logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 9 Main Dokter-dokteran

"Sampai kapan Om Bara kayak gini ke aku, heh!" geram Ratna berkacak pinggang mengomel dengan suara imutnya.
Sontak Bara menjauhkan tubuhnya dan seketika menghentikan kegiatannya tadi barusan. Kepala Bara pun juga ikut menjauh dari tubuh harum nan kecil milik Ratna.
"Apaan 'sih terserah gue lah! Intinya mulut lo diam saja, sih! " sungut Bara kesal dengan lubang hidung yang kembang kempis.
"Lo beli parfum di mana, sih? Kok, wanginya lembut banget?" tanya Bara kebingungan menatap wajah Ratna yang cemong akibat memakai bedak tabur bayi.
"Ih, masa gitu saja enggak tahu. Ini tuh wangi minyak telon bayi. Emang rasanya enak banget, tapi asalkan jangan diminum," jawab Ratna menjelaskannya pada Bara.
Jari telunjuk Ratna mengetuk dagunya yang terangkat tinggi. Meneliti raut wajah yang ditampilkan oleh Bara.
"Om ini sebenarnya mau apa 'sih dari aku sampai aku dibuat kayak anak balita lagi? Emang enggak bisa bikin sendiri apa?" ledek Ratna yang menatap remeh Bara.
"Heh, lo bocil setan bikin gue darah tinggi terus, ya! Mulut lo berbisa banget sih kayak ular king kobra," ucap Bara menggeram kesal dengan kedua mata melotot ke arah Ratna.
Sontak tawa renyah Ratna akhirnya menggelegar juga, hingga tubuh mungilnya itu bergetar lucu.
"Hahaha ... Kayaknya emang benar kenyataannya, deh. Lagian sih sok-sokan jadi predator yang suka celup sana sini kayak teh hangat. Makanya, Tuhan kasih karma ke Om biar enggak bisa buat anak lagi, deh," ledek Ratna kembali dengan sisa-sisa tawanya yang masih terdengar geli sampai terpingkal-pingkal.
"Lo bisa diam enggak, sih! Kecil-kecil bibir lo ceriwis banget," semprot Bara yang masih diselimuti oleh emosi yang ada di dalam hatinya.
Setelah tawa renyah milik Ratna reda. Ratna balita langsung mencondongkan tubuhnya untuk memperkikis jarak di antaranya dengan Bara. Bibir mungilnya tepat berada di samping telinga Bara.
"Om, bagaimana rasanya beli keripik dengan harga sepuluh juta? Apa mungkin satu kampung bisa makan kerupuk?" tanya Ratna otaknya sudah menyeleneh.
Kedua telinga Bara pun memerah padam. Kedua tangannya terkepal menahan emosi yang siap meledak di detik itu pula.
Dalam sekali tarikan kuat dari tangan Bara, tubuh Ratna sudah terjatuh kasar di atas ranjang besar milik Bara.
"Kayaknya kamu butuh diruqiyah sekarang juga, deh. Ngapain lo mikir duit sepuluh juta cuma buat beli kerupuk, heh!" ucap Bara dengan nada serius tidak main-main lagi.
Wajah Ratna pun berubah menjadi pucat. Semula tingkat kepercayaan dirinya sangat terkumpul banyak, tetapi setelah mendapatkan sambutan yang menyeramkan dari Bara membuat Ratna langsung mengerut takut dan sekaligus juga khawatir.
Bara meminum air, namun tidak ditelan. Di dalam hati Bara berdoa komat-kamit untuk mengusir setan yang ada di dalam tubuh Bara.
Plak ...!
Byur ...!
Ratna memukul dada kekar Bara yang tidak tertutupi selembar kain pun dengan gemas. Sedangkan Bara refleks menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya ke wajah Ratna.
"Ihh ... Apaan 'sih, Om! Aku 'kan cuma bercanda. Jangan dianggap serius lah! Jadi basah semuanya, kan!" sungut Ratna kesal yang berusaha mencoba mengelap wajahnya yang basah.
Lantas Ratna balita langsung bergegas turun dari ranjang besar milik Bara, namun langsung ditahan oleh sang empu.
Dengan jahil Bara mencondongkan tubuhnya mendekati Ratna dan langsung mengelitiki perut Ratna dengan heboh.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Saya Aldo. Pesanan tuan sudah sampai. Mau ditaruh di mana tuan?" tanya Aldo di balik daun pintu kamar Bara yang masih tertutup.
Lagi dan lagi Bara mendengus kesal karena kegiatannya selalu diganggu dan berakhir berantakan.
"Kamu taruh di atas nakas meja samping pintu saja, Aldo!" balas Bara dengan cara berteriak.
Aldo pun dengan patuh melakukan apa yang disuruh oleh tuannya, Bara. Setelah itu, Aldo langsung bergegas pergi dari hadapan kamar Bara agar terhindar dari semburan maut dari Bara.
Dalam sekejap Bara turun mengambil pesanan dirinya. Membawa masuk dan memamerkan pada Ratna balita langsung.
"Bagaimana, lo suka 'kan sama bajunya?" tanya Bara dengan senyuman culas penuh kemenangan.
"Dasar Om-om otak najis!" pekik Ratna gemal
Kali ini Bara lah yang tertawa puas penuh kemenangan. Dengan sigap Bara meraup tubuh mungil Ratna dalam gendongannya.
***
Raden kembali dibuat jantungan oleh kemunculan Ratna balita yang berpakaian sangat bikin semua pasang mata terbelalak melotot. Apalagi dengan santainya Bara menciumi wajah Ratna balita sambil berjalan menghampiri di mana Raden duduk.
"Ya ampun, Bara. Cukup Bram saja yang bikin saya jantungan, kamu jangan!" geram Raden marah.
"Siapa sih yang mau bikin jantung Kakek copot? Jantung Kakek saja yang genit," celetuk Bata dengan santai mendudukan dirinya di seberang Raden.
Kepala Raden seketika pening di detik itu pula. "Jangan bilang ini ide gila kamu yang memakaikan Ratna baju dokter lengkap seperti itu," tuding Raden memicingkan kedua matanya.
Bara menganggukkan kepalanya mengiakan tudingan dari Raden. "Iya, emang kenapa sih, Kek? Lagian Ratna juga cocok pakai baju ini. Iya 'kan, sayang?" tanya Bara pada Ratna dengan senyuman jahilnya.
"Belom saja tuh tua bangka lihat gue pakai bikini. Bisa langsung mati ditempat kali, ya," gumam Ratna dalam hatinya.
"Ganti baju Ratna sekarang juga, Bara!" titah Raden dengan tegas.
"Enggak! Aku mau Ratna pakai baju ini, karena dia akan aku bawa ke kantor!" tolak Bara secara mentah - mentah.
"Bara ...!" Raden menggeram marah dengan urat-urat yang menonjol di area lehernya.
"Apa, Kek?! Ratna sekarang sudah menjadi tanggung jawab aku. Dan Kakek enggak boleh ngebantah dan ikut campur urusan aku tentang Ratna," terang Bara dengan sejelas - jelasnya.
Helaan napas kasar keluar dari bibir Raden. Rasanya dirinya sudah tidak sanggup menghadapi cucunya yang bengal itu.
"Terserah kamu lah. Awas saja kalau kamu sampai menyakiti Ratna, otong kamu akan Kakek potong hingga raib!" ancam Raden tidak main-main pada Bara.
Terlihat sangat jelas sekali kalau Bara menelan air liurnya sendiri dengan kasar. Nyali siapa sih yang enggak akan ciut kalau diancam sama orang yang paling ditakutkan se-Asia.
"Iya-iya. Kok, Kakek jadi bawel banget 'sih sekarang ini," gerutu Bara kesal yang langsung bangkit menggendong Ratna.
"Aku pergi ke kantor dulu. Jangan lupa sama hukuman Mas Bram, Kek!" sambung Bara mengingatkan sesuatu pada kakeknya itu.
"Saya bawel, tapi kamu cerewet," balas Raden sangat pedas.
Lagi dan lagi Bara dibuat terdiam kutu karena mulut pedas kakeknya itu. Tidak mau ambil pusing, Bara lantas langsung bergegas meninggalkan Raden.
"Opa ...!" seru Ratna kencang hingga memekakkan telinga Bara.
Bara pun menghentikan langkahnya detik itu pula. Menatap tajam Ratna yang cengengesan tidak jelas itu. Dari pandangan mata Ratna, balita itu menyuruh Bara untuk menurunkannya. Mau tidak mau Bara menurunkan Ratna balita secara terpaksa.
Melihat Ratna balita yang berlari kesusahan ke arah Raden, membuat pria baya itu bangkit dibantu dengan tongkatnya.
"Mau apa kamu?" tanya Raden langsung waspada saat telapak tangan mungil Ratna terulur terbuka ke arahnya.
Senyum malu-malu kucing dipamerkan oleh Ratna. Dengan sengaja mengedipkan matanya beberapa kali guna untuk menarik perhatian Raden.
"Minta mobil, dong," pinta Ratna tidak tanggung-tanggung.
"Apa! Anak cewek mainannya boneka, bukan mobil!" Raden langsung menolak tanpa pikir panjang dulu.
Ratna berdecak pelan sambil merotasikan kedua bola matanya malas. "Itu 'sih aku juga tahu, Opa. Aku belum punya mobil, makanya aku minta sama Opa."
Raden melirik Bara yang berdiri diam tanpa mau membantunya. Lantas Raden memanggil Angga untuk menghampirinya.
"Apa yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Angga setelah membungkukkan tubuhnya sebentar.
"Tolong kamu cari 'kan mobil untuk balita ini, Angga," titah Raden.
Angga menganggukkan kepalanya mengerti. Kemudian menatap Ratna yang wajahnya sudah berbinar senang.
"Nona kecil mau mobil seperti apa? Mainan mobil Luxury diecast?" tanya Angga yang menyejajarkan tingginya pada Ratna sambil memperlihatkan gambar mainan mobil yang ada di handphonenya.
Mulut kecil Ratna terbuka lebar. Sontak Ratna menggelengkan kepalanya tegas. "Bukan! Aku bukan minta mainan mobil, tetapi aku mau mobil yang asli!"
"Mobil asli?" tanya Angga yang memastikan kembali pada Ratna.
Melihat anggukan kepala dari Ratna yang kelewat semangat membuat Angga melirik takut ke arah Raden.
"Tuan, bagaimana ini?" Wajah Angga sangat kontras sekali takut dan sekaligus juga cemas.
"Ya sudah, tanya saja sama dia maunya mobil apa," balas Raden tenang, meski di dalam hatinya sudah siap meledak untuk berkoar-koar pada balita itu.
Seakan urat malu Ratna balita sudah putus, maka Ratna melompat-lompat kegirangan. Jiwa matre yang terkubur sejak dirinya menjadi wanita dewasa, kini akhirnya bangkit kembali.
"Aku mau mobil yang merk-nya Tesla," ucap Ratna dengan se-enteng kapas.
"APA ...!" seru Raden, Bara, Angga, dengan sangat kompak.
"Kenapa? Cuma Tesla doang, kan," sambung Ratna santai sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Rasanya Raden ingin mati suri di detik itu pula.
***
Halo para pembaca Permen Kaki CEO.
Jangan lupa untuk memberikan review, star vote, dan hadiah.
Apakah Raden sanggup membelikan mobil jenis Tesla untuk Ratna?
See you next bab guys ...

Bình Luận Sách (54)

  • avatar
    Pred

    lanjutkah

    11d

      0
  • avatar
    QaisaraNik

    bagusss

    11/02/2023

      0
  • avatar
    Syifa Yuhanis Mazlan

    saya suka baca novel ini

    26/01/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất