logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 87 Perasaan Christopher

Akhirnya tibalah hari Sabtu pagi yang dinanti-nantikan. Rosemary dan Nelly menjemput Damian di rumahnya terlebih dahulu lalu pergi bersama-sama ke panti asuhan. Laki-laki itu seperti biasa menawarkan diri untuk mengemudikan mobil Rosemary. Wanita itu langsung menyetujuinya. Dia langsung turun dari dalam mobil dan pindah duduk di jok sebelah pengemudi. Sementara itu Nelly beranjak pindah ke jok belakang.
Di dalam mobil mereka bersenda gurau dengan akrab. Nelly sudah menganggap Damian layaknya kakak kandung sendiri saking akrabnya laki-laki itu dengan Rosemary. Begitu mobil mereka sampai di depan panti asuhan, Rosemary langsung melihat Christopher yang sedang tengah duduk menunggunya di teras.
Setelah mobil berhenti dan diparkir di halaman depan panti, wanita itu langsung turun dan melangkah mendekati dokter spesialis penyakit dalam tersebut. “Halo, Chris,” sapanya ramah. “Sudah lama nunggu?”
Pria tampan itu menggeleng. Dia tersenyum lalu bangkit berdiri dari tempat duduknya. “Baru sekitar sepuluh menitan. Itu adikmu Nelly dan sahabatmu Damian?”tanyanya sembari menggerakkan dagunya ke arah dua orang yang baru turun dari dalam mobil.
“Yes,” jawab wanita di hadapannya girang. “Kukenalin, ya. Aku sudah cerita banyak tentang kamu sama mereka.”
Begitu Damian dan Nelly berada di depan mereka, Rosemary segera memperkenalkan kedua orang itu pada sang mentor.
“Christopher,” ucap laki-laki itu ketika bersalaman dengan Damian.
“Halo, Dokter Chris,” sapa Damian ramah.
“Oh, please. Anda jangan panggil saya Dokter. Langsung Chris saja seperti Rosemary menyebut saya biasanya.”
“Kalau begitu,” cetus Damian sambil tersenyum lebar. “Panggil saya Damian. Dan tolong hilangkan sebutan Anda.”
Kedua pria itu tertawa. Mereka kelihatan cepat akrab. Lalu giliran Nelly berkenalan dengan sang dokter. Ganteng juga dokter ini, puji gadis itu dalam hati. Pantas Kak Rose betah dimentori olehnya. Hehehe….
Rupanya Farida sedang tidak berada di panti saat itu. Jadi Christopher dan Rosemary yang bertindak sebagai tuan rumah. Setelah menunjukkan ruangan-ruangan kelas di lantai satu, mereka mengajak Damian dan Nelly meninjau halaman belakang.
“Wow,” cetus Damian takjub. “Anak-anak sedang berkebun rupanya.”
Rosemary dan Christopher mengangguk. Mereka lalu memperkenalkan dua tamu itu pada Ivon dan Anita, guru-guru yang mengawasi para ABK berkebun dan bermain-main dengan binatang-binatang peliharaan.
“Selamat pagi, Bu Rosemary,” sapa seorang gadis remaja berkuncir rambut ala ekor kuda. Wajahnya tampak berseri-seri. Dia membawa keranjang berisi sayur-sayuran yang baru dipetiknya dari kebun.
“Selamat pagi, Livy. Kamu rajin sekali, Sayang,” balas Rosemary sambil membelai lembut pipi gadis itu. “Eh, ada Pak Chris juga, lho. Ayo sapa dong, Livy.”
“Halo, Pak Chris,” sahut Livy menyapa sang dokter.
“Halo, Livy. Kamu habis memetik sayuran, ya?” balas Christopher sambil tersenyum ramah.
Si gadis mengangguk berulang kali. Rosemary terkekeh.”Cukup sekali saja mengangguknya, Livy. Nanti capek lehernya. Hehehe….”
Livy lalu menunjuk sayur-sayuran yang dibawanya dan berkata, “Sayur buat dimasak. Sehat.”
Nelly melongo mendengar ucapan Livy yang dirasanya kurang tepat secara tata bahasa itu. Begini toh yang namanya ABK, cetusnya dalam hati. Secara fisik kelihatannya seperti orang normal, tapi kalau bicara kurang tepat tata bahasanya.
“Livy, kenalkan,” kata Rosemary kemudian. “Ini Bu Nelly, adiknya Bu Rosemary.”
Nelly mengangguk sambil tersenyum. Dia mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Livy menerimanya dan menyapa singkat,”Halo, Bu Nelly.”
“Halo, Livy.”
Selanjutnya Rosemary memperkenalkan Damian. “Kalau ini teman baik Bu Rosemary, Livy. Namanya Pak Damian.”
Damian menyodorkan tangannya dan langsung disambut hangat oleh Livy. “Halo, Pak Damian. Cakep sekali.”
Laki-laki itu melongo. Sementara itu ketiga orang yang bersamanya tertawa terbahak-bahak. Rosemary kemudian meminta Livy melanjutkan aktivitasnya. Gadis itu lalu beranjak masuk ke dalam panti untuk menaruh sayur-sayurannya di dapur.
“Tenang, Bro. ABK kalau bicara memang begitu. To the point. Apalagi yang autis seperti Livy. Dia kalau ngomong memang tata bahasanya masih kacau. Tapi kosakata yang diketahuinya banyak sekali. Anak itu termasuk ABK yang cerdas,” jelas Rosemary panjang lebar.
Damian dan Nelly manggut-manggut mendengarkan penjelasan wanita itu. Sementara Christopher hanya diam saja memperhatikan cara anak didiknya itu menjadi guide bagi kedua tamu spesialnya.
Kemudian Rosemary mengajak mereka melihat-lihat kelinci, burung, dan ikan yang dipelihara di halaman belakang panti. Diperkenalkannya satu per satu para ABK itu dengan Damian dan Nelly. Termasuk Joseph yang tengah duduk di atas kursi roda. Anak itu asyik memberi makan ikan yang berenang-renang di dalam kolam.
“Kalau yang ini namanya Joseph. Umurnya empat tahun,” celetuk Rosemary. “Ayo salaman sama Pak Damian dan Bu Nelly, Sayang.”
Dipegangnya tangan ringkih anak kecil penyandang gangguan saraf cerebral palsy itu lembut. Diarahkannya untuk bersalaman dengan Damian bergantian dengan Nelly. Ekspresi kedua orang itu tampak menaruh empati terhadap kondisi Joseph yang memprihatinkan.
Setelah melepaskan tangan bocah itu, Rosemary berbicara pelan-pelan namun jelas supaya dapat dimengerti Joseph. “Bu Nelly ini adik kandungnya Bu Rosemary, Joseph. Coba lihat. Kami mirip nggak?”
Joseph tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Rosemary senang sekali melihat antusiasme anak itu. Dia lalu bertanya lagi, “Terus Pak Damian ini cakep, nggak?”
Damian melotot ke arahnya, sedangkan Nelly cengengesan saja. Sontak Joseph mengangguk. Rosemary tertawa senang. “Nah, sudah ada dua ABK pengagummu di sini, Bro. Berarti kamu kudu sering-sering datang kemari sekalian ngasih donasi yang banyak. Hehehe….”
Baik Damian maupun Nelly tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Sementara Christopher kini tidak ikutan tertawa. Diperhatikannya Rosemary dengan serius. Sesekali dia mencuri-curi pandang ke arah Damian.
Hubungan mereka berdua kelihatannya dekat sekali, batinnya penasaran. Apa benar cuma sekadar sahabat biasa? Atau jangan-jangan tanpa disadari…perasaan mereka lebih dari itu?
Sebuah perasaan tidak enak singgah dalam hati Christopher. Perasaan yang sudah lama sekali tak menghinggapi dirinya. Perasaan cemburu….
Ah, aku nggak boleh berprasangka buruk, putusnya dalam hati. Umurku nggak muda lagi. Sudah bukan waktunya untuk kucing-kucingan dalam hal asmara. Akan kucari waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku pada Rosemary. Sekaligus memastikan hubungannya dengan Damian. Benarkah hanya sebatas teman baik atau lebih dari itu.
“Hai. Kok diam saja, Chris? Lagi mikirin apa?” tanya sebuah suara membuyarkan lamunannya.
Dokter tampan itu mendongakkan wajahnya. Tampak Rosemary yang tersenyum manis sekali kepadanya.
Kamu cantik sekali, Rosemary Laurens, puji pria itu dalam hati. Aku mikirin kamu. Tanpa kusadari sering bertemu denganmu di panti ini membuat benih-benih cinta di hatiku bersemi. Perasaan yang kukira takkan pernah lagi tumbuh semenjak istriku meninggal dunia….
“Chris, kok tambah melamun, sih?” tegur Rosemary lagi.
Laki-laki itu tersentak. Dia lalu fokus kembali pada Rosemary dan kedua tamunya.
“Oh, nggak apa-apa, kok,” kilahnya cepat. “Damian dan Nelly apa sudah puas melihat-lihat di sini? Atau mau naik ke lantai atas?”
Nelly mengangguk mengiyakan. Sementara Damian yang memperhatikan Christopher sejak tadi nyengir saja. Ketika Rosemary dan Nelly berjalan di depan mereka, Damian sengaja mendekati si dokter dan berkata pelan, “Rosemary itu kawanku yang paling dekat, Chris. Jangan kecewakan dia, ya.”
Christopher kaget mendengarnya. Ditatapnya tajam Damian. Namun laki-laki itu justru bergerak meninggalkannya untuk menyusul Rosemary dan Nelly yang sudah jauh berada di depan mereka.
Apa maksudnya dia berkata begitu? batin dokter itu bertanya-tanya. Apa dia bisa merasakan kalau aku menaruh hati pada Rosemary?
***

Bình Luận Sách (70)

  • avatar
    Lahmudin

    rdg

    8d

      0
  • avatar
    RifqiMoch.

    ......

    25d

      0
  • avatar
    RobertErick kelvin

    bagus

    26/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất