logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 47 Siapakah Nadine Sebenarnya?

"Silakan dipilih dulu, Tuan," ucap Meidina dengan suara pelan.
"Heh, kurang ajar sekali kamu menatap ke arah lantai!" sentak Angga yang ternyata sudah berdiri di samping Raden.
"Maaf, Tuan," ucap Meidina melirih.
"Sekarang, angkat kepala kamu!" titah Angga tegas.
Meidina pun mengangkat kepalanya ragu-ragu. Hingga mata Meidina bertabrakan dengan netra hitam milik Raden.
"Tuan-tuan mau pesan apa?" tanya Meidina takut.
Raden berdeham pelan, lalu menegakkan tubuhnya. "Kamu ini sudah bersuami atau belum?" tanya Raden random.
Meidina mengerjapkan matanya pelan. Ia menunjuk pada dirinya sendiri. "Tuan sedang bertanya pada saya?" tanya Meidina hati-hati.
"Memangnya siapa lagi orang yang ada di hadapan saya selain kamu, hah!" balas Raden ketus.
"Enghhh ... Kalau soal itu, saya belum menikah, Tuan."
"Oh, berarti kamu masih perawan, ya." Raden menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum miring.
"Angga, belikan saya keperawanan gadis ini sekarang juga," suruh Raden tiba-tiba yang sangat mengejutkan Angga bersama Meidina.
"APA!" teriak Meidina histeris.
***
Morgan keluar dari IndoMei sambil menenteng kantong plastik belanjaan miliknya itu. Cuaca yang mending sangat mendukung untuk suasana hati Morgan.
"Haduh, lama-lama gue bisa bunuh diri kalau hidup gue kayak gini-gini saja. Punya orang tua otaknya semua pada geser. Punya kerabat tapi enggak pernah keanggap. Apalagi punya Kakek yang rasanya kayak musuh," gerutu Morgan sambil menendang batu-batu kerikil di jalan bete.
Kaleng minuman yang mempunya logo bintang langsung dibuang begitu saja setelah isinya telah tandas berpindah tempat ke dalam perut Morgan.
"Punya duit tapi bingung mau habisinnya gimana. Mau kawin, tapi terlalu sering keluar masuk ke dalam lubang," gumam Morgan pelan, yang mendesah gusar akibat terlalu frustasi memikirkan persoalan dunia yang aneh ini.
Kaki Morgan melangkah tak tentu arah. Tujuannya pun Morgan tidak tahu untuk ke mana. Padahal dirinya sendiri butuh penyegaran untuk menyelamatkan kesehatan otak dan jasmaninya. Hingga sebuah mobil hitam berjalan pelan mengiringi langkah Morgan.
"Heh, kunyuk! Mau ke mana lo? Masih zaman jalan kaki? Atau lo sudah jadi gembel, heh?" ledek orang yang mengemudi mobil hitam itu pada Morgan.
"Sialan lo, guguk!" maki Morgan yang langsung melempari mobil tersebut dengan batu besar di aspal.
Mobil tersebut seketika terhenti dengan mengerem mendadak. Seorang wanita cantik nan seksi keluar dari mobil hitam tersebut.
"Asu, sialan lo! Mobil gue jadi lecet, brengsek!" pekik wanita itu histeris melihat ada goresan tipis di bagian pintu samping mobilnya.
Morgan tertawa terpingkal-pingkal dengan puas melihat kemarahan dari wanita itu.
"Rasain lo! Perlu gue kasih tanda tangan gue dulu di mobil lo, hah?" tanya Morgan, mengangkat sebelah alisnya menantang.
"Awas lo, kunyuk! Gue sembelih otong lo sama buah zakar milik lo itu!" ancam wanita itu menunjuk wajah Morgan dengan tatapan tajam dan juga sinis.
"Sorry, Liv. Yang ada lo sendiri yang bakalan nyesel enggak bisa ngerasain otong gue ngaduk-ngaduk lembah sungai milik lo itu," balas Morgan samakin meledek wanita itu.
Livia, yang tidak lain adalah sosok wanita yang beradu mulut dengan Morgan. Teman sekaligus partner ranjang dari lelaki yang bernama Morgan.
"Ah, asu! Kayak enggak punya ancaman yang lain lo!" Livia meremas udara dengan gemas.
Morgan menjulurkan lidahnya meledek Livia habis-habisan.
"Bilang saja lo takut kehilangan otong gue ini, kan?" Kedua alis Morgan digerakkan naik turun seakan menggoda Livia.
Kedua pipi Livia memerah merona akibat malu. Namun, dalam tiga detik wajah garangnya kembali terlihat.
"Bodo amat, gue enggak peduli sama sekali," ucap Livia yang langsung memalingkan wajahnya dengan jutek.
"Dari pada ngeladenin mulut toa lo, mending anterin gue ke apartemen milik lo itu," ucap Morgan, yang langsung menyelonong begitu saja masuk ke dalam mobil Livia.
"Heh, setan bangkotan! Keluar enggak dari mobil gue, hah!" teriak Livia kencang, hingga urat yang ada di lehernya tercetak sangat jelas sekali.
Morgan menggelengkan kepalanya tegas. Melihat kunci mobil masih tergantung, Morgan pun menyalakan kontak mesin mobil Livia.
"Kalau lo mau jalan kaki, silakan gih. Gue 'sih mending naik mobil punya lo ini," ucap Morgan yang bernada sindiran mengusir Livia secara halus.
"Ah, sinting lo!" maki Livia menggeram kesal.
Mau tidak mau Livia akhirnya masuk ke dalam mobilnya di bagian kursi penumpang depan. Wajahnya teryekut sebal, sedangkan Morgan malah tertawa penuh kemenangan.
"Dua ronde untuk hari ini, lo mau 'kan?" tawar Morgan mencolek dagu Livia genit.
Livia sontak menepis tangan Morgan kasar. "Ogah banget gue main sama lo! Mending otong lo main gesek-gesekkan sama guling sana!" tolak Livia dengan mentah-mentah.
"Yah, Liv. Tega amat lo jadi lubang," desah Morgan yang berpura-pura sedih.
"Bodo amat, kunyuk! Gue sebal sama lo!" pekik Livia yang langsung menjambak rambut Morgan kencang.
"Aduh, Liv. Jangan remas rambut gue! Mending lo remes terong gue!" pekik Morgan yang juga kesakitan, meski tangannya masih mengemudikan mobil Livia.
Pletak ...!
Satu jitakan kuat dari Livia sukses mendarat di kepala tepat di ubun-ubun milik Morgan.
"Aahhk ... Monyet, ular, buaya! Sakit banget, woy!" teriak Morgan histeris sampai mengabsen isi kandang binatang.
"Makan tuh terong busuk!" cibir Livia sinis.
***
Nadine membawa baki yang berisi gelas-gelas kecil minuman ber-akohol. Suara musik yang sangat kencang membuat telinga menjerit-jerit meminta tolong. Ditambah dengan lampu yang berkelap-kelip menambah kepala menjadi pusing tujuh keliling.
"Heh, lonte! Sini, lo! Anjim banget lo pakai nolak-nolak sentuhan gue!" bentak seorang lelaki yang sedang mabuk pada Nadine.
"Lepaskan saya, Tuan. Jangan pernah menyentuh saya sedikit pun!" seru Nadine tegas memperingati lelaki tersebut.
Namun, bukannya mengikuti apa yang diucapkan oleh Nadine, melainkan lelaki mabuk itu semakin melecehkan tubuh Nadine.
Plak ...!
"Aahhk ... Sialan lo lonte!" teriak lelaki mabuk itu sambil memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan maut dari Nadine.
"Saya sudah memperingati anda, Tuan. Jangan sampai saya menghentikan nyawa anda di detik ini pula," ancam Nadine tidak main-main. Netra matanya pun berubah menjadi warna merah pekat, yang sebelumnya berwarna hitam kecoklatan.
"Hahaha ... Emangnya lo siapa, hah? Anak pejabat? Lo di sini kerja ngejajahin lubang busuk lo itu! Enggak usah belagu, deh!" bentak lelaki mabuk itu yang merendahkan martabat diri Nadine
Kedua tangan Nadine terkepal kuat di masing-masing kedua sisi tubuhnya. Bibir pucatnya bergerak merapalkan mantra dengan mata tajam tertuju pada lelaki mabuk itu.
"Carissimi nunc accipe sacrificium pro me huic vitae. Quia enim turbabit pacem interiorem et aliorum hominum corpora." (Para waktu yang terhormat, ambilah persembehan nyawa dari lelaki di depan saya ini. Karena ia sudah mengganggu ketenangan batin dan raga manusiaa lain.)
Setelah merapalkan kalimat sesuatu, Nadine pergi begitu saja bersamaan dengan teriakan mematikan dari lelaki mabuk itu.
Dalam tiga detik suasana club' Sanjaya berubah menjadi ricuh akibat lelaki mabuk tadi memuntahkan darah segar hingga tercecer mengotori lantai. Dan dalam hitungan sedetik, lelaki mabuk itu sudah meregang nyawa.
Di pojok club' Sanjaya, ada Satya bersama Galuh yang dari tadi menyaksikan adegan antara Nadine dengan lelaki mabuk itu.
Galuh memegang lengan Satya yang sangat dingin seperti membeku. "Sat, lo pasti lihat 'kan apa yang dilakukan sama Nadine tadi?" tanya Galuh cemas menatap Satya yang masih terpaku dengan pandangan kosong ke depan.
"Anjir, Sat! Lo jangan bikin gue tambah panik! Jangan sampai lo juga mati gara-gara si Nadine natap lelaki tadi!" pekik Galuh histeris yang langsung menggoyangkan lengan Satya heboh.
Dan Satya pun kembali ke alam bawah sadarnya. Matanya mengerjap tiga kali dengan linglung.
"Gal, mungkin enggak sih kalau kita bisa dengar suaranya Nadine yang kalau lagi berbisik?" tanya Satya menatap penuh harap pada Galuh.
Kening Galuh mengerut tinggi hingga menciptakan gelombang di keningnya itu.
"Jangan bilang lo dengar suaranya Nadine kalau lagi berbisik, Sat?" Galuh menatap Satya dengan lekat. "Otak lo jangan ngaco, deh. Mana mungkin bisa dengar suara bisikan Nadine. Jarak kita berdua saja jauh, ditambah sama suara musik yang kencang. Itu enggak mungkin, enggak masuk ke nalar gue, Sat!"
Satya masih mempertahankan tatapan lekatnya pada Galuh. "Tapi gue sangat yakin kalau itu suara Nadine. Kayak ada orang yang bisikin gue, kalau Nadine lagi baca mantra yang entah apa artinya."
"Dan lelaki itu muntah darah gara-gara Nadine baca mantra buat dia, gitu?" Sebelah alis Galuh terangkat tinggi.
Satya menganggukkan kepalanya pelan yang juga ragu-ragu. "Kayaknya si begitu."
"Ah, setan! Lo saja masih ragu, enggak usah mikir-mikir yang aneh, deh." Galuh memukul kepala bagian belakang Satya pelan. Kemudian Galuh menarik tangan Satya kencang.
"Mending kita pulang saja dari sini. Lama-lama gue yakin lo jadi kayak orang gila yang sok-sokan jadi anak indihome!" omel Galuh yang gampang sadar mulut ceriwisnya keluar begitu saja.
"Indihome? Apaan tuh, Gal?" tanya Satya bingung.
Galuh memutar kedua bola matanya jengah. Ingin sekali Galuh memukul kepala Satya untuk kedua kalinya agar otak temannya itu bisa geser sempurna seperti layaknya orang gila.
"Itu, Sat. Yang bocah bisa lihat makhluk gaib alias setan!" ucap Galuh sewot.
Plak ...!
Kali ini Satya yang memukul kepala Galuh kencang. "Ah, Galuh sinting! Itu namanya indigo, bukan indihome!"
"Loh, sudah berubah, ya? Kok, gue baru tahu, ya?" tanya Galuh dengan polosnya.
Satya pun hanya bisa menepuk keningnya pelan. Kemudian, ia berjalan cepat meninggalkan Galuh yang masih terdiam dengan pikiran-pikiran rumitnya.
***
Halo para pembaca Permen Kaki CEO. Terima kasih sudah membaca bab terbaru dari Permen Kaki CEO. Jangan lupa untuk memberikan review, star vote, dan hadiah untuk penulis.
Apakah Satya dan Galuh akan mengetahui kebenarannya dari sosok Nadine yang sangat misterius bagi mereka semua?
Yuk dijawab di kolom review dengan sebanyak-banyaknya, ya.
See you next bab guys ...

Bình Luận Sách (54)

  • avatar
    Pred

    lanjutkah

    7d

      0
  • avatar
    QaisaraNik

    bagusss

    11/02/2023

      0
  • avatar
    Syifa Yuhanis Mazlan

    saya suka baca novel ini

    26/01/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất