logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 Percikan Darah

[Nata vr]
Pagi cerah dihari Minggu, ditambah aroma susu dan biskuit cokelat ibu rasanya sangat hangat.
Aku menengok Adel berusaha meraih remote tv dengan kaki mungilnya.
Bukankah dia terlihat sangat imut?
"Cepet tinggi dong" kuraih remote itu tanpa perlu berusah payah lalu duduk di sofa yang strategis, langsung menghadap tv
"Bang Nataaaaaaa tadi kan aku yang nyalakan tv nya" ucapnya memelas, menambah rasa gemasku ingin menganggodanya
"Cuma menyalakan, sekarang remotenya ada di abang, ya suka suka abang mau nonton apa dong hahaha" balasanku membuatnya terdiam sejenak, kulanjutkan dengan meraih susu yang ia buat dia langsung saja menahan segelas susu itu.
"Ihh pelit amat sih, minum aja bang. everything you want is yours bang hahahaha" Suara Dera yang baru bangun mengalihkan pandangan kami, Dera sepertinya belum sadar betul, matanya masih dihiasi permata kecil dan disekitar dagunya ada sungai kering.
Dera merebut segelas susu itu dari genggaman Adel dan memberikannya kepadaku.
Aku meminum susu ini dan tertawa geli memikirkan tingkah si kembar yang sangat menggemaskan.
Adel mengeluarkan tangisan supernya, telingaku sakit.
"HUAAAAA IBU AYAH DUO ABANG TUHHHHH" ia menangis, menggedor dan berusaha membuka pintu kamar ibu, namun tidak ada jawaban.
Melihat keanehan itu, aku datang kearah Adel meraih gagang pintu dan menariknya namun terkunci
"Bu, ibu? Ayah? Kalian di dalam?" Aku memanggil mereka berulang kali namun sama sekali tidak ada jawaban sekedar 'eung' pun tidak ada.
Sangat sunyi membuatku memiliki firasat buruk, aku takut sesuatu terjadi pada ibuku.
"IBUUUU!!!!! BANG NATAA IBUUUU" Teriakan nyaring Dera mengagetkanku seolah memberi tanda firasatku benar.
Aku melemparkan tubuhku kearah pintu yang terkunci ini
"NATA NATA!" Teriak segerombolan bapak bapak mendatangiku "Jangan seperti itu nanti tubuhmu akan terluka, biar kami saja" ucap salah satu dari mereka, aku tidak mendengarkan.
Tidak peduli tubuhku terluka, aku harus membuka pintu ini.
Dengan bantuan mereka, akhirnya pintu ini terbuka.
Lega? Tidak jawabannya.
Aku melihat ibu bersimbah darah
Kasurnya yang kemarin putih sudah berubah warna menjadi merah
Dinding kamarnya yang polos kini dihiasi noda darah
Hatiku, sakit sekali.
"Ibu....ibuu" aku tersungkur di sebelah ibuku, aku berharap ini hanya mimpi.
"Jangan diam saja! Panggil ambulans cepat!" Teriakan pak Sam memecahkan keheningan ini
Aku tersadar, aku melihat luka tusukan diperut ibuku dan bekas peluru di daun telinganya.
Aku pernah mendengar ini sebelumnya, tapi tidak ingat dimana.
Untuk berjaga jaga aku akan mengingat semua hal yang ada di ruangan ini.
Pertama: luka tusukan, ibu setidaknya ditusuk 6kali
Kedua: goresan peluru di daun telinga sebelah kanan
Ketiga: pintu di kunci namun kuncinya menghilang
Keempat: goresan noda darah di dinding, bukan cipratan terlihat seperti digores dengan jari tengah membentuk angka satu (1)
Baik aku akan mengingat ini semua.
Ambulans dan polisi akhirnya datang.
Aku ikut menaiki ambulans yang sama dengan ibu.
Ibu dipasangkan alat bantu napas dan beberapa alat medis lainnya.
"Ibuu...ibu dengar Nata?" Aku terus mengucapkan itu, aku yakin ibu bisa mendengarkan suaraku.
Mata ibu perlahan terbuka.
Ibu seperti ingin memberi tauku sesuatu.
Aku mendekat ke mulut ibu.
"Hhhhh-hh.." hanya napas yang bisa kudengar
"Apa bu? Apa yang ingin ibu katakan" aku menatap ibu penasaran, aku rasa ini sangat penting-ibu menatapku dengan tatapan tajam, aku rasa ia Mengiginkan aku memahami apa yang ia katakan.
Ku letakan kembali telingaku disisi ibu, lenganku menyentuh leher ibu terasa hangat kemudian mendadak dingin.
Ibu kesulitan bernapas, apa tabung oksigennya tidak berfungsi?
"Nak tolong jangan halangi susternya ingin membantu ibumu" pak Herman memegangiku dengan kedua tangannya yang berotot
Ibu batuk batuk-disertai darah yang keluar dari mulutnya mengotori bajuku, pak Tara dan suster.
Ibu berteriak kesakitan, membuka alat bantu napasnya. Mengambil sejenis pisau bedah di dekatnya.
Mengancamku! Ibu ingin membunuhku!
Pak Herman dengan sigap memegang pisau itu, alhasil tangannya berdarah. Ibu mendorong pak Herman lalu menarik pisau itu dari genggamannya, keluar saat ambulansnya masih berjalan.
Melompat dan mendarat dengan anggun seperti penari profesional.
Melihat tindakan aneh ibuku, suster itu berteriak menyebabkan bapak supir menghentikan ambulans ini.
Ibu tertarik dengan teriakan suster itu dan kembali menghampiri kami.
"Tidak bukan aku hahahaha dia yang menghasutku" ibu tertawa cekikikan dan menunjukku dengan pisau itu
Pak Herman, sopir dan petugas ambulance berusaha menenakan ibu ku, namun ibu membalasnya dengan beberapa tusukan dalam.
Aku rasa itu bukan ibu
Aku harus kabur
Tapi tidak mungkin berlari di daerah ini
Tidak ada tempat bersembunyi
Suster itu keluar dari ambulance mencoba menyuntikan ibuku dengan obat penenang.
Aku pun memberanikan diri keluar untuk melihat semuanya dengan jelas.
Tapi ibu menyadari gerakan tangan suster dan menusukan jarinya ke mata suster hingga membuatnya berdarah.
Suster berteriak-Aku terkejut melihat ibu
Dia benar benar bukan ibu!
Aku berlari kearah kemudi ambulance, kutinggalkan mereka, untuk mencari bantuan

Bình Luận Sách (99)

  • avatar
    HaidarHaidar

    Ceritanya seru dan menarik ga bosen baca cerita nya the best lah yang paling penting adalah bagaimana memahami bahwa duit itu penting wkwkwk

    17/01/2022

      0
  • avatar
    Hazlindawati Usolludin

    cerita menarik ... sukar meneka siapa pembunuhnya ... teka teki hingga akhir ... teruskan usaha ... sentiasa akan menyokong setiap karya yg dihasilkan ... terbaik

    11/01/2022

      1
  • avatar
    LahFhatan

    game ini hebat menghasilkan uang

    1d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất