logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 3 Apa Benar Nata?

“We each survive in our own way.”
— Sarah J. Maas
[Nata ver]
Aku berlari kearah kemudi ambulance, kutinggalkan mereka, untuk mencari bantuan.
------
Telah sampai di kantor polisi.
Aku bergegas masuk dan memberi tau polisi kejadian 'aneh' itu.
Tidak, polisi itu tidak percaya kepadaku.
Dan mereka memeriksa mobil ambulance yang ku naiki.
"Lapor komandan! , di dalam mobil terdapat lima mayat" ucap salah satu polisi kepada atasannya.
Lima mayat? Dalam mobil itu? Tidak mungkin, dengan mata kepalaku sendiri aku melihat mereka ada di luar, menenangkan ibuku. Tidak. Ini sulit dipercaya.
Aku tertegun dan jatuh seketika saat mereka menurunkan mayat mayat itu.
Aku ingin berteriak, 'ini apa? Aku tidak melakukan apa apa'.
"nak sebaiknya sekarang ikut kami ke ruang introgasi" salah satu polisi wanita yang pada seragam dada sebelah kanannya terbordir nama 'Putri', dia menjulurkan tangannya padaku aku membalas juluran itu kami berjalan menyusuri lorong sepi menuju ruang introgasi.
Disana, aku duduk langsung menghadap Polwan Putri dan disebelah kanannya ada Polisi Bayu.
"Dek, bisa jelaskan ke kita semua?" Ucap Polwan Putri seraya mengernyitkan alis tebalnya.
"Adikku Adel berteriak didepan pintu kamar orang tua kami, tapi tidak ada jawaban. Berulang kali. Aku khawatir aku takut sesuatu terjadi pada ibu" aku tertunduk menjawab pertanyaan itu, kejadiannya yang begitu cepet terasa seperti mimpi.
"Lalu orang orang disana? Kamu yang membunuhnya?" Suara tegas Polisi Bayu mmebuatku menatapnya.
Aku menangis, aku tidak tau harus berkata apa.
"A-aaku, bukan aku yang melakukan itu, aku benar benar melihat mereka keluar dan aku mengemudi untuk memberi tau polisi kejadian ini, aku ketakutan" aku menyeka derasnya air mata yang terjatuh memandang Polwan Putri dengan iba agar dia mempercayai ceritaku.
"Memberi tau polisi!" Polisi Bayu berteriak dan menghentakkan meja dengan keras membuat Polwan Putri melihat aneh kearahnya, "untuk apa kamu datang ke markas polisi jika kamu punya handphone untuk itu? Kamu yang membunuh mereka! Siapa yang percaya jika orang mati bisa membunuh orang? Kamu ingin mengolok-olok polisi?" Polisi Bayu terus menatapku tanpa kedip. Aku takut.
"Tidak, jelas jelas aku mendengar ibu berbicara di ambulance" ucapku mengalihkan mata dari pandangan Polisi Bayu.
"Tidak, ibumu sudah mati bahkan sebelum masuk ke ambulance kan?" Suara Polisi Bayu yang lebih tenang sekarang dan kembali ketempat duduknya"
"Tidak ini tidak benar! Kenapa kalian tidak percaya kepadaku! Aku sudah bilang berulang kali, bukan aku pelakunya! Untuk apa aku membunuh mereka!?" Aku berdiri, menendang kursi yang aku duduki dan berjalan ke arah pintu, berusaha membuka pintu namun sayangnya pintu itu terkunci.
"Kenapa? Ingin keluar?" Ucap Polisi Bayu yang berada tepat dibelakangku, aku refleks menengok kearahnya. Dia terlihat sangat seram! Aku merogoh kantung celana terdapat pisau disana, aku menusuk perutnya.
Kemudian terdengar suara pistol "DIAM DITEMPAT! ADA SATU PELURU DISINI!" Polwan Putri mengarahkan pistol padaku.
"Uhuk uhuk uhuk, Psikopat?" Polisi Bayu melihat kearahku senyum terukir diantara darah yang keluar dari mulutnya.
DUAR!
Peluru terakhir keluar dari pistol itu mengenai tulang bahu sebelah kiri Polisi Bayu.
Aku mengoyang goyangkan gagang pintu itu lagi dan sekarang terbuka!
Tiga orang berada dibalik pintu itu aku memegang pistol, mengarahkan kepada mereka semua.
"Angkat tangan semua! Jika tidak akan ku tembak kepalanya!" Aku menarik dan mendekatkan pistol ke kepalanya yang memengangi bahu dengan merintih kesakitan.
Aku melarikan diri dari pintu belakang, Dia seperti menuntunku kesana. Disana sepi. Seperti bangunan lama. Dia tertawa geli melihatku kebingungan.
Apa yang dia pikirkan?
Kenapa dia bisa tertawa dengan luka perut dan tembakan yang mengenainya?
Aku mendorongnya lalu berlari sekencang mungkin.
---------
(Author Ver)
Saat surat penahanan untuk Adenata Adhitama telah di sahkan, terdapat saksi mata dan hasil forensik yang menyatakan dia bersalah atas kasus pembunuhan Ibu, Pak Herman, suster, sopir, dan petugas ambulance itu.
Namun Adenata Adhitama menghilang tanpa jejak dan mengakibatkannya masuk ke dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) tak hanya dia, Polisi Bayu pun ikut menghilang.
Polisi terus mencari keberadaan mereka dan mendalami terus kasus ini.
Sejujurnya polisi juga tidak yakin Adenata Adhitama tersangka atas pembunuhan tersebut karena :
1. Adenata Adhitama tidak bisa menggunakan pisau dengan benar, petugas polisi yang melihatnya menusuk Polisi bayu mengatakan, tangannya bergetar saat menusuk pisau itu dan saat memegang pistol jari manisnya menjaga pelatuk. Hal itu bisa menyebabkan pergeseran pada tulang, dia seperti tidak pernah menyentuh benda itu.
2. Adenata Adhitama fobia darah. Dia sering merasa pusing saat mencium bahkan melihatnya dari tv pun ia akan muntah.
3. Adenata Adhitama memiliki gangguan panik. Dibuktikan dengan temuan resep dokter di kamarnya saat penggeladahan. Yang jelas membuatnya akan sesak napas dan panik berlebihan saat benar benar mebunuh.
4. Ditambah pengakuan dari adik dan tetangganya.
"Aku melihat darah dari kamar ibu, jendelanya terbuka lebar. Aku tidak tau ibu tertusuk dibagian mana tapi darahnya sangat banyak, mendengar aku berteriak suara hantaman tubuh bang Nata semakin besar ke arah pintu setelah itu aku tersungkur lemas tidak ada lagi yang dapat ku ingat" Adera Adhitama
"Aku tidak tau apa yang terjadi, tiba tiba saja Bang Dera berteriak dan banyak orang datang kerumah kami. Bang Nata menghantamkan badannya dengan keras kearah pintu itu, setelah itu tetanggaku menggendongku keluar tapi aku mendengar suara napas bang Nata terdengar berat, kata ayah jika napas bang Nata berat tandanya harus minum obat. Aku tidak sempat memberi bang Nata obat itu sebabnya ya bang Nata sampai sekarang tidak mau menemuiku?" Adelio Adhitama
"Nata? Orangnya baik banget tidak mungkin dia membunuh ibunga, membayangkannya saja terdengar seperti lawakan untukku. Tapi orang orang di ambulance? Aku menduga itu memang benar ulah ibunya, banyak orang dari kampung ibunya manusia jadi jadian" Pak Janwari
"Aku mendengar suara anak kecil berteriak, aku langsung menuju kearah suara itu. Sudah banyak orang berkumpul disana, ambulance dan polisi datang setelah itu. Aku melihat Bu Intan dibopong kearah ambulance bad. Jujur aku senang melihat itu karena dia seperti aib bagi kami. Keluarga Bu Intan penganut ilmu gaib, sekampung kami juga percaya Nata tidak melakukan semua yang dituduhkan Nata anak baik" Pak Hari
Banyak lagi lainnya yang tidak percaya dengan apa yang terjadi. Memang sulit untuk mempercayai anak penyayang seperti Nata melakukan hal ini.
Tapi apa yang bisa di harapkan, manusia cepat berubah bukan?

Bình Luận Sách (99)

  • avatar
    HaidarHaidar

    Ceritanya seru dan menarik ga bosen baca cerita nya the best lah yang paling penting adalah bagaimana memahami bahwa duit itu penting wkwkwk

    17/01/2022

      0
  • avatar
    Hazlindawati Usolludin

    cerita menarik ... sukar meneka siapa pembunuhnya ... teka teki hingga akhir ... teruskan usaha ... sentiasa akan menyokong setiap karya yg dihasilkan ... terbaik

    11/01/2022

      1
  • avatar
    LahFhatan

    game ini hebat menghasilkan uang

    1d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất