Perjuangan yang kita tanggung hari ini akan menjadi 'masa lalu yang indah' yang kita tertawakan besok. - Aaron Lauritsen ------- [Adel vr] Minggu pagi di tahun 2010 Pagi yang cerah, angin sepoi sepoi ditambah aroma biskuit buatan ibu yang sangat manjs membuatku ingin melakukan apa yang anak anak biasa lakukan di minggu lagi. Yap, menonton televisi. Aku berlari menuju ruang keluarga, membuka pintu agar anginnya leluasa menguasai ruangan dan meletakan nampan berisi susu hangat dan biskuit yang telah aku siapkan. Tanganku berusaha meraih remote televisi yang letaknya sangat tinggi. "Cepet tinggi dong" suara berat yang menagetkan itu milik abang tertua, Adenata Adhitama biasa dipanggil Nata tapi jika ibu marah ia akan di panggil Renjang (karena sangat tinggi) "Bang Nataaaaaaa tadi kan aku yang nyalakan tv nya" ucapku memelas "Cuma menyalakan, sekarang remotenya ada di abang, ya suka suka abang mau nonton apa dong hahaha" ia tertawa geli melihat rajukanku. "Jangan diminum itu juga susu aku yang buat, abang jahat banget" aku menahan gelas berisi susu cokelat yang kubuat dengan susah payah. "Ihh pelit amat sih, minum aja bang. everything you want is yours bang hahahaha" Suara nyaring itu milik Adera Adhitama, bang Dera aku biasanya memanggilnya seperti itu. Dia anak kesayangan ibu-ayah jadi tidak memiliki nama panggilan tertentu, cukup Dera saja. Dera meraih susu cokelatku dan memberikannya kepada Bang Nata. Huhhh susu cokelat lezatku tinggal kenangan Tentu saja aku menangis, di usia 7 tahun karena hal kecil kita mudah menangis bukan? "HUAAAAA IBU AYAH DUO ABANG TUHHHHH" aku menangis sekencang mungkin, menggedor gedor pintu kamar mereka, tapi anehnya pintu kamar itu terkunci dan tidak ada jawaban sama sekali membuat bang Nata bangkit dari sofa nyamannya berjalan kearahku dengan tatapan heran. Lalu menggedor pintu kamar ibu dan ayah "Bu, ibu? Ayah? Kalian di dalam?" Diikuti suara gedoran yang semakin keras. Sama sekali tidak ada jawaban. Bang Dera mengerenyitkan dari kemudian keluar dan mengecek dari jendela luar ruangan itu. "IBUUUU!!!!! BANG NATAA IBUUUU" Teriakan nyaring Dera menarik perhatian tetangga yang akhirnya berlari kearahnya Bang Nata dibantu para tetangga berusaha mendobrak ruangan itu Sedangkan Bang Dera tersungkur lemas, aku tidak melihat apapun, orang orang ini menghalangiku Aku dan Bang Dera dibawa ke rumah salah satu tetangga kami, Pak Herman ia memiliki anak bernama Reza Aku dan Bang Dera satu sekolah dengan Reza dan kami lumayan dekat "Marina! Marina! Jaga Dera dan Adel sebentar" Marina adalah kakak Reza , Pak Herman hanya mengantar kami sampai depan pintu rumahnya. Aku memegang tangan Bang Dera yang masih dingin denga wajah pucat. Aku bertanya tanya apa yang dilihat Bang Dera di kamar ibu dan ayah. "Ehh Adel Dera, ayo masuk sini" Kak Marina membukakan pintu rumahnya, aku menarik tangan Bang Dera Kami dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu. Tercium aroma teh yang menenangkan, teh melati. ------------- "DERA DERA!!" Teriak seseorang memanggil Bang Dera suaranya sangat panik Tubuh mungil itu bergegas masuk, napasnya terengah-engah "Reza? Ada apa? Dera sedang istirahat dikamarmu" ucapku seraya menyeruput teh hangat. "Ibumu, dibawa a-ambulans, darahnya banyak banget.. bang Nata ikut sama mereka" aku terpaku mendengar kata kata yang diucapkan Reza, ibuku kenapa? Aku berlari keluar berusaha mengejar ambulans Beberapa kali terjatuh dan beberapa kali terbangkit Beberapa orang terlihat mengasiani tapi tidak ada yang membantu Hingga suara nyaring ambulans perlahan menghilang dari radar Bu Mita berlari dan memeluk tubuh mungilku "Sabar nak, ibumu akan baik baik saja" ia mengatakan dengan lirih, aku tau itu hanya ucapan untuk menenangkanku. Bagaimana mungkin ada orang yang baik baik saja jika darah yang keluar dari tubuhnya begitu membanjiri jalan? Mungkin bu Mita lupa jika ayahku seorang dokter, aku anak seorang dokter. Bu Mita menitipkanku kepada Pak Herman. ----- Aku menangis tanpa suara sembari memeluk erat Bang Dera. Bang Dera terbangun "Del, everything is gonna be okay" ia menepuk pelan kepalaku, terdengar seperti menahan tangis. Hatiku sakit mendengar ucapannya.
Cảm ơn
Ủng hộ tác giả để mang đến cho bạn những câu truyện hay
Chi phí 14 kim cương
Sự cân bằng: 0 Kim cương ∣ 0 Điểm
Bình Luận Sách (99)
HaidarHaidar
Ceritanya seru dan menarik ga bosen baca cerita nya the best lah yang paling penting adalah bagaimana memahami bahwa duit itu penting wkwkwk
17/01/2022
0
Hazlindawati Usolludin
cerita menarik ...
sukar meneka siapa pembunuhnya ...
teka teki hingga akhir ...
teruskan usaha ...
sentiasa akan menyokong setiap karya yg dihasilkan ...
terbaik
Ceritanya seru dan menarik ga bosen baca cerita nya the best lah yang paling penting adalah bagaimana memahami bahwa duit itu penting wkwkwk
17/01/2022
0cerita menarik ... sukar meneka siapa pembunuhnya ... teka teki hingga akhir ... teruskan usaha ... sentiasa akan menyokong setiap karya yg dihasilkan ... terbaik
11/01/2022
1game ini hebat menghasilkan uang
1d
0Xem tất cả