logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

6. Keluarga yang hancur / Martino Ali

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, sebuah mobil mewah sudah terparkir di luar pagar sekolah. Mobil siapa lagi kalau bukan mobil keluarga Yuna, kali ini Ibunya lah yang menjemput. Jarang sekali ibu-ibu sosialita itu menjemput anaknya. Saat menunggu putrinya keluar, Ibu Yuna melihat Hana keluar, wanita itupun menghampirinya. "Hai Hana!!" Dengan sok ramah Ibu Yuna menyapa, Hana pun membalasnya dengan sopan, "Selamat siang" dia menundukkan kepalanya sekali untuk memberi hormat. Walaupun sebenarnya enggan, yuna tetap melakukannya, bagaimanapun juga berkat keluarga Yuna lah Hana bisa bersekolah disitu. "Aku dengar sebentar lagi akan ada ujian semester satu, kalau kau tidak keberatan ikutlah dengan kelompok belajar Yuna! Kau bisa belajar lebih baik disana." Ibu Yuna berusaha membujuk gadis itu, tujuannya adalah agar putrinya bisa mencontek bagaimana cara Hana belajar dan apa saja materi yang dipelajarinya.
Namun Hana tak tertarik sama sekali dengan tawaran itu, dia malas jika harus bergabung dengan kelompok belajar Yuna. Orang-orang yang ada di dalamnya pasti sangat membosankan. "Maaf, tapi saya lebih nyaman belajar sendiri. Permisi." Kemudian Hana pergi. Dalam hati, Ibu Yuna sangat kesal padanya karena dengan sombongnya Hana menolak tawaran yang tak pernah ditawarkan pada siswa lain itu.
"Ibu!!" Yuna menghampiri ibunya dengan berbunga-bunga, Ibu Yuna yang sedang kesal itu mendadak tersenyum saat putrinya datang. "Putriku!! Kenapa kau terlihat bahagia sekali? Ada apa?"
"Aku akan mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional."
"Benarkah?" Ibu Yuna mencoba memastikan, Yuna mengangguk semangat. Mendengar itu Ibu Yuna sangat bahagia sampai-sampai memeluk putrinya itu dengan erat, "Ibu sangat bangga padamu. Ayahmu harus tahu soal ini." Yuna mengangguk setuju. "Ayo naik mobil, kita pulang!"
Setelah keluar dari mobil, Yuna langsung berlari masuk rumah. Ia tak sabar untuk menyampaikan berita bahagia ini pada ayahnya. Sedangkan Ibu Yuna masih di depan rumah, Ia melihat seseorang datang dan memarkirkan mobil di halaman. Setelah sang pemilik mobil itu membuka pintu, betapa kagetnya Ibu Yuna melihat siapa itu. Dengan terburu-buru Ibu Yuna menghampiri orang itu dan langsung memeluknya. Sudah lama sekali Leon tidak pulang ke rumah. Anak laki-lakinya itu memilih tinggal di rumah neneknya.
"Ibu!!" Leon memeluk ibunya dan melepas rindu karena lama tak bertemu. Wajah keduanya sangat bahagia. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat Leon masih duduk di bangku SMA. Wajar saja jika keduanya terlihat sangat bahagia.
"Ibu, dimana Yuna?" Leon sangat bersemangat untuk menemui adiknya, "Yuna sudah masuk ke rumah." Setelah mendapat jawaban Leon langsung masuk ke rumah.
Dengan berjingkat Yuna masuk ruang kerja ayahnya. "Ayah, aku punya kabar baik yang harus kau dengar!" Ayah Yuna yang semula sedang sibuk bekerja menghentikan kegiatannya sebentar untuk mendengar apa yang akan dikatakan putrinya. "Katakan pada ayah, apa itu?"
Dengan senyum yang mengembang sempurna di wajahnya Yuna mulai bercerita, "aku, akan mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional!". Kebahagiaan Yuna dengan cepat menular pada ayahnya, ayahnya pun kini ikut melebarkan senyumnya "Benarkah, ayah senang mendengarnya." Satu pelukan didapatkan Yuna lagi, Ayah Yuna terlihat sangat bangga pada putrinya itu.
"Apa berarti kau mengalahkan Hana?" Wajah Yuna seketika berubah saat mendapat pertanyaan itu dari ayahnya, jika Yuna mengatakan yang sebenarnya bahwa Hana memutuskan untuk mengundurkan diri pasti Ayahnya akan kecewa. Ayahnya akan mengatakan kalau Yuna dapat mengikuti olimpiade karena belas kasihan Hana, dan Yuna tak mau itu terjadi. Dengan alasan itulah Yuna memilih berbohong. "Aku mendapat nilai tertinggi saat seleksi."
Ayah Yuna percaya saja dengan yang dikatakan putrinya, Ia terus memuji-muji putrinya yang pintar itu. "Kau anak ayah yang pintar, tidak seperti kakakmu."
Tak disangka ucapan ayah Yuna itu melukai seseorang yang sedari tadi berdiri di depan pintu "Kenapa ayah selalu membandingkan aku dengan Yuna?" Dia Leon kakak laki-laki Yuna, Tak merasa menyesal dengan apa yang dikatakannya, Sang ayah justru balik memarahi anak laki-lakinya itu, "Itu salahmu karena tak mendengarkan ayah!!".
Leon pun mulai emosi, dia meninggikan suaranya "Apa aku tidak bisa menjadi apa yang aku mau???" Leon tak peduli dengan siapa Ia berbicara sekarang. Leon tidaklah sepintar Yuna, tapi ayahnya selalu menuntutnya untuk mendapat nilai yang lebih. Keduanya memiliki pandangan hidup yang berbeda, sejak kecil Leon ingin sekali menjadi seorang polisi, namun ayahnya tidak merestui itu. Sang ayah memintanya untuk melanjutkan bisnis yang sudah dibangun ayahnya. Namun sifat keras kepala Leon tidak bisa dibantah. Ia memilih untuk pergi ke rumah neneknya, dan mulai mengenayam pendidikan kepolisian tanpa restu ayahnya.
"Pergilah dari sini!! Aku sudah bilang kau bukan anakku lagi sekarang." Ayahnya sangat marah dan mengusirnya, dengan emosi yang meluap-luap, Leon memutuskan untuk pergi dari rumah itu. Sebenarnya Ia datang ke rumah untuk meminta maaf pada ayahnya, namun sepertinya hal itu tidak mungkin. Ayahnya masih tetap sama, bahkan sampai sekarang Ia tak menganggap Leon sebagai anaknya lagi. Ya sudah Leon pergi saja, niat baik datang kerumah malah mendapat sambutan yang kurang baik dari ayahnya.
"Yuna! Biar kuberitahu padamu, masa mudamu hanya datang satu kali. Jadi hiduplah sesuai keinginanmu!" Leon sempat berbisik pada adiknya sebelum Ia pergi. Yuna hanya diam, sebenarnya Ia sangat menyayangkan pertengkaran antara ayah dan kakaknya, pertengkaran itu benar-benar membuat keluarganya berantakan. Sebelumnya Ia sangat dekat dengan kakak laki-lakinya itu, tapi sekarang berbeda, mereka sudah seperti orang asing sekarang.
☆○☆○☆
Alva mengunjungi kantor polisi Yongsam hari ini, bukan untuk menemui temannya, tapi dia ingin menemui orang lain. 'Martino Ali" seorang tersangka pembunuhan yang sudah ditahan sejak sepuluh tahun lalu. Dialah tersangka dari kasus kematian orang tuanya, dan hari ini Alva akan menemui orang itu. Dengan baju tahanan yang lusuh, kini orang itu sudah ada di depannya.
Saat melihat wajah tersangka, emosi Alva tiba-tiba saja naik. Walaupun dia sendiri belum bisa memastikan apakah Martino Ali benar-benar pelakunya atau bukan, tapi tetap saja orang itulah yang mengaku bahwa dialah pelaku sebenarnya.
"Siapa kau?" Martino nampak bingung dengan kehadiran orang yang tak dikenalinya itu. Alva tak menjawab pertanyaan orang tua itu, Ia justru balik bertanya "Kenapa kau membunuh orang tuaku?" Martino tertegun dengan pertanyaan Alva, ditambah lagi tatapan mata yang tajam dari pemuda itu, membuat nyalinya menciut.
"Kau? Anak dari Alendro dan Rumini?" Selama bertahun-tahun dipenjara, inilah pertama kalinya Martino bertemu dengan anak dari korbannya. Emosi Alva semakin memuncak saat Ia mendengar nama orang tuanya disebut. Alva mengepalkan tangannya, jika saja tak ada pembatas kaca di depannya, mungkin kepalan tangan itu sudah mendarat di wajah Martino. Alva mencoba menahan emosinya lebih keras lagi, Ia tidak mau bertindak gegabah. Seperti yang Ia percaya sebelumnya, mungkin saja orang yang sekarang duduk di depannya itu bukanlah pelaku sebenarnya. "Iya aku anak mereka. Jadi jawablah! Kenapa kau membunuh kedua orang tuaku?" Tatapan matanya sekarang lebih tajam lagi.
Martino terlihat takut dan gugup, "Aku membunuhnya karena, a-a-ku," Ia menjawab pertanyaan Alva dengan terbata-bata, bahkan dia tidak merampungkan kalimatnya. Melihat itu, Alva mendekatkan wajahnya dan berbisik "Kenapa kau mengakuinya, padahal bukan kau pelakunya?"
Martino kaget bukan main, matanya melongo tak percaya kalimat itu keluar dari mulut pemuda yang ada di depannya itu. Tapi kemudian orang tua itu mencoba tenang dan menjawab pertanyaan Alva "Apa yang kau bicarakan? Akulah yang membunuh orang tuamu!!"
Alva tak percaya dengan jawaban itu, ekspresi Martino saat pertama kali pertanyaan itu dilontarkan menunjukkan bahwa dia terkejut. Dia pasti tak menyangka kalau Alva tahu tentang semua itu. "Jangan berbohong padaku, aku akan mencari kebenarannya."
"Jangan buang-buang waktumu untuk sesuatu yang tidak penting!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Martino kembali ke sel tahanan tanpa diperintah. Alva menatap punggung Martino dengan emosi yang masih menggebu-gebu, dia tidak terima dengan sikap Martino yang pergi begitu saja. Setelah hanya diam, beberapa saat kemudian Alva memutuskan untuk pergi. Keluar kantor polisi dengan emosi membuatnya tak fokus berjalan, sampai akhirnya Ia menabrak seorang gadis.
"Aduh!!" Gadis itu kaget setelah menabrak Alva. "Maafkan aku, kau tidak papa?" Alva segera meminta maaf, Ia sadar sepenuhnya jika ini adalah salahnya. "Aku hanya kaget saja." Gadis itu tak mempermasalahkan insiden itu. "Syukurlah, sekali lagi aku meminta maaf." Satu lagi perminta maafan dari Alva. "Iya, tidak papa." Gadia itu berjalan memasuki kantor polisi Yongsam.
☆○☆○☆
"Ayah sangat senang, kau membesuk ayah." Ada senyum bahagia di wajah ayahnya, tapi Hana menatap orang tua itu dengan dingin. "Kalau bukan ibu yang memintaku, aku tak akan datang." Ayah Hana menatapnya sedih, entah sampai kapan anak semata wayangnya itu akan membencinya. "Bagaimana keadaan ibumu?" Lama sekali dia tak bertemu istrinya, bahkan mendengar kabarnya pun tidak pernah.
"Ibu sedang di rumah sakit, tapi keadaannya sudah mulai membaik." Dalam batin Hana, Ia marah. Untuk apa orang itu bertanya tentang keadaan ibu, bukankah dia yang membuat ibu seperti ini? Namun Hana tak mengatakannya secara lantang, Ia tak emosi terus menguasai dirinya.
"Pasti ibumu akan segera sembuh." Lelaki tua itu mencoba menghibur putrinya, namun Hana tak merespon apapun. Jadi Ayah Hana mencoba menanyakan hal lain, "Bagaimana sekolahmu?" Masih dengan wajah dinginnya, Hana pun menjawab "Aku bersekolah dengan baik."
"Ayah ingin meminta maaf padamu!" Ada penyesalan yang teramat dalam dilubuk hatinya, karena dirinyalah kehidupan keluarga yang semula baik-baik saja menjadi hancur. Ia sangat merasa bersalah pada istri dan anaknya.
"Berhentilah mengatakan maaf padaku. Itu tidak berarti untukku, berapa kalipun kau mengatakannya." Perkataan Hana barusan benar-benar membuat ayahnya semakin bersedih, sampai tak bisa mengatakan apapun. Hana bangkit dari kursinya, "Jaga dirimu!".
Wajah lelaki tua itu berbinar-binar saat Hana mengucapkan kalimat terakhirnya yang singkat. Mungkin ada secercah harapan bagi keduanya untuk berbaikan. Namun sayang, ternyata kalimat itu belum selesai, Hana masih melanjutkan kalimatnya.
"Itu pesan dari ibu." Hana kemudian pergi, meninggalkan ayahnya begitu saja.
Seketika wajah Ayah Hana berubah muram setelah mendengar itu. Ternyata putrinya masih sangat membencinya. Lelaki itu menundukkan kepalanya, perlahan air mata turun sebagai pertanda kesedihan yang sedang Ia rasakan.
Setelah pulang dari kantor polisi, Hana mengunjungi rumah sakit, tentu saja untuk menjenguk ibunya. "Aku datang" Dengan seyum yang mengembang, Ibu Hana menyambutnya. "Apa kau sudah menjenguk ayahmu?" Itulah kalimat pertama yang dilontarkan Ibu Hana. "Sudah." Jawab Hana singkat. Sang Ibu langsung bangkit dari posisi tidurnya, duduk mendekati putrinya. Jujur saja Ia sedikit kaget. Ia sudah sering kali menyuruh Hana untuk membesuk ayahnya di penjara, tapi anaknya itu tak pernah mau. Baru kali ini dia mau menemui ayahnya setelah sekian lama tak bertemu.
"Bagaimana keadaannya?" Rasa penasaran terlihat jelas di wajah Ibu Hana, sudah lama sekali Ia tak mendengar kabar tentang suaminya itu. "Dia terlihat lebih baik darimu, jadi berhentilah mencemaskan ayah! Perhatikan saja kesehatanmu!" Hana menggenggam tangan ibunya, dengan lembut Ia memohon pada ibunya itu untuk berhenti mencemaskan orang lain. Karena kesehatannya sendiri belum sepenuhnya pulih.
Ibu Hana mengangguk pelan, Ia memutuskan untuk diam. Dia sudah sangat bersyukur putrinya itu mau menemui ayahnya, walaupun sekali. Yang Ia harapkan selanjutnya Hana bisa memaafkan ayahnya.

Bình Luận Sách (86)

  • avatar
    MikaKyra

    alur ceritanya benar-benar bagus. Penulis nya hebat dapat membuat cerita seperti ini. Semangat untuk penulis nya

    02/01/2022

      0
  • avatar
    junelsyDelphi

    bgus

    04/04

      0
  • avatar
    Lamongan IndahPraditha

    🥳🥳🥳

    01/03/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất