logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Kembali ke Surabaya

Sepuluh hari sebelum pernikahan, Reno dan Adel pergi ke Surabaya. Mereka bersilaturahmi kepada keluarga Reno. Papi Reno berasal dari kota itu, sedangkan Mami Reno keturunan Jawa Belanda. Bu Selvia kelahiran Jakarta dan keluarganya banyak yang tinggal di sekitar Jabotabek. Jadi Reno membawa Adelia kembali ke Surabaya untuk memperkenalkannya pada keluarga Papi Reno.
Ocha sudah menikah dengan Dian, mereka tinggal di Surabaya. Ocha bekerja di bank swasta sedangkan Dian mengelola beberapa cafe miliknya. Mereka sangat senang dengan kedatangan Reno dan Adelia ke kota itu.
"Akhirnya kita bisa bernostalgia dikota ini," seru Ocha saat mereka makan bersama di cafe milik Dian.
"Iya, kita jalan tengok sekolahan yuk!" ajak Adel ikut gembira.
"Besok kita kesana. Gua ajak juga temen-temen yang lain," sahut Ocha.
"Asyik donk, ini beneran reuni? Tapi sayang, Aldi gak ikut," sela Reno murung.
"Oya, gimana kabarnya Mas Aldi?" tanya Ocha.
"Udah punya anak cowok, masih bayi. Dia kerja di BUMN," jawab Reno.
"Alhamdulillah, moga langgeng rumah tangganya," doa Ocha senang mendengar Aldi sudah bahagia dengan wanita pilihannya.
"Lu kapan nyusul punya bayi?" tanya Adel.
Ocha melirik Dian yang sedang memainkan iPhone nya.
"Kami masih sibuk. Belum kepikiran punya momongan dulu," sahut Ocha pelan.
"Ocha yang sok sibuk. Padahal gua suruh dia resign. Gak tau tuh, seneng banget dia kerja," gerutu Dian.
"Lu kurang apa sih, Cha? Suami punya usaha bagus, penghasilan lumayan. Nyari apa lagi?" tanya Adel, dia setuju dengan keinginan Dian agar Ocha mengurus rumah tangga saja.
Mata Ocha berkedip-kedip, meminta Adel tidak mendukung keinginan suaminya. Adel malah melotot, menolak permintaan sahabatnya yang sekarang akan menjadi saudara ipar.
"Tuh, Adel juga sependapat sama aku," sergah Dian.
Ocha diam saja. Dia ingin meniti karier dulu sebelum mendapat momongan. Baginya sayang sekali sudah kuliah jauh-jauh di Jakarta, kalau akhirnya dia harus menjadi ibu rumah tangga. Menghabiskan waktu mengurus suami dan anak-anak.
Memang benar apa yang dikatakan Adelia, apa yang dia cari. Kalau soal materi, Dian sudah memenuhinya. Ocha juga bukan berasal dari keluarga yang biasa, ayahnya pejabat eselon dua di kantor pemerintah. Ibunya punya usahan laundry yang cukup lumayan besar. Jadi secara materi, hidup Ocha berkecukupan. Hanya saja Ocha lebih suka bekerja. Dia ingin jadi perempuan yang mandiri, tidak ingin mengandalkan siapapun. Dan lagi Ocha belum siap untuk punya bayi. Dia masih senang berduaan dengan suaminya. Seperti masa-masa berpacaran.
"Ngomong-ngomong, lu gak ngundang Om Dony?" tanya Ocha mengalihkan pembicaraan.
Giliran Adel yang melirik Reno, meminta pendapat.
"Iya, ntar kita kesana!" sahut Reno santai.
"Biar gimanapun jahatnya dia sama lu dulu, dia ada berjasa juga udah ngurusin lu dari kecil," saran Ocha.
Adel terbatuk-batuk. Benar juga apa yang dikatakan Ocha. Sejahat apapun ayah Dony terhadap Adel, tak seharusnya Adel mendendam. Dulu dia pernah mengurusi Adelia sewaktu kecil. Dony juga pernah menyayangi Adelia seperti anak sendiri.
Namun trauma masa lalu masih mengganggu pikiran Adel. Dia masih teringat makian-makian kasar, cambukan ikat pinggang dipunggungnya, bahkan tendangan kaki yang mendarat di wajahnya, semua muncul kembali di benak Adel. Dia hampir menangis mengingatnya. Reno mengerti apa yang dipikirkan calon istrinya, dengan lembut dipeluknya Adelia.
"Itu udah lewat sayang, gak usah diingat lagi!" bujuk Reno lembut.
"Benar, jangan inget-inget keburukannya! Sekarang lu udah bahagia, bisa ketemu bokap dan sodara lu. Lu juga ntar bakal lebih bahagia punya suami sebaik Reno," Dian menimpali.
"Besok kita kesana, ya! Ketemu ayahmu," kata Reno lagi.
Adel mengangguk setuju.
Keesokannya, sebelum Reno dan Adel pergi bersama Ocha dan teman-temannya ke bekas sekolahnya, mereka mengunjungi ayah tiri Adelia. Dony sudah menikah lagi dengan perempuan yang diinginkan ibunya. Melihat kedatangan Adel, Dony merasa canggung. Mungkin dia malu dengan perbuatannya dulu terhadap Adelia.
Gadis yang dulu sering dianiaya nya, sekarang sudah tumbuh dewasa dan tampak berwibawa. Didampingi calon suaminya yang gagah dan kaya. Hal itu semakin membuat Dony ciut dihadapan mereka.
"Kedatangan Adel kesini ingin memberitahu ayah, kalau Adel akan menikah dengan Reno tanggal tujuh nanti. Adel berharap ayah dan istri bisa hadir," ucap Adel tenang. Hatinya sudah tak gundah lagi karena ada Reno disisinya.
"Alhamdulillah, kamu udah ketemu jodoh. Semoga pernikahan kalian lancar, langgeng dan jadi keluarga yang samawa," sahut Dony bergetar.
"Aamiin...," Adel dan Reno mengucap berbarengan.
"Tapi kayaknya ayah gak bisa datang," lanjut Dony.
"Kenapa Yah?" tanya Adel.
"Keadaan ekonomi ayah lagi berantakan. Usaha Pakde Dody lagi gulung tikar. Ayah sedang merintis meneruskan usaha Eyang Kakung di pertambakan bandeng. Masih harus berhemat supaya gak gulung tikar juga," cerita Dony sedih.
Adel melirik Reno sejenak, kemudian dia berkata.
"Masalah biaya transportasi, ayah tenang aja. Adel udah siapin semuanya. Ayah bisa datang dengan ibu baru juga yang lainnya. Kabari aja Ayah mau berangkat kapan?"
Dony menatap tak percaya pada anak tirinya. Dia berfikir Adel tidak peduli lagi dengan kehidupannya setelah bercerai dari ibunya.
"Nanti Reno bantu juga modal usaha Ayah," sela Reno yang semakin membuat Dony kaget.
Dulu dia begitu jahatnya pada Adelia. Salah bicara atau perbuatan, tangannya sudah melayang memukul gadis itu. Dia juga sering mencaci-maki dengan bahasa kasar. Tapi Adel tidak dendam, gadis itu bahkan datang untuk mengundangnya di acara pernikahannya. Dan sekarang calon menantunya menawarkan diri untuk memberikan bantuan modal yang sangat dia butuhkan. Sungguh hal ini membuat Dony malu hati.
"Gak usah ngerepotin!" kata Dony.
"Gapapa. Walau gimana pun, Ayah dulu pernah merawat Adel dari kecil. Udah sewajarnya Adel berterima kasih pada Ayah," sahut Adel sambil tersenyum.
"Nanti Reno transfer kalau udah selesai acara pernikahan," sambung Reno.
"Untuk biaya Ayah ke Jakarta ada sama Adel. Ntar tiga hari sebelum hari H, Adel kirim. Disana juga udah disiapin tempat menginap buat Ayah dan rombongan," kata Adel lagi.
"Makasih, Nak. Ayah minta maaf udah jahat sama kamu," tangis haru Dony mendengar ucapan Adelia.
"Lupain aja, Yah. Semua udah berlalu. Sekarang kita buka lembaran baru. Adel berharap rumah tangga Ayah sama Ibu baru berjalan baik. Jangan ada lagi kekerasan. Mama juga sekarang udah mulai bisa lupain masa lalunya. Yang penting sekarang, jaga silaturahmi kita. Jangan jadi kejelekan diantara kita," Adel mengusap punggung Dony pelan.
Istri baru Dony ikut terharu mendengar ucapan Adelia yang sangat bijaksana.
Tak lama kemudian, Adel dan Reno berpamitan. Ditinggalkannya beberapa lembar uang ratusan ribu untuk istri Dony. Tadinya dia menolak, namun Adel memaksanya. Adelia mengerti, kehidupan mereka sama seperti dulu waktu ibunya tinggal di rumah ini. Apalagi sekarang, Pakde Dody yang sering membantunya sudah bangkrut. Tentu mereka lebih susah lagi.
Sepulang dari rumah Dony, mereka melanjutkan rencana mereka untuk mengadakan reuni kecil-kecilan bersama teman-teman masa SMA dulu.. Mereka tak menyangka jika Reno, cowok favorit di sekolah bisa berjodoh dengan adik kelasnya, Adelia.
"Ini kan Adelia yang jago basket itu?" tanya Cindy, teman sekelas Reno.
"Iya, dulu dia kelas satu, kita kelas tiga," sahut Anisa. Dulu Anisa naksir berat sama Reno.
"Kok bisa nikah sama dia? Gimana ceritanya, Ren?" tanya Cindy pada Reno.
Tidak banyak yang tahu jika dari dulu Reno menaruh hati pada Adelia. Gadis itu memang dikenal kakak-kakak kelasnya sebagai gadis pintar, cantik dan jago basket. Tapi karena Adelia yang pendiam dan cuek, mereka tidak mengetahui latar belakang kehidupan Adelia. Di sekolah pun mereka tak pernah melihat kedekatan Reno dengan gadis itu. Tapi tiba-tiba mereka muncul mengumumkan akan menikah pada tanggal tujuh Minggu depan.
"Ceritanya panjang, yang jelas dari dulu kita emang udah main mata," kelakar Reno.
Mereka berkumpul dan bercerita tentang masa-masa sekolah dulu. Cerita-cerita lucu tentang kenakalan mereka. Sampai tak terasa hari sudah menjelang sore. Reno dan Adelia harus segera kembali ke Jakarta. Mereka sengaja memilih naik kereta malam kembali ke Jakarta, agar mereka bisa menikmati perjalanan berduaan.
Tak lupa, Reno mengundang teman-teman nya dan juga teman Adelia untuk hadir di acara pernikahannya.
"Kalian datang ya, kalo gak ada kendaraan ntar gua siapin. Kabarin aja sepupu gua yang punya cafe ini. Ntar dia yang handle perjalanan kalian," pesan Reno sebelum berpamitan.
Akhirnya Reno dan Adel kembali ke Jakarta. Sepanjang perjalanan kereta api, Adel bergelayut manja pada calon suaminya. Baru kali ini selama perjalanan cinta mereka, berduaan melakukan perjalanan jauh.

Bình Luận Sách (66)

  • avatar
    FerinaDetta

    adaa part 3 nyaa gaa sii? sukaa bangett samaa ceritaa inii😭

    23/03

      0
  • avatar
    raraaa

    sumpah ni ceritaaaa bagus banget, seruu, lanjutkan kakak nulis ini cerita ga sabar kelanjutan keluarga adel sama reno dengan stevanus🫰🏻🫰🏻🫰🏻

    16/03

      1
  • avatar
    Jebon Mat

    memang sangat baik ceritanya👍🤩

    08/03

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất