logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 SALING TERTARIK

Eva masih tertidur di brankarnya dan tidak tahu jika sang ayah, Niko sudah menjenguknya. Pak Niko mengusap lembut rambut putri bungsunya itu dengan kasih sayang.
Eva membuka matanya saat merasakan ada yang mengusap kepalanya.
''Daddy!" Eva langsung memeluk daddynya
''Eva kangen Dadd,” ucap Eva manja.
Indi sang kakak yang kebetulan sedang bekerja di rumah sakit tempat Eva dirawat itu pun jengah melihat Eva yang manja pada sang Ayah. 
''Hilih.. lebay,'' saut indi
''Ndi…," tegur Emak.
''Sudah jangan menangis, kamu jelek kalau menangis,'' ucap pak Niko mengusap air mata Eva.
''Ya sudah Mak, Indi mau lihat pasien lain,'' pamit Indi 
“Iya,” jawab emak.
''Oh ya, itu obatnya jangan lupa diminum,'' ucap Indi sebelum melangkah keluar.
''Gak mau!” jawab Eva meledek.
''Minum!'' geram Indi sambil menatap tajam Eva.
“Iya, bawel!” jawab Eva kesal sambil melihat Indi keluar dari ruangannya.
''Ndi minta buah semangka!'' pinta Eva sebelum Indi benar-benar keluar dari ruangannya.
''Astaghfirullah! Kamu pikir ini rumah sakit milik nenek moyangmu!” Indi begitu kesal melihat tingkah adiknya, sakit saja banyak tingkah apalagi sehat.
''Ye.., belum tahu ya, sebentar lagi juga rumah sakit ini jadi milik gue!” cibik Eva.
''Ngayal jangan ketinggian!" Jawab Indi jengah lalu menutup pintunya.
''Kalian ini selalu berantem, selalu berdebat,”saut emak yang merangkul Daddy dari belakang dan tersenyum.
''Gak berantem gak seru, seru aja buat Indi jengkel,” jawab Eva ikut memeluk pak Niko.
"Mak, Eva dulu kenapa, jatah Mak entar malam.'' Eva menyingkirkan tangan emak dari leher pak Niko dan pak Niko hanya tertawa mengusap punggung putrinya.
''Dadd, jatah apa nanti malam?" tanya emak sedikit menggoda.
''Sudah jangan membahasnya disini!'' jawab pak Niko yang memeluk Eva.
"Ya sudah, makan ya!" titah pak Niko pada Eva.
"Iya." Pak Niko mengambilkan makanan Eva yang berada di atas meja.
''Emak, Daddy, nanti pulang saja, Indi juga nanti ada pertemuan apa gitu kurang tahu,” ucap Eva sambil memakan makan siangnya.
''Terus yang jaga kamu siapa?'' tanya emak
''Ada Adisty sama kari, lagian besok juga udah boleh pulang,” jelas Eva lalu menyendok makanannya.
''Terserah kamu, tapi kamu jangan ceroboh lagi!'' peringat sang pak Niko mengusap pucuk rambutnya.
''Iya, Dad….” balas Eva tersenyum manis.
''Ya sudah, sini Daddy suapi.” Pak Niko mengambil alih piringnya lalu menyuapi Eva.
Emak tersenyum melihat suaminya yang sangat menyayangi anak-anaknya. Eva memang sangat manja dengan sang ayah, dan wajar saja jika Ayahnya memanjakan Eva karena Eva anak bungsu.
Emak meninggalkan ruangan Eva dan menuju kantin untuk membeli makan siang, sedangkan Eva bercerita, berceloteh dengan ayahnya seperti anak kecil. Ia menceritakan semua kejadian satu minggu terakhir pada sang ayah. Ayahnya hanya menjadi pendengar setia sang anak, dan sesekali tertawa.
''Oh ya sayang, bagaimana hubungan mu dengan Dika'' tanya pak Niko yang ingin tahu hubungan Eva dan anak dari sahabatnya.
''Daddy.... I don't like him!'' Jelas Eva yang tidak suka jika ayahnya menjodohkan dirinya dengan anak sahabatnya yang seorang dokter kandungan.
''Ok baiklah, untuk Indi saja.'' jawab Daddy lalu tersenyum
''Gak mau!'' saut indi tiba-tiba datang membawa buah semangka dan meletakkannya di meja dekat brankar Eva.
''Ok Baiklah, terserah kalian mau jodoh seperti apa.'' jawab Daddy mengalah lalu melihat anak anaknya satu persatu. tak lama Indi keluar dengan wajah kesal.
''Dika... Dika...,dan Dika! memang tidak ada laki-laki lain?" Gerutu Indi di sepanjang lorong tanpa mengetahui ada seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya dan tiba-tiba.
‘BRUKK’
"Aduh..., maaf, Tuan,'' ucap Indi yang belum melihat laki laki tersebut karena mengambil pulpennya yang terjatuh.
Indi merasa tidak enak setelah melihat pria dihadapannya itu tersenyum padanya. ''Tidak apa-apa. Aku yang salah,'' jawab pria tersebut.
Indi sekilas mereka tersenyum dan masing-masing melihat nama yang tertera di tanda pengenal mereka yang di sematkan di bagian dada sebelah kiri.
''Dokter Kevin,” batin Indi, lalu mereka berdua berjalan kembali ke arah yang berlawanan. 
Namun, belum begitu jauh Kevin menoleh ke arah belakang melihat Indi berjalan. Seulas senyum mengembang di bibir Kevin.
''Indiana,” batin kevin kemudian berjalan kembali masuk ruangan Deniz.
Sementara itu Indi mengingat-ingat Dokter Kevin, Indi juga baru melihatnya dan menduga Kevin adalah dokter baru di rumah Sakit milik Deniz.
''Dokter baru? perasaan tadi pagi banyak dokter baru?'' gumam Indi yang masih berjalan di lorong rumah sakit.
"Apa pengganti dokter Dahlia?" Indi mengangkat kedua bahunya memilih untuk tidak ambil pusing.
Disisi lain Deniz yang kedatangan om sepupunya terkejut, karena Kevin tiba-tiba datang, karena yang ia tahu kevin ada di kota Bandung.
"Tünaydın, Deniz Bey!" sapa Kevin. Deniz terkejut ada yang menyapanya dengan bahasa asal sang ayah.
"Tünaydın, hai meraba!" sapa balik Deniz.
"Çok güzel. Oh ya, aku dengar tadi pagi kamu menyerempet cewek cantik? yang pernah jatuh dari tembok pembatas perumahan?" tanya Kevin langsung. 
Deniz tersenyum, sudah pasti Kevin tahu dari sang mama ama, kakak dari Kevin."Cewek cantik? Preman lebih tepat!" jawab Deniz kesal mengingat tingkah Eva seminggu lalu, dan Kevin hanya tertawa melihat wajah kesal keponakannya.
"Om pasti tahu dari mama?" tanya Deniz memastikan seraya memainkan pulpennya.
''Siapa lagi! Houna gitti mi?" Kevin menanyakan apakah Deniz menyukai Eva.
"Hayır!" Deniz mengatakan tidak dengan tegas dalam bahasa Turki.
"Kalau suka juga gak apa-apa?" goda Kevin melihat wajah merah Deniz karena malu kedapatan tertarik dengan Eva.
''Oh ya om, bukannya om dinas di kota Bandung?'' tanya Deniz mengalihkan pembicaraan.
''Masa dinas om di Bandung sudah habis dan papamu meminta Om jadi dokter di sini."
"Oh,” jawab Deniz santai.
"Om, Om masih sama Rindu?” tanya Deniz mengganti topik pembicaraan.
"Tidak! Rindu sudah menikah." Seketika Deniz tertawa mendengar Kevin ditinggal menikah kekasihnya yang bernama Rindu. padahal yang Deniz tahu Kevin dan Rindu sudah hampir tujuh tahun pacaran.
''Belum jodoh Deniz. Semoga saja nanti mendapatkan gadis yang lebih baik." 'Jawab Kevin bijak dan mencoba menerima apa yang terjadi padanya.
''Ya sudah, aku mau ke ruanganku,'' pamit Kevin.
''Tamam.'' Kevin melangkah keluar dan kembali ke ruangannya.
Setelah Kevin keluar tak lama Deniz juga keluar untuk memeriksa beberapa pasien yang ia tangani sebelum iya pulang ke rumah. tak lupa ia juga memeriksa kondisi Eva yang berada di kamar perawatan. ia juga tahu jika kedua orang tua Eva sudah pulang dan digantikan dua sahabatnya untuk menjaganya.
''Allah, Allah! Ini mau jaga pasien atau tidur disini," batin Deniz melihat Harita dan Adisty tidur di sofa. lalu pandangannya beralih ke melihat Eva yang juga tidur.
''Dok, apa perlu saya bangunkan mereka,'' ucap suster yang bertugas bersama Deniz.
''Tidak perlu, biarkan saja,” jawab Deniz lalu mulai memeriksa Eva. Eva terkejut saat ada tangan menyentuh nadinya, namun ia hanya diam dan sekilas melihat Deniz lalu memejamkan matanya dan membiarkan Deniz memeriksanya sementara suster memeriksa infusnya.
''Sus, Suster keluar saja dulu. Saya mau menunggunya sebentar,” ucap Deniz tanpa sadar langsung duduk di kursi di dekat brankar Eva. suster hanya mengangguk karna suster tersebut mengetahui jika pasiennya adalah korban Deniz tadi pagi, dan berfikir deniz merasa bersalah.
Suster melangkah keluar membiarkan Deniz masih berada di dalam ruangan perawatan Eva. Deniz melepas jas dokternya dan melihat Eva yang terlelap dalam tidur siangnya. Deniz juga membenarkan selimutnya dan duduk kembali di Kursi, lalu melihat Adisty dan Harita.
''Mereka tidur seperti orang mati,” batin Deniz setelah melihat kedua sahabat Eva.
''Eva Melisa Brugman,” batinnya seraya memperhatikannya wajah Eva. Deniz tersenyum dan mengingat ucapan sang mama tempo lalu.
''Cantik,” batinnya lagi.
Wajah Eva bagai sihir yang mampu memporak-porandakan hati Deniz selama satu minggu terakhir, entah apa yag terjadi dalam dirinya. Tak lama ia bangkit dari duduknya kemudian ia keluar dari ruangan Eva sambil tersenyum mengingat wajah Eva.
Rupanya sedari tadi Eva tidak benar-benar tidur ia hanya pura pura tidur.
''Deniz Yağmur,” batinnya tersenyum lalu menarik selimutnya. Tanpa Eva sadari sepertinya Ia juga tertarik dengan Deniz.

Bình Luận Sách (78)

  • avatar
    melonmitra

    mantapp

    2d

      0
  • avatar
    KaramokeyauYohanes

    2222

    20/08

      0
  • avatar
    Ivan Witami

    bagus

    19/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất