Terserah deh, Dit. Kalau kau tetap ingin balas dendam dengannya silahkan. Aku memperingatkan padamu jika benci dan cinta itu beda tipis. Banyak orang di luar sana yang mau balas dendam sepertimu, tapi apa? Mereka malah terjebak dengan permainan yang mereka buat." Jelas Rizal dan itu semakin membuat Radit marah. Gimana dia tidak marah, sedangkan yang dibahas adalah orang yang sangat dibencinya.
Semakin lama Radit semakin muak mendengar Rizal berbicara mengenai Vina. Bahkan Rizal membela Vina? Sungguh ini tidak bisa dipercaya oleh Radit.
"Aku tidak akan jatuh cinta sama dia. Ingat ucapan aku ini. Udah deh jangan bahas dia lagi. Lagian untuk apa kita membahas wanita itu lagi? Membuang-buang waktu saja." Kesal Radit.
Sementara Devy yang ada di pangkuannya masih terus saja menggoda Radit dengan menari-narikan jemarinya di dada milik Radit. Tentunya hal itu membuat Radit bernafsu.
"Sayang, bagaimana kalau kita lanjutkan ke ranjang? Aku sudah tidak sabar menanti servis kamu malam ini." Ajak Radit.
Mereka pun beranjak dari bangku lalu menuju kamar yang memang telah disediakan untuk mereka yang ingin 'tidur keringat' di sana. Sebelum mereka pergi, Radit sempat mendengar Rizal bergumam.
"Tidak ada berubahnya sifatmu, Dit. Udah punya istri cantik gitu malah disia-siain." Ucapnya sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya yang satu ini.



Vina terbangun saat dia merasakan tangannya jatuh dan menyentuh dinginnya lantai. Dia baru sadar bahwa dia tertidur di lantai masih dengan gaun pernikahan yang melekat di tubuhnya.
Vina teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu, dimana Radit menamparnya di kedua pipinya dengan tamparan yang cukup kuat. Tamparan itu kini masih menyisahkan rasa sakit bagi Vina.
Vina bangkit dari lantai dan berjalan ke kamar mandi untuk menggantikan gaun pengantinnya dengan pakaian tidur. Saat Vina membuka koper yang dikiranya berisikan baju-bajunya, ternyata yang Vina temukan bukan baju tidurnya melainkan beberapa helai baju yang tidak pantas dikatakan baju.
Di dalam koper itu berisikan lingerie dengan bahan-bahan tipis yang jika ia kenakan membuat tubuhnya tercetak jelas. Vina bergidik ngeri melihat lingerie tersebut dan sontak saja Vina langsung menutup kembali koper tersebut.
Vina bingung harus menggunakan pakaian siapa. Tidak mungkin jika dia hanya menggunakan handuk saja.
Setelah cukup lama, Vina pun akhirnya membuka koper yang berisikan pakaian Radit, di dalam koper itu Vina menemukan baju tidur. Ya mungkin baju itu akan kebesaran baginya. Tapi, dia tetap memakai pakaian tidur milik suaminya itu.
Setelah berpakaian. Vina melihat ke arah kasur, dan dia tak mendapatkan Radit di sana.
Vina duduk di pinggiran ranjang sambil memikirkan kemana Radit. Vina melihat jam yang tertempel di dinding yang berada di kamarnya. Sudah jam 3 malam. Sudah jam segini, kenapa Radit belum juga datang? pikir Vina.
Vina mendengar suara ketukan pintu. Vina menghiraukan ketukan itu karena menurutnya itu ketukan pintu sebelah kamarnya.
Semakin lama suara ketukan itu semakin cepat. Vina penasaran, dia pun berjalan ke arah pintu.
Disaat hendak membukakan pintu, Vina berpikir siapa yang mengetuk pintu kamar jam 3 malam seperti ini?
"Apa mungkin yang ngetuk itu hantu? Ini sudah jam 3 malam." Ucap Vina, namun dia langsung menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran buruknya.
Tanpa banyak pikir lagi, Vina langsung membuka pintu kamarnya dan menemukan Mama Radit yang berdiri tak jauh dari pintu kamarnya.
"Eh Tante. Masuk, Tan." Ucap Vina mempersilahkan Mama Radit masuk, tapi Mama Radit menolaknya, memilih berdiri di luar saja.
"Mom kan sudah katakan, jangan panggil Tante." Ucap Mama Radit.
"Ah iya, maaf Mom. Ayo Mom masuk." Ucap Vina sambil tersenyum ke arah Mama Radit.
"Sudahlah tidak apa-apa. Mom di sini saja. Radit ada?" Tanya Mama Radit. Terlihat Mama Radit seperti panik dan Vina tidak tau apa yang membuatnya begitu panik gitu.
"Radit ya Mom? Eee... dia ada... di kamar mandi, Mom. Yah, di kamar mandi." Ucap Vina sembari menunjuk pintu kamar mandi yang tertutup.
"Kamar mandi? Oh, syukurlah." Ucap Mama Radit yang kelihatannya sudah lega. Vina pun yang merasa penasaran dan menanyakan ke Mama Radit.
"Ada apa, Mom?"
"Oh ini tadi ada teman Mom yang kebetulan pergi ke club yang ada di bawah. Terus katanya dia melihat Radit bersama wanita di sana, jadi teman Mom itu langsung menghubungi Mom. Mom ya terkejut mendengarnya, maka dari itu Mom langsung datang kesini untuk mastikannya ternyata dia ada di sini." Jelas Mama Radit.
Vina yang mendengar penjelasan Mama Radit pun sedikit terkejut namun dia tidak terlalu menunjukkannya karena takut timbul kecurigaan pada Mama Radit.
"Hm, itu. Mungkin teman Mom salah melihatnya, karena kan Radit di kamar saja, Mom." Jelas Vina dengan kebohongannya.
"Iya, pasti salah lihat teman Mom. Yauda deh Mom balik ke kamar dulu ya. Maaf yah sudah ganggu kalian malam-malam begini. Katakan pada Radit jika mau 'main' pelan-pelan." Ucap Mama Radit dengan mengedipkan sebelah matanya ke arah Vina.
Vina yang mengerti akan ucapan Mama mertuanya langsung tersipu malu dan Mama Radit juga senyum melihat tingkah Vina.
Setelah Mama Radit pergi, Vina langsung menutup pintu dan kembali duduk di sofa yang terdapat di bagian pojok ruangan. Dia memikirkan apa yang dikatakan Mama Radit tadi. Vina takut jika itu benaran Radit.
Setelah kira-kira setengah jam Vina duduk di sofa tersebut, tiba-tiba ada orang yang mengetuk kembali pintu kamarnya dengan tidak sabar.
"Sebentar." Ucap Vina dan segera beranjak dari sofa lalu membukakan pintu tersebut. Ketika pintu terbuka Vina mendapati Radit dalam keadaan mabuk yang diantarkan oleh Rizal.
Rizal langsung membaringkan Radit yang mabuk di atas tempat tidur setelah itu dia pamit dengan Vina. Vina segera menutup dan mengkunci pintu tersebut. Vina melihat keadaan Radit yang berantakan dengan cap merah berbentuk bibir di pipi dan juga kemeja yang dikenakan Radit.
Tanpa sadar air mata Vina jatuh melihat Radit dengan keadaan mabuk seperti ini. Vina berpikir bahwa dia istri yang bodoh yang tidak bisa menjaga suaminya dari tempat terkutuk seperti club malam itu.
Vina mengambilkan baju tidur Radit yang ada di dalam koper miliknya lalu berjalan ke arah Radit dan menggantikan pakaian yang melekat di tubuh Radit dengan baju tidur.
Ketika Vina membuka baju Radit, Radit sempat mengigau dan berkata.
"Hai wanita sialan! Buat apa kau di sini? Kau sudah merusak masa laluku dan sekarang kau hadir untuk merusak masa depanku juga, hah? Tidak akan aku biarkan hal itu terjadi. Hahaha." Ucapnya sedangkan Vina masih tetap membuka satu per satu pakaian yang dikenakan Radit untuk diganti dengan baju tidur.
"Kau pikir dengan pernikahan ini, kau akan bahagia? Tidak akan. Hahaha aku akan buat kau seperti apa yang telah kau lakukan padaku dulu. Dasar wanita sialan! Wanita tak tau diri! Jalang!" Lanjut Radit membuat Vina semakin meneteskan air matanya.
Setelah siap menggantikan pakaian Radit, Vina pun ikut berbaring di samping Radit. Meletakkan kepalanya di atas dada Radit. Salah satu tangannya menggenggam tangan Radit.
Hangatnya tangan Radit memberikan kenyamanan pada Vina. Vina bahagia bisa memegang tangan Radit walaupun Radit dalam keadaan tidak sadar sekalipun.



Vina terbangun dengan tangan yang masih berpautan dengan tangan Radit. Vina menoleh ke samping untuk melihat apakah Radit sudah bangun atau masih terlelap di alam mimpinya. Syukurnya Radit masih terlelap, terlihat dari matanya yang masih tertutup dengan hembusan nafas yang tenang.
Vina melepaskan pautan tangannya dengan tangan Radit. Sebenarnya Vina tidak rela jika pautan tangan itu dilepas sekarang juga, tapi apa boleh buat, Vina takut nantinya Radit terbangun dan mendapati tangan mereka berpautan.
Vina beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya karena sebentar lagi mereka akan dijemput oleh supir keluarga Radit untuk membawa mereka ke rumah Orang tuanya Radit.
Setelah selesai mandi, Vina berniat hendak membangunkan Radit untuk mandi. Ketika Vina keluar dari kamar mandi, Vina mendapati ternyata Radit telah bangun dari tidurnya dan sekarang sedang duduk di pinggiran tempat tidur dengan matanya yang menatap Vina seperti biasa.
Radit yang melihat Vina telah keluar dari kamar mandi, langsung bangkit merampas handuk yang berada di sisi sofa dan berjalan ke arah kamar mandi. Vina menggeserkan badannya ketika melihat Radit berjalan ke arahnya, lebih tepatnya ke kamar mandi.
Sebelum Radit masuk ke dalam kamar mandi, Radit sempat mengatakan sesuatu kepada Vina.
"Tubuhku terasa gatal semua karena kau sentuh tadi malam." Ucapnya dan mengarahkan tatapan tajamnya ke Vina sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.
Vina yang mendengar Radit mengatakan itu membuatnya terdiam seperti patung di depan pintu kamar mandi, sedangkan Radit sudah beberapa detik yang lalu telah menghilang ke dalam kamar mandi.
Muka Vina langsung pucat. Dia tidak nyangka kalau Radit ternyata tahu apa yang terjadi malam itu.
Oke, mungkin untuk pasangan yang saling mencintai dan menyayangi hal ini hanyalah hal biasa, menyentuh pasangannya sendiri. Tapi tidak dengan Vina dan Radit, Radit sangat membenci Vina. Vina tidak tau setelah ini apa yang akan terjadi padanya atas kelancangannya memegang tangan Radit. Apakah tamparan? Atau malah lebih parah. Entahlah Vina tidak tau. yang jelas saat ini dia sangat takut.
Memang sebelum Vina memegang tangan Radit malam itu, Vina telah memikirkan apa yang akan di dapatkan jika Radit mengetahui kelancangannya tersebut. Tapi Vina tidak peduli saat itu, yang dia pedulikan saat itu adalah dapat menyentuh Radit walaupun Radit dalam keadaan tidak sadar.
Selama proses pernikahan saja, mereka hanya beberapa kali saling menyentuh. Bahkan saat duduk di atas pelaminan pun, Radit menjaga jarak padanya.
Tidak berapa lama, Radit pun keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang membalut di bagian bawah tubuhnya dan itu semakin membuat Vina terjatuh dalam pesona seorang Radit.
Vina sadar ketika Radit mengetahuinya yang sedang memandangi Radit, bagaikan seorang singa yang memandang daging mentah di hadapannya. Vina menundukkan kepalanya setelah matanya bertemu dengan tatapan mata Radit yang sangat mengerikan bagi Vina.
"Terpesona, heh?" Ucap Radit dan membuat Vina semakin menundukkan wajahnya.
"Wajar sih kalau kau terpesona. Tapi sayang, kau tak bisa menyentuhnya ketika aku dalam keadaan sadar, kan? Haha menyakitkan sekali, bukan?" Lanjut Radit lagi.
"Ah iya, tadi malam bonus untukmu. Aku yakin pasti tadi malam kau sudah lihat semua bagian tubuhku, kan? Secara kau sudah menggantikan bajuku." Lanjut Radit kembali.
Ya, tadi malam Vina telah melihat semua bagian tubuh Radit kecuali bagian yang berada di selangkangan Radit. Tubuh Radit bisa dikatakan sempurnya dengan kotak-kotak yang tercetak di bagian perutnya yang membuat Vina ngiler saat melihatnya.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu yang membuat Vina dan Radit menoleh ke arah pintu.
Vina langsung membukakan pintu dan mendapati supir keluarga Radit yang berjanji akan menjemput mereka.
"Nyonya dan Tuan, kalian sudah siap?" Tanya supir mereka.
"Sudah." ucap Vina.
"Biar saya saja yang mengantar barang Nyonya dan Tuan ke bawah." Ucap supir mereka dan mengangkat barang-barang mereka.



Vina menekan tombol bel yang terdapat di sebelah pintu rumah mertuanya. Setelah beberapa lama, akhirnya pintu itu terbuka.
"Selamat datang Tuan dan Nyonya. Keluarga besar telah menunggu kalian di taman belakang." Ucap pelayan tersebut dan dibalas senyuman oleh Vina.
Rumahnya sangat lah besar, di dalamnya terdapat barang-barang yang harganya sangat mahal. Rumah ini memiliki 3 lantai, dimana lantai ketiga dibuat untuk taman bersantai.
Ketika Vina dan Radit sampai di taman belakang rumah, semua keluarga besar menyambut mereka dengan suka ria.
Taman yang luas. Di taman ini terdapat kolam renang, ada untuk ukuran anak kecil dan ukuran dewasa. Tak hanya itu, di taman ini juga ditanami berbagai macam bunga dan juga buah-buahan.
"Selamat datang di keluarga ini, Vina" Ucap mereka semua yang ada di sini.
Vina senang karena dapat diterima dengan baik di keluarga Radit.
"Sayang, untuk sementara kalian tinggal di sini dulu yah?" Ucap Mama Radit.
"Tidak usah lah, Mom. Radit kan punya apertemen, kami bisa tinggal disitu. Lagian jarak ke kantor jauh jika dari sini Mom." Jawab Radit.
"Yahh. Kamu gitu sih. Masa' tidak mau tinggal di sini untuk sementara. Mom ada teman nanti. Dad kamu sebentar lagi mau pergi. Tante sama Om kamu pun sebentar lagi akan kembali ke Singapore karena mereka ada tugas lagi." Ucap Mama Radit.
"Mom, Dad pergi hanya sebentar loh. Hanya dua hari aja." Ucap Radit.
"Walaupun hanya dua hari, kan sama aja Dad kamu pergi. Please, tinggalah di sini untuk sementara." Ucap Mamanya.
"Yaudah deh Mom, ingat hanya untuk sementara." Balas Radit.
"Iya." Jawab Mamanya.
"Yasudah, kalau gitu Radit mau naik ke atas dulu. Mau istirahat. Masih lelah," ucapnya lalu meninggalkan taman ini.
"Emang semalaman ngapain aja, sayang? Kenapa sampai lelah gitu Radit?" tanya Mama Radit sepertinya niatnya hendak menggoda Vina.
"Tidak ada ngapain kok, Mom." Ucap Vina dan Mama Radit hanya tersenyum mendengar jawaban dari menantunya tersebut.
"Ma, Vina ke kamar dulu ya." Pamit Vina kepada Mama Radit dan segera meninggalkan Mama Radit di taman bersama keluarga besar lainnya.
Vina naik ke lantai 2, dimana di situ ada kamar buatnya dan Radit. Ketika hendak membuka pintu kamar tersebut, Vina mendengar percakapan Radit dari dalam kamar.
"Iya sayang, ini juga mau istirahat."
"Kamu tau tidak? Tadi malam kamu itu makin hebat. Membuatku seakan tak ingin mengakhirinya."
"Kamu semakin rapat aja sayang. Dan itu membuat aku ketagian ber'main' denganmu.."
Begitu la percakapan Radit di sebrang telepon membuat Vina panas dan membuka pintu kamar itu begitu saja. Lantas Vina merampas ponsel yang ada di genggaman Radit lalu mencampakkannya begitu saja hingga ponsel itu pun pecah.
Radit yang melihat ponselnya dicampakkan begitu saja, dia langsung menampar Vina.
Plakk.. Plakk...
"Maksudmu apa?" bentak Radit dengan menjambak rambut Vina membuat Vina mendongkakkan wajahnya ke atas sehingga wajah mereka bertemu.
"Kamu tak pantas teleponan seperti itu dengan wanita lain. Kamu sudah punya istri, ingat itu." Ucap Vina dengan suara pelan menahan sakit karena jambakan tersebut.
"Kau tak berhak ngatur hidupku! Kau hanya benalu aja di hidupku! Dan sampai kapan pun aku tidak akan menganggap statusmu yang menjadi istriku! Kau ingat itu, Jalang!" bentakan Radit semakin kuat membuat Vina takut dan tak berani menjawab perkataan Radit.
Vina hanya bisa menangis. dia tidak tau kenapa akhir-akhir ini dia sering sekali menangis setiap Radit memarahinya, entah kemana keberanian Vina yang dulu.
Radit melepaskan jambakannya pada rambut Vina dan mendorong Vina menjauh darinya sehingga Vina terjatuh di atas tempat tidur.
"Sialan!" Umpat Radit dan memunguti serpihan handphonenya yang pecah.
■■■■■■

Bình Luận Sách (63)

  • avatar
    Intan_iu

    sangat best cerita nya pliss tolong lanjut 😭♥

    28/03/2022

      0
  • avatar
    AndiniAndini

    baik bagua

    13/08

      0
  • avatar
    Dump's Kristine

    I like

    08/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất