logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Berusaha Sehidup Sesurga

Berusaha Sehidup Sesurga

Mama fia


Chương 1 Kecelakaan

Setiap manusia pasti mengalami ujian dalam kehidupannya.
Hanya saja dengan cara yang berbeda.
♡ ♡ ♡
Firda menghela napas panjang. Setelah membaca cerita bersambung di salah satu aplikasi, terkadang membuatnya bersyukur. Kehidupan rumah tangganya tak seperti di cerita. Tapi kenapa rasa sesak selalu saja hadir di dada bahkan terasa nyeri di ulu hati ... luka namun tak berdarah ... atau entahlah ....
Firda sendiri terkadang bingung dengan keadaannya. Terkadang dia bersyukur, terkadang dia merasa nelangsa dengan kehidupan rumah tangganya. Suaminya terkadang sayang, terkadang tak mempedulikannya.
"Ma ... aku main dulu, ya ... diajak makan-makan sama bapak-bapak di blok sebelah ... ada yang ulang tahun katanya."
"Iyaa ...." Hanya itu jawaban Firda karena mau melarang pun pasti akan berujung pertengkaran.
Pulang kerja, mandi, makan, tak berapa lama pasti Rayan akan pergi lagi. Dengan berbagai alasan, entah itu ada yang ulang tahun, mencari uang tambahan, dicari pak ini, dicari pak itu, rundingan soal kerjaan ... yang akhirnya membuat Firda bosan dan tak lagi memusingkannya. Dibiarkan saja suaminya pergi dan pulang sesuka hatinya. Walaupun terkadang sampai pulang dini hari, Firda tak peduli lagi.
Firda bukan menantu yang gaji suaminya dipegang ibu mertuanya. Bukan pula istri yang tak pernah diberi nafkah. Bukan juga istri yang suaminya lebih mementingkan saudaranya. Bukan ....
Dan Firda sangat bersyukur ....
Suaminya setiap hari pulang. Gajinya utuh Firda yang pegang meskipun terkadang masih kurang. Suaminya juga seorang yang penyayang meskipun terkadang Rayan juga menjadi manusia yang paling menyebalkan bahkan menakutkan. Namun, Rayan sangat menyayangi putrinya. Bahkan setiap hari selalu bercanda tawa dengannya. Karena Rayan sangat menginginkan anak perempuan dan Allah mengabulkan do'anya. Hanya saja akhir-akhir ini Rayan begitu acuh pada dirinya.
Setiap hari ada saja hal-hal kecil yang memancing emosinya. Mulai dari cucian yang katanya kurang bersih, rumah yang kurang rapi, sampai wajah istrinya yang tak pernah berhias pun dikomentari. Padahal selama ini suaminya tak pernah protes terhadap hal-hal yang seperti itu. Jika ditanyakan baik-baik, pasti jawabannya "jangan terlalu dipikirkan, mungkin aku lagi suntuk banyak kerjaan."
Firda pun tak pernah lagi membahasnya, dia hanya akan diam saja jika suaminya marah-marah. Dia tak pernah membantah perkataan Rayan, apalagi ikut terpancing emosinya. Diam lebih baik baginya, daripada melayani orang yang emosi dan berujung pada pertengkaran yang semakin memperkeruh suasana.
Pagi harinya ....
Braaakk!!
Firda terkejut sekali mendengar suara sesuatu yang beradu dengan tembok dan berakhir jatuh di lantai teras rumahnya. Dengan hati yang terus berdebar sepanjang pagi ini, dilihatnya tiba-tiba Rayan melempar ponsel miliknya yang akan dimasukkannya ke dalam tas ke tembok di depannya.
"Jam berapa ini? Aku sudah terlambat sekali. Sial!! Sial!!"
Setelah itu, langsung saja Rayan berangkat dengan mengendarai motornya dengan wajah yang menahan marah. Marah karena bangun kesiangan dan pasti akan terlambat sampai di tempat kerja. Marah karena Firda terlambat membangunkannya. Padahal hampir setiap sepuluh menit sekali, Firda selalu berusaha membangunkannya dan Rayan pun selalu menjawab dengan bentakan pula.
Begitulah setiap harinya. Selalu bangun siang karena malamnya begadang. Dan istrinya yang selalu menjadi sasaran.
Diambilnya ponsel yang dilempar suaminya tadi. Entah bagaimana ceritanya tapi benda itu tidak apa-apa. Tidak rusak atau pecah. Hanya ada sedikit goresan saja. Ajaib bukan ...?
Sudah lama sekali Firda tak pernah memegang ponsel suaminya. Dia hanya sibuk mengurus balita dan beres-beres rumah serta cucian yang tidak ada habisnya. Dicobanya untuk menyalakan ponsel yang sudah jatuh dan ternyata masih bisa menyala.Tapi sayangnya, ponselnya terkunci dan Firda tak mau mencoba-coba untuk membukanya.
"Yaa sudahlah ... biarkan saja ... dia nggak mungkin macam-macam karena setiap hari juga pulang, pegang uang pun jarang", kata Firda meyakinkan dirinya sendiri.
Selama ini Firda tak pernah berpikiran negatif kepada suaminya meskipun banyak teman yang sudah memperingatkannya.
Masuk kembali ke dalam dan melanjutkan pekerjaan rumahnya. Tak lupa Firda memandikan putri kecilnya, setelah putrinya sudah berpakaian dan cantik, Firda lalu menyuapinya. Tak berapa lama ponsel Firda berbunyi tanda panggilan untuknya. Dilihatnya nama yang ada di layar yang ternyata adalah Rayan.
"Ma ... aku kecelakaan. Tolong ke Rumah Sakit Harapan, ya." Suara lemah Rayan di seberang sana memberi kabar kalau dirinya kecelakaan.
Firda hanya menghela nafas dan mengucap istighfar. Dirinya tak lagi terkejut dengan berita dari suaminya. Firda sudah terbiasa karena sang suami dalam setahun ini sering mengalami kejadian yang serupa namun tak sama.
Firda akhirnya pergi ke rumah tetangganya mencari bantuan untuk pergi ke rumah sakit melihat keadaan suaminya.
Dengan langkah gontai dan pikiran yang mulai meresahkan jiwa, Firda berjalan pulang. Teman rasa saudara yang baru saja dia kabari mengenai suaminya yang kecelakaan mengingatkannya lagi.
"Coba sekali-kali kamu cek ponsel suamimu. Apalagi ponsel yang dipassword pasti ada apa-apanya. Bukannya suudzon, hanya saja berjaga-jaga agar rumah tangga kita aman karena jaman sekarang pelakor ada di mana-mana. Suami yang sering kecelakaan itu biasanya sering dzolim pada istrinya. Pasti suamimu sudah macam-macam tanpa sepengetahuanmu."
Kata-kata temannya membuat hatinya nyeri. Tapi Firda sendiri bukan tipe orang yang suka menuduh tanpa bukti. Firda bukan tipe orang yang suka membuat keributan apalagi dengan suami sendiri.
Baginya suaminya adalah salah satu tiket utama menuju surga. Bahkan dari awal pernikahannya Firda sudah membolehkan suaminya menikah lagi asal dengan ijinnya.
Firda berkata demikian karena tak mau suaminya selingkuh. Karena perselingkuhan jika ketahuan akan lebih menyakitkan.
Dengan menggendong putrinya yang baru berusia 3 tahun, Firda pergi menuju ke Rumah Sakit Harapan dengan mobil bersama tetangganya. Suaminya adalah orang yang baik bagi orang-orang yang mengenalnya, ramah dan ringan tangan. Jadi jangan heran, kalau tetangganya yang sudah mendengar Rayan kecelakaan berlomba saling menawarkan bantuan.
Sampailah mereka di Rumah Sakit Harapan dan langsung menuju ruang UGD. Kaki Rayan harus dioperasi karena tulangnya patah.Tapi para tetangganya tidak ada yang setuju karena jika dioperasi penyembuhannya akan lebih lama.
Akhirnya setelah berunding dengan semua tetangga dan teman-temannya, Rayan dibawa ke pengobatan alternatif yang lumayan terkenal di kotanya. Meskipun antriannya sangat panjang tapi teman-teman Rayan dan juga para tetangganya tetap setia menemaninya.
Firda pun hanya pasrah. Hanya melihat dan menuruti apa kata mereka. Bicara pun juga percuma karena selain tak punya pengetahuan dan pengalaman tentang hal-hal seperti itu, Firda juga takut salah bicara. Firda tak mau suaminya yang sedang menahan sakit itu tersulut emosinya.
Setelah sampai di rumah, Firda pun dibuat sibuk dengan banyaknya tamu yang datang melihat keadaan Rayan. Firda hanya menyediakan kopi dan teh hangat saja untuk mereka. Untuk camilan, para tamunya sudah membawa sendiri-sendiri sebagai buah tangan yang tak sedikit jumlahnya.
Mereka berkumpul di teras sambil mengobrol dan bercanda sampai lewat tengah malam. Bagi Firda hal seperti itu sudah biasa. Firda menunggu mereka di kamar sambil menidurkan putrinya. Setelah mereka pulang, Firda keluar dan langsung membereskan teras yang penuh dengan sampah bekas makanan dan juga gelas bekas minum yang berantakan.
Rayan berjalan tertatih menggunakan tongkat ke kamar dan langsung merebahkan tubuhnya. Entah do'a atau mantra apa yang diucapkan oleh orang yang disebut Kyai di tempat pengobatan alternatif tadi. Menurut nalar pikiran yang nyata Firda tak percaya karena setelah disentuh oleh Pak Kyai tadi Rayan langsung bisa berdiri meskipun harus memakai tongkat. Padahal sebelumnya jelas-jelas Rayan hanya bisa berbaring. Kakinya pun sulit digerakkan. Namun setelah masuk dalam ruangan dan disentuh oleh Pak Kyai bagian kakinya yang patah tulang, Rayan langsung bisa menggerakkan kakinya. Firda bergidik merinding mengingat hal itu. Walaupun Firda harusnya bersyukur, namun entahlah .... Firda tak tahu juga apa yang dirasakannya. Dia pun tak mau ambil pusing memikirkannya. Firda yang juga ingin tidur karena lelah akhirnya terlelap di samping putrinya.
Pagi harinya seperti biasa Firda bangun subuh untuk menjalankan aktifitas wajib dan kegiatan rutinnya.
Setelah memandikan putrinya dan dirinya sendiri Firda lalu ke kamar untuk mengantarkan sarapan. Dilihatnya Rayan berbaring sambil senyum-senyum sendirian memandang ponselnya. Firda pun bertanya, "kenapa senyum-senyum? Sedang baca pesan siapa?"
"Siapa sih, Ma, ini baca pesan di group. Kamu nggak usah mikirin aneh-aneh, deh." Selalu seperti itu jawaban Rayan.
Firda berlalu dari kamar dan melanjutkan tugasnya sambil melihat putrinya yang sedang bermain di depan televisi. Hatinya terkadang lelah namun dia terus saja menghibur diri. Suaminya yang tengah diberikan Allah musibah, ternyata masih saja sama, tak berubah sama sekali.
Sabar ... niatkan semua karena Allah. Itulah yang selalu ada dalam hati dan pikirannya.
Firda tak ingin orang-orang tahu tentang hatinya yang sesungguhnya.
Suaminya adalah pasangannya, yang tidak pantas jika aibnya diceritakan kepada orang lain apalagi tetangga.
Apalagi Rayan adalah suami pilihannya sendiri. Bukan karena perjodohan. Mereka bertemu di tempat kerja berbeda divisi dan Firda memutuskan berhenti kerja setelah menikah dan fokus dengan rumah tangganya.

Bình Luận Sách (88)

  • avatar
    LiyduLismawati

    ceritanya bagus.. ga nyangka firda sesabar dan seikhlas itu. lika liku rumah tangga betul betul berat

    15/08/2022

      0
  • avatar
    avrilliaNiaa

    waww

    14h

      0
  • avatar
    FaradilaMuliani

    terima kasi

    19d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất