logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 Siapa mereka?

Perempuan itu kuat karena ia belajar terus mencintai meskipun kadang tersakiti.
Perempuan itu kuat karena ia bisa tersenyum pada pagi hari seakan-akan ia tidak menangis semalam tadi.
♡ ♡ ♡
2 minggu kemudian ....
"Alhamdulillah ... dapat uang dua juta lebih, Pa. Semoga bisa menutupi kebutuhan kita bulan ini," kata Firda kepada suaminya setelah membuka amplop dan menghitung uang dari orang-orang yang membesuk Rayan. Mereka memang rata-rata orang kaya, belum lagi buah tangannya, cemilan dan bermacam-macam buah-buahan. Firda sampai membagi-bagikan kembali kepada tetangganya.
Rayan hanya diam saja karena dia tahu kebutuhan rumah tangganya sangat banyak jumlahnya. Membayar KPR, angsuran motor, angsuran kartu kredit, belum lagi sekarang harus menyediakan uang untuk pengobatan dirinya.
Gaji memang seutuhnya dipegang Firda. Namun, jika sudah untuk membayar semua angsuran pastinya uang gajiannya tidaklah cukup untuk satu bulan. Rayan sadar akan hal itu, tetapi dia terkadang tak mau tahu.
"Assalamu'alaikum ...." Terdengar seseorang mengucap salam dari depan pagar rumah.
Wa'alaikumussalaam," jawab Firda sambil berjalan ke depan dan membukakan pintu dan pagar untuk tamunya. Tampaklah sepasang suami istri yang baru pertama kali dilihatnya.
"Pak Rayan ada, Mbak?" tanya wanita itu.
"Ada, silakan masuk dan duduk dulu biar saya panggilkan," jawab Firda.
Sebelum Firda beranjak menuju ke kamar, ternyata Rayan sudah terlebih dahulu datang, berjalan sendiri dengan tongkat menghadap tamunya. Dapat dilihat oleh Firda jika wajah suaminya sangat cerah dan gembira. Dari cara bicaranya pun terlihat jelas jika Rayan sangat senang dengan kedatangan mereka. Baju Rayan juga sudah berganti dan rapi.
'Sepertinya suamiku sudah tahu kalau akan ada tamu, tumben dia sudah rapi sebelum aku memanggilnya. Padahal biasanya meskipun teman-temannya yang datang dia nggak secepat ini menyambutnya. Siapa dia, aku juga baru melihatnya,' batin Firda yang merasa heran dengan kelakuan Rayan.
Firda akhirnya melanjutkan langkahnya ke belakang untuk membuatkan minuman dan juga menyiapkan beberapa camilan untuk mereka. Dari dapur Firda mendengar suara mereka yang berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. Tamu suami istri itu sepertinya sama-sama humoris. Rayan juga sebenarnya orang yang ramah dan suka bercanda juga. Hanya saja semua itu hanya dengan teman-temannya, bukan dengan dirinya.
Itulah yang sering membuat Firda sedih, suaminya terlihat lebih bahagia dengan orang lain dibanding saat berdua dengan sang istri.
"Silakan diminum," kata Firda mempersilakan tamunya sambil meletakkan hidangannya di meja.
Tak lama kemudian, Rayan memperkenalkan tamu yang datang ke rumahnya pada Firda.
"Ini Mbak Maya dan suaminya Pak Yahya. Mbak Maya ini guru mengaji di salah satu mushola yang menerima bantuan dari perusahaan. Kebetulan waktu itu aku yang mengurus bantuan itu dan ternyata tetangganya Mbak Maya juga temanku sekolah dulu. Jadi kita sering bertemu kalau ada waktu berkunjung ke mushola, sekalian mampir silaturahim," kata Rayan menjelaskan.
"Iya, Mbak, maaf kami baru bisa menjenguk Pak Rayan, soalnya baru tahu juga kalo Pak Rayan kecelakaan," ucap wanita yang bernama Maya itu dengan wajah yang ceria dan sedikit genit menurut Firda.
Tapi Firda juga tak mau ambil pusing dengan Maya karena Firda berpikir mungkin sudah karakternya seperti itu. Apalagi katanya tadi Maya adalah guru mengaji, pastinya dia lebih paham soal etika dan agama. Hanya saja pembawaannya yang lebih ceria terkesan genit di mata Firda. Wajah Maya sangat manis dengan make-up tipis dan postur tubuh yang cukup seksi meskipun tidak tinggi. Wanita itu juga terlihat ramah dan mudah bergaul.
Maya memang memakai jilbab, tetapi pakaian yang dikenakannya sedikit ketat. Laki-laki normal pasti akan suka melihatnya. Sementara suami Maya yang bernama Pak Yahya berbadan agak kecil dan juga tidak tinggi. Wajah biasa dengan kulit sawo matang dengan kumis agak tebal.
Berbeda dengan Rayan, meskipun bukan laki-laki yang berbadan tinggi tapi untuk wajah dia terlihat manis dan awet muda, dengan kulit sawo matang tapi lebih terlihat cerah.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, mereka pun pamit pulang. Karena Rayan terlihat masih di teras, tetangga dan teman-temannya yang lewat depan rumah akhirnya masuk dan jadilah acara berbincang sampai malam alias begadang.
Firda pun kembali membuatkan kopi karena mereka semua laki-laki.
Setelah itu Firda berwudhu dan langsung ke kamar untuk sholat isya'. Setelah sholat, Firda merebahkan tubuhnya di samping putrinya yang sudah terlelap dari maghrib tadi. Didengarnya suara mereka yang bercanda dan tertawa termasuk suaminya.
Selalu seperti itu ....
Rayan terlihat bahagia jika bersama teman-temannya. Jika berdua dengan istrinya kenapa berbeda? Bercandanya jarang, marahnya terus-terusan.
'Entahlah apa salahku, selama ini aku juga selalu berusaha menjadi istri yang baik. Apalagi setelah melahirkan Syifa, bukannya semakin sayang sama istri, tapi semakin menyebalkan saja sikapnya. Tidak pernah bisa diajak bicara, apalagi musyawarah. Kerjaannya hanya marah-marah,' batin Firda dengan hati yang nelangsa dan mata yang sudah berkaca-kaca. Dengan hati yang sedih, Firda akhirnya terlelap dan larut ke dalam alam mimpi.
"Ma ... susu ... adek mau susu ...." Syifa membangunkan ibunya yang masih terlelap. Tak lama Firda pun bangun. Dilihatnya jam di dinding yang masih menunjukkan angka dua dini hari.
Setelah memberikan Syifa susu dan menidurkannya kembali, Firda menyadari jika Rayan tak ada di kamar. Dicarinya suaminya itu yang ternyata masih duduk di kursi teras sambil senyum-senyum memegang ponselnya.
"Pa, sudah malam, tidurlah ...." Firda berkata kepada suaminya dengan lembut.
Rayan yang tak menyadari istrinya tiba-tiba sudah di depannya hanya menjawab dengan santainya, "kamu lanjut tidur saja biar Syifa nggak ikut bangun, kalau aku ngantuk juga pasti nanti langsung tidur."
Firda pun tak membantah. Dia hanya menghela nafas panjang memperhatikan tingkah suaminya dan teras yang sangat berantakan. Firda berlalu dan lanjut menenggelamkan kepalanya di atas bantal meskipun dengan hati yang sangat kesal.
Pikiran Firda menerawang, apa yang terjadi dalam rumah tangganya sekarang. Memang terlihat tenang. Namun, jika diteruskan, dirinya takut akan ada hal-hal yang akan lebih menyakitkan.
Harus bertanya pada siapa, harus bicara kepada siapa, Firda tak tahu.
Jika hanya masalah tak punya uang, tak masalah jika Firda harus bercerita kepada salah satu teman dan juga tetangganya yang sudah seperti saudara, Yunita namanya. Yunita selalu membantunya. Yunita orang yang sangat ikhlas dan tak pernah riya'. Dia selalu menolong tanpa mengharapkan imbalan. Beruntung sekali Firda menjadi salah satu teman dekatnya. Itulah yang menjadikan Firda selama ini kuat menghadapi segala sesuatu yang menimpa hidupnya.
Namun, kali ini Firda menyadari, masalahnya lebih dari soal materi. Sepertinya kali ini masalah hati. Hati yang akan tersakiti jika memang apa yang Firda duga kali ini benar-benar terjadi.
Masalah besar yang sebagian pasangan akan memilih berpisah daripada mempertahankannya. Meskipun Firda tidak yakin Rayan berhubungan dengan siapa, tapi Firda kali ini benar-benar meyakini prasangkanya. Dan Firda tak mau siapa pun tahu.
Firda yang selama ini positif thinking selalu dengan Rayan, kali ini hatinya menolak tanpa bimbang. Namun, dia juga bingung bagaimana cara untuk mengetahui perselingkuhan suaminya. Firda pun berpikir jika Rayan tak ada tanda-tanda seperti suami yang selingkuh, kecuali sikapnya yang semakin acuh dan sering marah-marah tanpa alasan kepadanya.
Setiap hari suaminya pulang dan tepat waktu. Jika main pun Rayan hanya berjalan kaki karena hanya pergi di sekitar perumahan saja. Di hari Sabtu meskipun Rayan libur, dari dulu dia memang sering masuk kerja buat lembur untuk menambah penghasilannya. Hari minggu pun dia tidur sepanjang hari di rumah saja. Uang gajian juga Rayan selalu memberikan penuh sesuai dengan slip gaji yang diterimanya. Lalu bagaimana Firda bisa curiga? Jika dia curiga, apa dia harus membuntuti suaminya?
Tidak mungkin baginya melakukan itu. Selain tempat kerja Rayan yang jauh sekali, Firda pun tak ada kendaraan lagi. Bisa saja dia pinjam motor pada Yunita, namun dirinya tak mempunyai SIM dan juga tak tahu arah jika yang dibuntuti sudah jauh meninggalkannya. Apalagi harus membawa Syifa putrinya, tak mungkin Firda bisa melakukannya.
Firda masih terus memikirkan cara untuk mencari bukti suaminya yang diyakininya selingkuh. Jika mengecek ponsel suaminya pun Firda juga tak tahu passwordnya. Pernah dicobanya untuk meminjam ponsel Rayan dengan alasan mencari ponselnya yang sengaja disembunyikannya di bawah kolong ranjang tidurnya. Namun, Rayan tak meminjamkannya. Suaminya itu langsung melakukan sendiri panggilan ke nomor ponselnya, dan langsung ketahuan saat itu juga jika ponsel Firda ada di bawah kolong ranjangnya.
Otak Firda sudah tak bisa berpikir lagi, dia kali ini hanya pasrah saja dengan keadaan rumah tangganya saat ini. Hanya pada Allah tempatnya mengadukan semua masalahnya. Tak lupa memohon dibukakan pintu hati suaminya. Hanya Allahlah Yang Maha membolak balikkan hati hamba-Nya.
Akhirnya Firda melangkahkan kakinya, berjalan ke belakang mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat malam. Bermunajat pada Allah adalah salah satu jalan agar pikiran dan hati tenang. Berharap esok hari ada petunjuk bagi Firda yang Allah berikan.

Bình Luận Sách (88)

  • avatar
    LiyduLismawati

    ceritanya bagus.. ga nyangka firda sesabar dan seikhlas itu. lika liku rumah tangga betul betul berat

    15/08/2022

      0
  • avatar
    avrilliaNiaa

    waww

    12h

      0
  • avatar
    FaradilaMuliani

    terima kasi

    19d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất