logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 Dangerous Mind

'Ketika cinta berputar pada tiga manusia, antara dua pria dan satu wanita.
Apa yang seharusnya wanita itu lakukan?
Mencampakkan satu pria yang ternyata begitu mencintainya atau tidak memilih keduanya.
“Aku tidak tahu…”
Seperti biasa perpustakaan tampak sepi pengunjung, deretan meja baca hanya diisi beberapa orang saja yang mungkin akan menghabiskan malam di sini karena berkutat dengan penyelesaian tugas akhir. Aku tidak begitu tahu urusan mereka, tapi aku bisa merasakan aura depresi mereka di ruangan ini.
Berjalan menelusuri buku-buku yang begitu banyak, tersusun rapi di rak-rak buku setinggi hampir dua meter itu seperti berada di surga. Aku sama sekali tidak keberatan bila suatu hari aku terjebak di sini selamanya, asal ada pasokan makanan pastinya.
Ha..ha…ada-ada saja, aku memang pengkhayal sejati.
Karena ujian tengah semester telah berakhir, aku bisa bersenang-senang membaca puluhan novel di sini. Ada komedi, romance, action, horor… aku menarik salah satu novel selanjutnya. Ini dia, fantasy! Aku pun meraih beberapa buku bergenre fantasy dan membawanya ke meja bundar untuk kulahap.
Tapi karena banyaknya buku yang kubawa, aku kehilangan keseimbangan dan menabrak seseorang tanpa sengaja.
“Bruk!”
“Aduh, maaf.” Tanpa melihat siapa yang kutabrak, aku segera menunduk mengambil buku yang kujatuhkan. Setelah semua buku berada di tanganku, aku mendongak dan melihat kilatan mata tajam itu lagi.
Kuperhatikan sorotan matanya, ia malah tersenyum sinis.
“Get away from my face, weird girl…”
Masih merasa aneh aku duduk di meja bundar, memikirkan ucapan laki-laki itu yang terdengar menghina. Karena terdorong rasa penasaran aku menoleh ke belakang, melihat sosoknya yang telah menghilang di deretan rak buku.
“Seperti pernah melihat.” Gumamku, sambil membuka salah satu novel yang kubawa, mencoba kembali fokus membaca.
“Pagi, Dimi!”
Tiba-tiba seperti kedatangan malaikat, Kak Juno duduk di hadapanku. Menyapa dan tersenyum secerah mentari. Aku langsung menutup novel yang baruku baca saat itu juga.
“Kak Juno?!” senyumku mengembang, tampak luar biasa senang.
Sejak pertama kali aku bertemu Kak Juno di party anggota perkumpulan, aku merasa sangat cocok dengannya. Entah apapun yang kami bicarakan, pasti kami bisa menyambung satu sama lain. Mengesampingkan ketampanannya, ia adalah pemuda baik-baik yang juga anggota klub sastra sama sepertiku. Tutur katanya lembut, berwibawa dan menyenangkan. Aku yakin sekali setiap orang yang baru mengenalnya akan merasa nyaman bersamanya.
“Lagi baca apa?”
“Novel!” kuperlihatkan novel full colour yang kubaca, ia tertawa kecil melihatnya. “Kakak baca apa?” arah mataku menunjuk buku tipis yang sedang dipegangnya.
“Hanya ringkasan catatan ekonomi.” Kak Juno mencoba menutupi judul buku itu, The International Economic kalau aku tidak salah lihat. Alisku terangkat menyadari tambahan kelebihannya yang sudah sangat banyak bagiku.
“I’m not found it, let’s check in other library.” Terdengar suara seseorang di belakangku. Kak Juno mengangguk dan mengisyaratkan untuk tunggu sebentar.
“Dim, waktu party kemarin Stepani cerita katanya kalian diliatin sama strange person ya?” Kak Juno mengingatkanku pada insiden pulang pesta, ada seseorang yang mengamati kami dalam diam dan tampak mencurigakan.
“Iya, kenapa?”
“Itu orangnya, di belakang kamu.”
Aku menoleh, mendapati laki-laki tadi yang bertabrakan denganku tengah bersandar di rak terdekat meja yang kutempati. Melipat tangan di dada dengan wajah angkuh luar biasa. Aku berusaha bersikap biasa saja dengan menyapanya.
“Hi, I’m Dimi. Nice to meet you.” Aku tersenyum, berharap senyumku tidak terlihat dipaksakan. Ia mungkin orang asing melihat penampilannya yang sebelas dua belas dengan Kak Juno, juga gaya bahasanya yang tidak nasionalis.
Ia hanya memandangku, mengunci mataku dengan tatapan tajamnya. Baru setelah sepuluh detik yang terasa sangat lama, ia berjalan menghampiriku. Duduk di hadapanku sambil terus memandangi.
Kak Juno tersenyum, mencoba membuatku memaklumi sikap temannya yang kurasa memiliki kelainan itu. “Namanya Elfreim, orang Indonesia juga kok. Cuma dari kecil nggak dibesarkan di sini aja, jadi agak sedikit berbeda.”
Aku mengangguk sok mengerti. Kucondongkan tubuhku lebih dekat ke arahnya, balas mengunci mata dengan mata bulatku yang besar. “Lalu, apa memandang dengan aura menakutkan seperti ini adalah kebiasaanmu? Atau… karena terpesona padaku?” sengaja kukibaskan rambut sebahuku agar tampak keren, dan kembali bersandar di kursi dengan wajah percaya diri. “Memang sih, banyak yang terpesona karena aku cantik. Tapi untuk sikap yang berlebihan ini, baru pertama kali.”
Aku bisa mendengar suara tawa tertahan Kak Juno, membuatku tidak berani melihatnya dan malah melihat teman Kak Juno yang wajahnya speachless tanpa ekspresi.
Teman Kak Juno itu kemudian menggertakkan giginya, tampak kesal.
“I told you before, you are…”
“Aku cantik, aku tahu itu.” Kusela ucapannya, kini aku berani tertawa bersama Kak Juno menertawakan ucapanku sendiri.
“You are… weird, you know?”
“No.” aku menggeleng, tak percaya.
“She’s beautiful, honestly.” Kak Juno membelaku sambil terus tertawa. “You’re so funny, Dim.” Ia memujiku, lalu menepuk bahu teman sebelahnya. “Ada juga yang bisa membuatmu kehilangan kata, El.” Pemuda bernama El langsung menampik tangan Kak Juno dari bahunya.
Arogan sekali… aku mengernyitkan dahi, tidak suka dengan kepribadian El.
Namun seperti terbiasa, Kak Juno tidak menggubris perlakuan El. Ia terlihat senang dan berucap dengan semangat, “Bagaimana kalau kita main ke Dunia fantasi?”
Kerutan di keningku bertambah. “Untuk?”
“Merayakan pertemanan baru kita. Elfreim juga belum pernah ke tempat hang-out sebelumnya, ya kan El? Ayo kita ke sana.” Kak Juno mengambil kunci mobilnya dan berdiri.
“Apa kau tidak ingat aku sedang mencari buku?” kata El, sinis. Ini adalah kalimat Indonesia pertamanya yang kudengar. Logat english-nya menghilang, ia berbaur dengan cepat.
Membayangkan betapa serunya permainan fantasi membuatku lupa akan ketidaksukaanku pada El, aku malah ikut berdiri. “Sepertinya seru jika kita ke sana hari ini, pasti pengunjungnya sedang tidak banyak.”
“Tidak ada yang mengajakmu.” Kalian pasti tahu itu perkataan siapa.
“Aku yang mengajaknya.” Suara Kak Juno seperti angin surga bagiku.
“Aku juga tidak peduli kau mau ikut atau tidak.” Tambahku, memperburuk keadaan.
Ia kembali menggertakkan giginya, terlihat menahan marah. Aku hanya mengembangkan senyum paling manis membalasnya.
Bukankah aku tampak keren sekarang?
^^^
Sesampainya di sana, aku berjalan penuh semangat mendahului Kak Juno dan temannya yang menyebalkan. Sebenarnya aku bukanlah tipe orang yang suka main, tapi berhubung ujian semesterku telah usai dan otakku yang mendesak refreshing, kuputuskan untuk menerima ajakan Kak Juno. “Pasti asik sekali bila aku bisa mencoba semua permainan di sini.” Gumamku, mendongak memandangi permainan-permainan raksasa yang menimbulkan teriakan histeris para pengunjung.
“Ayo kita naik yang itu dulu! Ayo!” aku menunjuk permainan perahu besar yang terombang-ambing sambil menoleh ke belakang, mencari dua pemuda yang membawaku kemari.
“Lihat dia, begitu kekanakan, konyol, aneh, terus…apa lagi? norak.”
“Dan menarik.”
El mendadak menoleh dengan ekspresi terkejut. Kak Juno terus berbicara dengan wajah tenang.
“Dimi menarik, sederhana, naif, dan cantik dengan caranya sendiri. Ya kan?”

Bình Luận Sách (50)

  • avatar
    JatiTaruna Muda

    keren bngt cerita nyaa banyak bnyak ya bikin cerita yng lbih kren lgii

    7d

      0
  • avatar
    Kimochi

    bahus

    27d

      0
  • avatar
    BotOrang

    aku suka crita in aku kash bintang 5

    21/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất