logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Nyonya Moreno

Babak baru dalam kehidupan Adelia yang sekarang telah menjadi seorang nyonya muda, Nyonya Reno. Sepulang dari bulan madu, Reno langsung memboyong Adelia ke rumah orangtuanya. Rumah besar yang jarang ditempati karena orang tua Reno lebih sering berada di Surabaya. Didalam rumah itu hanya ada sepasang pegawai berumur empat puluhan, Bi Siti dan suaminya Mang Eman. Mereka sudah sejak masih gadis dan bujang, bekerja untuk Pak Haryanto. Anak mereka yang besar sudah lulus kuliah dan menikah, yang kedua masih duduk dibangku SMA, namun tinggal di kampung. Mang Eman dan istrinya merasa betah bekerja pada Pak Haryanto karena majikannya sangat baik dan perhatian. Mereka dipercaya untuk menjaga rumah itu saat majikannya tak ada.
"Rumah ini sekarang jadi milik kalian," kata Mami saat Reno, Adel, Mami dan Papi makan malam.
"Reno sekarang udah punya istri. Jadi, kamu gak usah lagi tinggal di rumah Tante Sheila. Mulai hari ini kamu harus betah tinggal disini bersama istrimu," Pak Haryanto menimpali.
"Dulu aku tinggal di rumah Tante Sheila karena ada Adel disana. Sekarang dia disini, masa aku mau tetep disana?" seloroh Reno sambil melirik istrinya.
"Hmmm, kalian emang gak bisa dipisahin. Maunya deketan terus," goda Bu Selvia.
Adel tersenyum senang dengan candaan mertuanya.
"Lalu....Renacana kalian gimana?" lanjut Pak Haryanto.
"Aku tetep kerja buat Papi, sementara urusan cafe sama Adel," sahut Reno.
"Bagus, jadi Mami sama Papi lebih tenang di Surabaya. Gak Harus bolak-balik ke Jakarta," sahut Pak Haryanto.
"Gantian sekarang Mami sama Papi yang mau bulan madu," Reno menggoda orangtuanya, tentu saja Adel melotot mendengar keberanian Reno pada orangtua.
"Jangan heran! Kami biasa bercanda. Mami sama Papi ngajarin Reno bukan dengan cara kaku, biasa aja kayak sahabat tapi tau batas," Mami memberi penjelasan.
Adel terdiam, dalam keluarganya dulu Adel dan Evan tidak pernah bercanda dengan orangtuanya. Menurut Dony, anak yang bercanda pada orang tua adalah suatu kekurangajaran. Tapi dalam kluarga Reno, justru bercanda menambah kedekatan antara anak dan orang tua.
"Kalau urusan bulan madu, gak usah nunggu Reno sampe nikah dan pisah dari kami. Kapan kita mau, kita bisa berbulan madu. Ya kan, Mi?" timpal Pak Haryanto sambil tertawa.
"Tapi sekarang Papi sama Mami bisa fokus ngasih aku adik baru," Reno tak mau kalah.
"Bukan kami yang harus fokus ngasih adik bayi, tapi kalian," sahut Papi lagi.
"Iya, kami fokus mempersiapkan diri jadi eyang," timpal Mami.
Reno tergelak diserang kedua orangtuanya. Sedangkan Adelia tersenyum malu. Baru beberapa hari menikah sudah ditodong cucu.
Begitulah hari-hari selanjutnya, rumah tangga Reno dan Adel berjalan mulus bak jalan tol yang bebas hambatan. Mereka tak pernah bertengkar. Kalaupun Adelia merajuk, Reno dengan cepat membujuknya.
Adel tidak merasakan beban menjadi seorang istri Moreno, malah dia sangat bahagia bisa melayani suaminya. Dia sudah terbiasa mengurus ayah dan adiknya, jadi tugasnya sebagai nyonya muda dijalaninya dengan senang hati. Adel mulai banyak belajar memasak makanan kesukaan Reno, menata rumah agar terlihat lebih indah, dan memelihara bermacam tanaman bunga di sekitar halaman rumah. Selama ini bi Siti merawat rumah hanya sekedarnya, asl terlihat bersih dan rapi. Sekarang Adel telah merubahnya menjadi rumah yang nyaman yang membuat penghuninya lebih betah.
Jika tidak ada kesibukan di rumah, Adel baru pergi ke cafe. Sekedar mengontrol para karyawan dan mengecek apa saja yang diperlukan. Pengelolaan cafe sudah Adel percayakan pada Herman yang memang dari dulu sudah diserahi tugasnya oleh Dian sebelum dia pindah ke Surabaya.
Adel juga selalu menyempatkan diri menengok ayah dan adiknya. Angela sekarang mulai jarang di rumah sehabis pulang kuliah. Katanya di rumah sepi jadi dia pergi ke rumah temannya untuk sekedar ngobrol atau mengerjakan tugas kuliah.
"Maen sama temen-temen boleh aja, tapi jangan sampe lupa pulang," saran Adel pada adiknya.
"Di rumah sepi, gak ada kak Adel. Aku gak punya temen. Papa pulangnya malem terus," bantah Angela sambil cemberut.
"Kalau gitu, kamu tinggal sama kakak aja," ajak Adel.
"Aku mau sih ikut Kakak, tapi kasian Papa sendirian," jawab Angela.
"Iya juga....Papa juga gak mungkin mau diajak tinggal sama Kakak," jawab Adel bingung.
"Makanya....Coba kalau Papa sama Mama Erna bisa nikah, kita gak akan bingung ninggalin Papa," celetuk Angela.
Adel setuju dengan pendapat adiknya. Seandainya mereka bisa dipersatukan dalam ikatan pernikahan, tentu saja Adel sangat bahagia. Dia tidak akan merasa khawatir lagi jika ingin mengajak Angela ikut bersamanya. Lagipula jika Mama dan Papanya bisa bersatu, tentu Angela tak akan merasa kesepian dirumah karena ada Mama dan Evan.
Tiba-tiba kepala Adel terasa pusing memikirkan nasib adiknya dan juga status kedua orangtuanya. Mereka saling mencintai tapi tak ada yang mau mengalah agar mereka bisa bersama. Papa dan Mama lebih memilih hidup sendiri-sendiri. Perut Adel jadi mual mengingat kekerasan hati orangtuanya.
"Kepalaku jadi pusing mikirin kamu, Dek! Mikirin Papa sama Mama......Uwweekk!" Adel berlari menuju wastafel.Muntah-muntah.
Angela panik melihat kakaknya muntah-muntah, dia segera menelpon ayahnya. Angela meminta Papanya segera pulang untuk melihat keadaan Adel. Angela juga ingin memberitahu Reno, tapi Adel mencegahnya.
"Jangan ganggu Kak Reno! Dia tadi bilang lagi ada meeting sama klien,"
Akhirnya Angela hanya bisa menggosok-gosok punggung kakaknya, wajahnya telihat sangat khawatir.
"Mbak Ida, bikinin teh hangat buat Kak Adel!' teriak Angela pada pembantunya.
Jordan datang tergopoh-gopoh, dia takut terjadi sesuatu pada anak sulungnya. Tadi Angela telpon sambil nangis mengatakan kakaknya tak berhenti muntah. Dilihatnya Adel tengah terbaring dikamar ditemani adiknya. Jordan selalu merasa cemas jika mendengar Adelia sakit. Dia teringat saat Adelia koma akibat ditabrak Sally. Jordan takut, efek dari kecelakaan itu penyebab Adelia muntah-muntah.
"Kamu kenapa, Nak? Papa udah telpon dokter buat periksa kamu. Mungkin bentar lagi datang," tanya Jordan, dirabanya kening Adel,normal.
"Gapapa, Adel cuma pusing aja. Dari kemaren kayak gini terus, pusing. Tapi baru hari ini muntah," keluh Adel.
"Kita tunggu dokter aja! mudah-mudahan gak kenapa-kenapa. Suamimu udah dikabarin?" tanya Jordan.
"Jangan dulu dikasih tau, dia lagi meeting sama klien! Ntar dia jadi cemas," pinta Adel.
Dokter Fiska datang kemudian. Dia memang dokter langganan keluarga Agnes dan Jordan. Dokter memeriksa keadaan Adel setelah berbasa-basi sebentar. Tak lama dia tersenyum.
"Kapan terakhir menstuasi?" tanya Dokter.
"Tanggal enam bulan kemaren," jawab Adel.
"Ini udah tanggal sepuluh, sayang. Artinya kamu sudah terlambat hampir seminggu," kata Dokter Fiska.
Adel memandang bingung ucapan dokter. Matanya melirik Jordan dan Angela bergantian.
"Jadi...Positif, Dok?" tanya Jordan sumingrah.
"Sepertinya begitu. Tapi untuk meyakinkan, Adel pake testpack, ya!" Dokter Fiska mengeluarkan bungkusan kecil dari dalam tasnya.
Adel menerima testpack dan menuruti perintah dokter untuk segera ke kamar mandi. Tangannya gemetaran ketika dia melihat garis yang muncul setelah dia celupkan pada air seninya. Jantungnya berdebar-debar, menunggu apa yang terjadi. Dan....Adel hampir melompat kegirangan ketika melihat dua garis merah pada testpack nya.
"Dok, garis dua..." seru Adel ketika kembali dari kamar mandi.
"Puji Tuhan," kata Jordan gembira.
Angela melompat sambil mejerit memeluk Kakaknya.
"Horeeeee, bentar lagi aku punya ponakan," katanya.
Adel tentu saja senang bukan main mendapat kabar gembira ini. Dia ingin membuat surprise buat Reno. Adel meminta Jordan dan Angela untuk tidak memberitahu Reno sebelum dirinya. Reno pasti akan senang mendengar kabar gembira ini.
Angela langsung menghubungi Mama Erna, memberitahu tentang kehamilan Adelia. Betapa senangnya Erna mendengar dia akan punya cucu dari Adelia. Erna sampai menangis terharu ketika berbicara dengan Adel.
"Mama seneng banget, Nak. Alhamdulillah Ya Allah..."kata Erna terisak. Lalu serentetan nasihat meluncur dari mulut Erna untuk kehamilan pertama Adelia. Harrus begini, gak boleh begitu dan lain sebagainya. Adel hanya mengiyakan nasehat mamanya. Dia mengerti, Mama sangat senang hingga cerewetnya datang bertubi-tubi.
Adel pulang diantar ayahnya dan Angela. Jordan juga menjadi over protective saat tahu Adelia hamil. Dia tak mengijinkan Adel pergi kemana-mana sendirian. Dia memaksa Adel pulang diantarkannya. Angela diberinya tugas untuk selalu mengawal kemana kakaknya pergi. Adel jadi teringat mamanya. Pastinya dulu ketika Mama hamil, perlakuan Papa sama seperti sekarang. Adel semakin yakin jika dulu papanya pergi meninggalkan mamanya, karena terpaksa. Papa tidak seburuk yang pernah dia sangka dulu. Papa adalah laki-laki terbaik.
.

Bình Luận Sách (66)

  • avatar
    FerinaDetta

    adaa part 3 nyaa gaa sii? sukaa bangett samaa ceritaa inii😭

    23/03

      0
  • avatar
    raraaa

    sumpah ni ceritaaaa bagus banget, seruu, lanjutkan kakak nulis ini cerita ga sabar kelanjutan keluarga adel sama reno dengan stevanus🫰🏻🫰🏻🫰🏻

    16/03

      1
  • avatar
    Jebon Mat

    memang sangat baik ceritanya👍🤩

    08/03

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất