logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab Lima

Sebenarnya aku sudah menduga pasti akan ada yang bertanya seperti ini, tapi belum sempat memikirkan jawaban yang tepat untuk hal itu.
°°°KhaRa_Asha°°°
"Dena ingin minta maaf sebelumnya, harus memindahkan tempat acara sangat mendadak." Kuhela nafas panjang, berusaha tetap terlihat tenang meski sejujurnya sangat gugup.
"Iya, nih. Tadi saya nggak sempat buka pesan grup, langsung berangkat saja ke rumah Dena. Kok, sepi? Kebetulan tetangga lain ada yang lewat dan kasih tahu, sebelumnya saya pikir malah acaranya dibatalkan." Dek Julia ikut bersuara menyampaikan rasa penasarannya.
"Begini Kak Vita dan Dek Julia, pelanggan toko kami ternyata mau mengambil barang pesanan mereka yang sangat banyak sore ini juga. Padahal seharusnya besok, menurut keterangan mereka karena kehabisan persediaan, jadi memutuskan untuk mengambil lebih cepat dari yang direncanakan. Oleh Karena itu, menurut Dena, lebih baik acaranya dipindah ke rumah Amel. Dena takut malah akan mengganggu acara saat mereka mengangkat barang-barang dari ruang tamu ke dalam truk!"
Semoga saja penjelasanku ini bisa menghilangkan rasa penasaran mereka semua. Ku perhatikan dengan seksama Kak Vita menganggukkan kepalanya, apakah itu tandanya dia paham dan mengerti apa yang sudah dijelaskan tadi? Entahlah, biarkan saja mereka dengan prasangkanya masing-masing.
Semua rangkaian acara sudah sepenuhnya terlaksana. Akhirnya acara ini sudah selesai, ku rasa perlu untuk mengucap sepatah dua patah kata untuk mengakhirinya. Sejenak ku pikirkan kata-kata apa yang harus ku sampaikan, setelah merasa yakin, aku pun memulai untuk berbicara.
"Mohon perhatiannya ibu-ibu sekalian. Saya Dena, selaku yang mengundang para tetangga semuanya ke acara ini, ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya atas waktu yang sudah Ibu-ibu luangkan untuk menghadiri acara ini."
"Mohon maaf kiranya, bila ada salah kata atau sikap kami yang kurang berkenan dihati Ibu-ibu, baik itu disengaja maupun tidak. Sekali lagi Dena memohon maaf, karena tiba-tiba saja mengabari bahwa tempat acaranya harus berpindah ke sini. Untuk Amel, selaku tuan rumah, saya ucapkan banyak sekali terimakasih untuk tempat dan juga bantuannya. Saya harap semuanya merasa senang dan suka dengan jamuan yang sudah kami sediakan. Sekian dari saya, sekali lagi saya ucapkan terimakasih."
Kedua tanganku menangkup setinggi dada seraya sedikit menunduk, sebagai tanda penghargaan untuk semua yang sudah hadir di sini. Alhamdulillah acara berlangsung dengan lancar dan tanpa kendala.
Aku mengamati sekeliling ruang keluarga Amel, belum ada yang terlihat ingin beranjak untuk pulang. Sebagian dari mereka masih asyik saling mengobrol satu sama lain. Camilan yang tersaji terlihat hanya tersisa sedikit, jangan ditanya kalau rujaknya, sudah tidak lagi tersisa.
Ditangan beberapa tetanggaku, terlihat mereka membawa kantong plastik transparan. Tentunya berisi camilan yang ingin mereka bawa pulang ke rumah masing-masing.
Terasa getar ponsel di saku gamisku, di layar tertera panggilan masuk dari Bang Hisyam. Sepertinya mau memberitahu pelanggan kami sudah berada di rumah untuk mengambil barang-barang pesanan mereka sesuai yang sudah dijanjikan.
"Assalamu'alaikum …," suara Bang Hasyim di seberang telepon.
"Wa'alaikumsalam, ada apa Bang?" sahutku sedikit berteriak.
Sekarang aku sudah berada di teras rumah Amel, memilih untuk beranjak pergi keluar karena di dalam terlalu ramai dan sangat berisik.
"Bisa pulang sebentar Dek, bantu Abang memeriksa barang-barang yang mau diambil pelanggan kita sekarang. Oh, ya, sekalian tolong siapkan minum dan juga camilan untuk mereka," pinta Bang Hasyim.
"Tunggu sebentar, ya, Bang! Dena pulang setelah berpamitan terlebih dulu dengan Amel, Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumsalam," sahut Bang Hasyim mengakhiri panggilan teleponnya. Aku kembali masuk ke dalam, berpamitan sebentar pada Amel, Rima dan juga semua tetangga yang menghadiri acara ini.
Langkahku sedikit tergesa menuju rumah, tak ingin tamu menunggu lebih lama. Di depan pagar rumahku sudah terparkir sebuah truk yang akan mengangkut barang dan sebuah mobil jenis sedan berwarna merah.
Barang-barang pesanan sudah tersusun rapi di teras rumahku, saat aku di rumah Amel rupanya Bang Hasyim sudah mengangkat dan menata barang-barang ini. Aku hanya perlu memeriksa kode yang tertera pada box dengan ceklist pada kertas yang sudah kusiapkan sejak kemarin.
Aku masuk lewat pintu depan, untuk menyapa dan melihat berapa jumlah tamu yang datang. Dalam ruang tamu, sudah ada tiga orang yang duduk di sofa bersama Bang Hasyim. Kutinggalkan Bang Hasyim dan pelanggan kami beserta dua orang yang aku ketahui adalah pegawainya, menuju dapur untuk menyiapkan minum dan camilan.
Tak butuh waktu lama, aku kembali lagi membawa nampan berisi beberapa toples cemilan dan minuman dingin juga air mineral kemasan. Kuletakkan nampan di atas meja ruang tamu, kemudian membuka semua tutup toples agar tamu kami tak sungkan untuk menikmatinya karena sudah dibukakan terlebih dahulu.
Sebelum memulai memeriksa barang, aku mempersilahkan mereka menikmati cemilan dan minuman. Agar mereka tak bosan menungguku menyelesaikan ceklist untuk semua barang sesuai daftar yang diberikan Bang Hasyim.
Tak butuh waktu lama untuk ku menyelesaikannya. Setelah menyerahkan ceklist kepada Bang Hasyim, aku mengambil tempat duduk di dekatnya yang tengah asyik mengobrol santai bersama tamu kami. Untuk masalah pembayaran sudah dilakukan kemarin melalui transfer Bank, sejak malam tadi tanda terima barang dan nota pun juga sudah kusiapkan.
Perbincangan santai harus kami akhiri, kini barang-barang yang sudah di ceklis satu per satu mulai diangkat ke dalam truk. Hanya butuh waktu kurang lebih lima belas menit semuanya selesai dilakukan.
Mereka pun akhirnya berpamitan setelah tanda terima barang dan nota sebagai bukti transaksi kami serahkan.Truk dan mobil sedan itu mulai menjauh ke luar meninggalkan komplek.
Aku berpamitan pada Bang Hasyim karena harus kembali ke rumah Amel. Sebelum pergi, ku cium takzim tangan suamiku.
Saat berjalan menuju ke rumah Amel, aku bertemu dengan sebagian tetangga yang akan pulang dari rumah Amel ke rumah mereka masing-masing. Aku menyapa dan tersenyum ramah kepada mereka.
Aku langsung masuk ke rumah amel dan menuju ruang keluarga. Di sana hanya tinggal beberapa orang tetanggaku saja, ada Mbak Ulfa, Bu Desi dan Bu Wilda. Ku lihat Rima sedang sibuk membereskan barang-barangnya, sepertinya Amel ada di dapur karena meja yang tersaji camilan sudah terlihat bersih.
Ku tinggalkan mereka, beranjak menuju dapur untuk mencari Amel. Dari pintu masuk dapur, samar terdengar seperti suara seseorang sedang mencuci.
"Maaf, ya, Amel. Hari ini aku benar-benar sangat merepotkan kamu, tanpa bantuan dan pengertian kamu pasti acaranya tidak akan berjalan lancar." Amel yang sedang mencuci piring tersenyum tulus ke arahku. Dengan sigap aku membantunya meletakkan cucian yang telah bersih ke rak piring.
"Kita sudah seperti saudara, jadi jangan sungkan untuk meminta bantuanku kapan saja. Semoga persahabatan ini tetap terjaga baik sampai kita tutup usia nanti," ucap Amel yang mampu membuatku hampir meneteskan air mata.
"Aamiin …," ucapku dan Amel bersamaan.
"Sepertinya sudah sepi, mungkin Bu Desi, Mbak Ulfa dan Bu Wilda sudah pulang. Coba kamu lihat dulu ke sana, tadi Rima bilang dia harus segera ke kafe Harvest. Ada janji sama temannya, mau promosikan produk lagi," tutur Amel.
Baru saja aku akan melangkah keluar menuju ruang keluarga, Rima sudah datang menghampiri kami. Keponakan ku itu memeluk kami berdua secara bergantian, tangannya mengulur memberikan masing-masing satu set produk perawatan wajah untuk kami berdua.
"Apa ini, Rima? Nggak perlu begini, Tante ikhlas bantu kamu. Lebih baik kamu jual saja, ini satu set harganya lumayan mahal loh," tolakku pada Rima. Bukan tak mau menerima pemberiannya, namun ku rasa sekarang bukan waktu yang tepat saja.
"Iya, Tante Amel juga nggak mau terima pemberian ini cuma-cuma. Tante bayar sesuai harga jual yang kamu tawarkan di acara tadi, ya? Kamu itu baru merintis usaha, nabung buat masa depan dan bersedekah untuk yang kurang mampu, oke!"
Amel mengeluarkan sejumlah uang dari saku bajunya, menyelipkan uang itu ke tangan Rima, memaksanya untuk tetap menerima. Aku pun melakukan hal yang sama dengan Amel, bahkan jumlahnya ku lebihkan sedikit. Mau tak mau, akhirnya Amel menerima juga.
"Alhamdulillah … terimakasih Tante Amel dan Tante Dena, semoga semakin berkah rezeki kalian berdua. Rima benar-benar bersyukur, hanya Allah yang bisa membalas semua yang sudah kalian lakukan untuk Rima. Hari ini tidak akan pernah terlupakan, pesan Tante Amel insya'Allah akan Rima ingat selalu. Sekarang Rima harus segera ke kafe Harvest, setengah jam lagi sudah harus ada disana."
Diluar dugaanku, ternyata Rima lumayan aktif mempromosikan usahanya. Semoga Allah mudahkan dan lancarkan jalan untuk Rima mencari Rezeki yang berkah, Aamiin.
Kami mengikuti langkah Rima menuju ruang keluarga Amel, hanya tinggal sedikit saja yang harus aku dan Amel bereskan dari sisa acara tadi. Tanpa diminta, Aku dan Amel membantu Rima membawa barang-barangnya ke mobil. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Rima berpamitan pada kami dan segera pergi melajukan mobilnya.
Tampak Kak Laura keluar dari rumahnya dan berdiri di teras saat mobil Rima melesat pergi. Sepertinya dia hendak menghampiri kami yang akan masuk kembali ke dalam rumah. Langkah kami terhenti karena mendengar panggilan yang cukup nyaring dari Kak Laura.
"Oi … Dena! Tunggu di situ sebentar, ada yang mau aku tanyain sama kamu!" Aku dan Amel saling berpandangan. Ternyata hanya aku yang dipanggil oleh Kak Laura. Amel menganggukkan kepalanya, memberi tanda bahwa dia akan masuk ke rumahnya dan memberikanku waktu untuk berbicara dengan Kak Laura.
Amel sudah berlalu pergi ke dalam rumah, ku lihat raut wajah Kak Laura yang tampak sedang kesal. Ada apa lagi ini, perasaanku tiba-tiba saja jadi tak enak.
Aku duduk di kursi teras sambil menunggu Kak Laura datang menghampiri. Tak lama kemudian Kak Laura datang menyusul dan duduk di kursi yang berseberangan denganku. Dia tiba-tiba saja langsung memberondong ku dengan sederet pertanyaan.
Keningku mengernyit, sejenak mencoba mengingat-ingat sesuatu. Entahlah, aku benar-benar tak mengerti apa maksud pertanyaannya itu?

Bình Luận Sách (27)

  • avatar
    sri lestarinuning

    menarik...

    28/05/2022

      0
  • avatar
    adam albasoryFuzi

    bagus

    23/02/2022

      0
  • avatar
    NBella Puspita

    Semoga Bermanfaat jangan lupa baca buku ku juga ya nanti lagi otw

    03/02/2022

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất